Thursday, August 23, 2012

Stefanus Sang Martir: Benih Gereja


STEFANUS SANG MARTIR: BENIH GEREJA
(Kisah Para Rasul 6:1-7; 7:34–8:1a)


Stefanus: Murid yang Mengikut Kristus

Semua gereja dicirikan oleh salib.  Salib dipajang di spot yang menjadi pusat pandangan jemaat.  Salib dikidungkan.  Gereja pun mengangkat salib sebagai pusat pemberitaannya.  Salib sebagai substitusi—pengganti orang berdosa.  Salib sebagai propisiasi—peredam murka Allah Bapa.  Salib sebagai ekspiasi—menebus kaum yang cemar.  Salib sebagai rekonsiliasi—pendamaian Allah dan manusia.  Semua berita salib ini benar adanya.

Namun, di awal sejarah gereja, di masa sekitar hidup Yesus, pemahaman salib sangat berbeda.  Salib adalah simbol penindasan (oppression)—yang kuat berkuasa atas nyawa yang lemah.  Salib adalah kehinaan (shame)— tersalib berarti dipermalukan dengan hebat.  Salib adalah ketersisihan (marginality)—tersalib berarti tidak masuk hitungan.  Salib adalah kematian yang tidak dikenal (infamous death)—yang disalib pasti bukan orang yang berkedudukan.  Inilah salib yang ditanggung oleh Yesus, dan Ia mengundang murid-Nya untuk mengikuti jejak-Nya (Luk. 9:23-24).

Stefanus, satu dari 7 diaken, mengikuti teladan Yesus.  Cobalah perhatikan hidupnya, berparalel dengan hidup Yesus: penuh roh, berdebat dengan orang Yahudi, dituduh menghujat Allah, diajukan ke Mahkamah Agama, dihukum sampai mati, berdoa dengan suara nyaring, dan memohonkan pengampunan untuk musuh.

Kematian dan Kemartiran: Sebuah Pembalikan Makna

Bagi dunia, kematiran adalah kehinaan.  Tetapi bagi murid Kristus, kematian sebagai saksi Kristus berarti perubahan makna—dari penindasan menuju kemerdekaan, dari kehinaan menuju kemuliaan, dari yang terpinggir menjadi pusat, dari yang tidak dikenal menjadi terkenal.  Bapa Gereja Tertulianus berkata, “Darah para martir adalah benih gereja.”

Kita bisa jadi dipanggil bukan untuk mati syahid seperti Stefanus.  Tetapi milikilah gaya hidup para martir.  Tekun!  Bertekun sampai akhir.  Setia sampai titik darah penghabisan.  Gereja dibangun di atas kesetiaan umat Allah.  Jangan takut dipinggirkan oleh masyarakat dan dunia.  Jangan takut menjadi nomor dua.  Berjalanlah dua mil dengan orang yang menuntut kita berjalan satu mil.  Lakukan kebaikan lebih lagi.   

TERPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment