Saturday, August 11, 2012

CINTA YANG MURNI BAGI YANG TERTINDAS (Keluaran 22:21-27)



Dewasa ini kita mengenal istilah Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu bakti sosial yang wajib dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kepada masyarakat.  Bahwa perusahaan tidak boleh sekadar mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, tetapi bersedia pula untuk melakukan upaya-upaya perbaikan kehidupan masyarakat.  Itulah sebabnya, banyak perusahaan besar kini tidak saja mengiklankan produk-produk mereka di media massa, tetapi juga sumbangsih kepada masyarakat, seperti: pemberian beasiswa, dukungan kepada insitusi pendidikan, penghijauan, pemberdayaan masyarakat.  Singkatnya, karena perusahaan telah mendapatkan hasil melimpah dari masyarakat, mereka juga wajib mengabdi kepada masyarakat.

Konsep CSR sebenarnya telah dikenal pada zaman PL.  Israel sebagai bangsa juga dipanggil untuk memberi diri dan menolong kaum yang lemah.  Mereka harus celik mata bahwa mereka hidup dalam konteks ketimpangan.  Kemiskinan ada di sekitar mereka.  Kaum yang tersisih dan terbuang ada di tengah-tengah mereka.  “Orang asing” adalah para pendatang dari daerah lain, yang tidak memiliki harta milik di antara komunitas; hidup mereka terkatung-katung; masa depan mereka tidak jelas dan hanya menggantungkan belas kasihan dari orang-orang sekitar.  Janda dan yatim piatu adalah kaum yang ringkih sebab mereka tidak memiliki pelindung, di zaman itu laki-laki dewasa, di dalam konteks keluarga inti.  “Orang yang miskin di antaramu” biasanya seorang petani gurem yang tidak dapat memberi nafkah kepada keluarganya sampai masa panen berikutnya, sehingga mereka butuh pinjaman.

Mengapa Allah menghendaki Israel untuk peduli dengan mereka?   Pertama, Bukan karena Israel telah menerima keuntungan dari bangsa-bangsa lain, tetapi karena sebuah memoir, pengingat, bahwa mereka dahulu bukan siapa-siapa, “Kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir” (ay. 21).  Mereka diingatkan akan identitas mereka dahulu sebagai budak, yang dientaskan oleh Yahweh dari tempat perbudakan (bdk. 20:1).  Israel harus mengingat betapa sengsaranya hidup mereka di masa lampau, dan betapa mereka sebenarnya bukan apa-apa!  Mereka tidak terpandang!  Mereka tidak berharga!  Apa yang dapat mereka banggakan?

Memoir akan siapa bangsa Israel di masa lampau menolong Israel untuk tidak pongah dan gegabah dalam bertindak.  Mereka telah merasakan sulitnya hidup di masa lampau, sebab itu mereka seharusnya tidak memperlakukan orang lain seperti masa lalu itu.  Makrifat tradisional bergema bagi era modern ini, “Eling,” atau “Ingat.”  Ingatlah, seperti Israel mengingat bahwa mereka dahulu budak.  Ingatlah bahwa dahulu setiap manusia adalah cemar dan kotor.  Ingatlah bahwa tidak ada yang baik di dalam kita yang sanggup membuat Allah berbelaskasihan kepada kita.  Ingatlah kemiskinan kita dahulu (secara rohani dan materi).  Ingatlah betapa sengsaranya kita.  Ingatlah bahwa hidup itu adalah anugerah.

Kedua, respons Allah terhadap kondisi ini.  Allah bersabda, “Aku akan mendengarkan seruan mereka,” “Murka-Ku akan bangkit . . . Aku akan membunuh kamu” jika Israel sewenang-wenang terhadap kaum ringkih.  Allah menyapa kaum lemah sebagai “umat-Ku.”  Bahkan Ia mendeklarasikan Diri sebagai “Aku ini pengasih.”  Allah serius.  Ia menentang kaum kuat yang lalim.  Ia adalah pelindung kaum tertindas.  Ia menetapkan diri-Nya untuk berpihak kepada kaum yang dipinggirkan.  Sebab itu, Allah pun berpihak kepada Israel ketika mereka menjadi kaum budak di tanah asing.  Jika Israel bebas, dan kini menjadi bangsa yang besar, bukan karena kehebatan dan ada yang baik di dalam mereka, tetapi oleh karena kasih dan sayang Yahweh.

Zaman kita hidup mirip di zaman Israel.  Kita pun hidup dalam konteks ketimpangan dan ketidakadilan.   Yesus berkata, “Orang-orang miskin selalu ada padamu.”  Adalah panggilan bagi GKMI sebagai gereja yang berhaluan Anabaptis-Mennonit, untuk semakin giat mewujudkan cinta yang murni bagi mereka yang tertindas.  Adalah panggilan bagi Saudara dan saya selaku pribadi untuk menggemakan sifat ilahi yang welas asih, penuh sayang dan panjang sabar.  Adalah tugas kita bersama untuk mewujudkan sebuah gaya hidup yang berbeda.  Sama seperti Bapa mengutus Yesus bagi Israel, Yesus Kristus pun mengutus kita untuk melayani sesama.

Adakah nama seseorang yang terlintas di benak Anda saat ini, dan ia butuh dibantu?  Doakan, mintalah Tuhan menolong Anda, dan kerjakan segera.  Tuhan menyertai Anda.  Amin. 

No comments:

Post a Comment