Friday, March 9, 2007

Berdoa bersama St. Bernardus


BERDOA BERSAMA ST. BERNARDUS DARI CLAIRVAUX


Panduan Ibadah Taizé
Jumat, 9 Maret 2007

AGAR KITA MENCINTAI ALLAH LEBIH DALAM LAGI


Pengantar

St. Bernardus (1099-1153) tidak menulis karangan-karangan teologi seluas St. Agustinus dari Hippo (yang Jumat lalu kita pelajari spiritualitasnya). Namun baik Bernardus maupun Agustinus sama-sama memiliki hasrat, untuk membangun hidup kerohanian orang percaya. Ajaran St. Bernardus, seperti St. Agustinus, mengajak umat untuk berpikir mendalam, diekspresikan dengan artistik dan meyakinkan.

Bernardus dilahirkan pada tahun 1090 di Fontaines (dekat Dijon), Perancis, dari keluarga bangsawan. Pada tahun 1112, ia masuk ke biara Citaux, yang baru saja didirikan—biara pertama Ordo Cisterciens. Tiga tahun kemudian Bernardus diangkat sebagai kepala biara (abbot) di Clairvaux, sebuah biara Cisterciens yang baru. Biara ini cepat berkembang, hingga mampu menjadi induk 70 biara baru di bawah kepemimpinan Bernardus.

Bernardus memasuki biara untuk menghindari kehidupan duniawi, tetapi pada akhirnya ia menjadi salah satu pemimpin yang terkemuka serta aktif. Selama tahun 1130-an, ia berjuang mendukung Paus Innocentius II melawan tandingan paus lain, Paus Anacletus. Pada tahun 1145, Bernardus Paganelli yang adalah anak buahnya di Clairvaux diangkat menjadi Paus Eugenius III. Kewibawaan St. Bernardus pun bertambah.

Pada tahun berikutnya, atas permintaan Paus Eugenius III, St. Bernardus diminta berkhotbah keliling Eropa untuk mendukung Perang Salib II. Perang itu dilancarkan tahun 1148, tapi gagal total! Suatu pukulan bagi St. Bernardus. Namun, karena Bernardus tetap hidup dalam integritas yang tinggi, reputasinya tidak pernah pudar. Ia meninggal pada tahun 1153, namun popularitasnya tidak pernah pudar.

St. Bernardus dari Clairvaux disebut sebagai “Bapa Gereja yang Terakhir.” Ia adalah seorang penulis yang hebat, sehingga digelari “mengalirkan madu, atau semanis madu. Karya-karyanya tak hanya berbicara mengenai kesalehan pribadi atau tata cara kehidupan seorang biarawan, tetapi juga tata aturan etika moral dan politik kenegaraan. St. Bernardus telah mempengaruhi Reformator dari Jenewa, Swis. Lebih dari 40 kutipan dari tulisan-tulisan Bernardus ada dalam karya sang reformator, dan semua kutipan itu bernada positif. Dia adalah Yohanes Calvin (1509-1564).

Denting Keheningan:

“Aku dulu menjadi orang berdosa karena aku keturunan Adam; aku sekarang telah menjadi orang benar karena dibersihkan oleh darah Kristus. Jika sifatku sebagai keturunan orang berdosa cukup beralasan untuk dihukum, bukankah darah Kristus cukup beralasan untuk membenarkan aku? . . . Demikianlah keadilan yang diterima manusia melalui darah Penebus.”

Doa: (dpo. lektor 1)
Bersama dengan hamba-Mu, St. Bernardus . . . ajarlah kami dekat kepada-Mu selalu, ya Bapa: agar kami mengasihi Engkau setulus-tulusnya, agar kami menikmati kekekalan dalam persekutuan dengan Engkau. Ajar kami untuk menyadari siapa kami, dan dengan terbuka menyadari betapa teramat besarnya kasih dan rahmat-Mu bagi kami, orang yang berdosa ini. Sehingga kami menjadi hamba-hamba-Mu yang setia, dan pada akhirnya menyerahkan diri kami kepada Dikau saja. Amin.

Hening

Kidung:
Jiwaku tenang dalam Tuhan,
Dia Penyelamat-Ku.

I. IA LEBIH DULU MENGASIHI

Intisari:
“Bagaimana kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?” (Mzm. 116.12). Pertama-tama Ia memberi aku DIRIKU. Kemudian Ia memberikan DIRINYA; dan ketika Ia melakukan hal itu, Ia mengembalikan DIRIKU. Aku diberi dan terus diberi. Aku berutang akan diriku ini dua kali. Apa yang akan kuberikan kepada Allah untuk diri-NYA? Meski dapatku berikan 1000 kali diriku, apakah aku ini di hadapan Allah?

Kidung:
Yesus, ingat aku, di dalam Kerajaan-Mu,
Yesus, ingat aku, di dalam Kerajaan-Mu.


II. TAHAP-TAHAP CINTA-KASIH

a. Ketika manusia mencintai dirinya sendiri demi kepentingannya
Intisari:
Sifat manusia itu rentan dan lemah, maka manusia terdorong untuk melayani sifatnya lebih dulu. Hasilnya, cinta badani—bahwa manusia mencintai dirinya sendiri demi kepentingannya.

Kidung:
Yesus, ingat aku, di dalam Kerajaan-Mu,
Yesus, ingat aku, di dalam Kerajaan-Mu.

Hening

b. Ketika manusia mengasihi Allah demi kebaikannya sendiri
Intisari:
Manusia mengasihi Allah, tetapi demi kepentingan pribadi, bukan Allah. Namun demikian ia harus tahu bahwa ia dapat mengasihi Allah hanya oleh pertolongan Allah saja.

Kidung:
Yesus, ingat aku, di dalam Kerajaan-Mu,
Yesus, ingat aku, di dalam Kerajaan-Mu.

Hening

c. Ketika manusia mengasihi Allah demi kepentingan Allah
Intisari:
Manusia mengecap hubungan yang manis bersama Allah, dan dalam kecapan manis inilah manusia dibimbing untuk mengasihi Allah dalam kemurnian, bukan oleh dorongan pribadi.

Kidung:
Yesus, ingat aku, di dalam Kerajaan-Mu,
Yesus, ingat aku, di dalam Kerajaan-Mu.

Hening

d. Ketika manusia mengasihi dirinya demi kepentingan Allah
Intisari:
Seseorang tak lagi terikat oleh kedagingan atau keduniawian, tapi akan datang masanya ketika manusia mengupayakan segala sesuatu untuk serupa dengan Khaliknya, dan berada dalam persekutuan yang harmonis bersama Dia.

Kidung:
Jiwaku tenang dalam Tuhan,
Dia Penyelamat-Ku.

Hidup bersekutu bersama Tuhan: (dpo. lektor 2)
Hingga ke tahap di mana kita dapat mengasihi Allah dengan tulus, mengasihi Dia saja di atas segala sesuatu, di sanalah kita akan mampu untuk untuk tidak mengasihi diri kita . . . kecuali . . . demi hidup bagi Dia saja. Seseorang yang dewasa di dalam kasih, dan mencapai pertumbuhan kedewasaan sampai kepenuhannya, akan mendambakan Allah hadir dalam kehidupannya. Bagiannya dan upah yang diharapkannya bukan lagi harta dan benda. Tetapi Diri Allah sendiri. Itulah upah kekal bagi mereka yang mengasihi Dia sampai kepada kesudahan zaman.

Kidung:
Tinggallah, bersama aku,
di dalam doa, di dalam doa.

Hening


Doa Jemaat:
Dua atau Tiga orang Jemaat dipersilakan menaikkan doa pendek ucapan syukur

Kidung:
Penuhi kami, ya Tuhan, dengan damai-Mu;
Penuhi kami, ya Tuhan, alleluia.

Berita Sukacita:
(lektor 1)
Ya Allah kami, Penolong kami . . . “kami hendak mengasihi Engkau, Tuhan, kekuatan kami dan gunung batu kami, tempat perlindungan kami, dan pembebas kami.” Engkaulah yang kami damba dan kami kasihi. Kami akan mengasihi Engkau dengan segala karunia dan kapasitas kami—tiada kurang daripada apa yang ada pada kami saat ini. Tolonglah kami untuk melakukannya lebih daripada yang kami mampu, sebab kami mampu melakukannya hanya ketika Engkau berkenan memberi kami kekuatan lebih. Meski demikian . . . Engkau tahu bahwa cinta kami kepada-Mu tetap tiada berlayak di hadapan-Mu.

Hening

(dpo. lektor 2)
Cinta-kasih itu sedemikian agungnya! Kasih dalam kekekalan; cinta-kasih yang melampaui segala pengetahuan. Allah itu kasih, dan agunglah cinta-kasih-Nya, cinta-kasih yang tiada kenal batasan; cinta-kasih-Nya yang sungguh tiada mengenal batas hitungan, cinta-kasih yang melampaui segala pemahaman.

Kidung:
Magnificat, magnificat,
magnificat anima mea, Dominum!
Magnificat, magnificat,
magnificat anima mea.

TERPUJILAH ALLAH!

2 comments:

  1. Nah akhirnya muncul lagi tulisanmu. Eh prof, ngomong-ngomong, tolong jelasin secara sederhana apa sih Taize itu. Itu satu gerakan atau tipe ibadah atau apa toh? Terus dia itu dalam payung Katolikkah? Aku sih sering dengar Taize tapi belon sempat adakan riset. Oh ya, sejak kapan juga Taize sudah ada. Thanks prof. Kamu pokoknya tak jadikan salah satu resources-ku khususnya soal teologi deh.

    ReplyDelete
  2. Komunitas Taize adalah komunitas ibadah lintas denominasi, letaknya dekat di Burgundi, Perancis. Payung Katolik? Ssssttt, pendirinya itu Calvinis, tapi setelah wafat dia digantikan bruder Katolik. Banyak sekali denominasi yang berkumpul di sana, khususnya anak-anak muda. Jadi bicara kesatuan gereja yang 'visible'? Buatku bukan hanya di tataran kerja sama pelayanan. Ada sungguh-sungguh! Dan bukan mustahil untuk diupayakan kesatuan gereja yang visible. Beberapa bruder Taize malah menjadi tokoh penting di WCC dan duduk di Faith and Order Commission. Sejak di SEABS, aku sangat 'gandrung' dengan Taize! Dan di gereja, sekarang remajaku beberapa kali kuajak untuk beribadah gaya Taize. Jadi, spiritualitas remaja Reformed di sini kuusahakan seimbang. Bukankah kurikulum pembinaan itu seharusnya merupakan "rite de passage" yang diilhami oleh liturgi? Jadi, tertarik dengan Taize?

    ReplyDelete