Monday, September 24, 2007

Memimpin Acara





MEMIMPIN ACARA

I. ANTARA M. C. DAN LITURGOS

1. M. C. merupakan kependekan dari master of ceremony. Bukan gelar akademis seperti Master of Theology, Master of Science, Master of Management, sehingga tidak pernah dipakai sebagai embel-embel di belakang nama seseorang. M. C. adalah pemimpin suatu acara. Kalau istilah saya, M. C. itu kependekan dari “modalnya cuap-cuap.”

2. M. C. lebih luas pengertiannya daripada liturgos. M. C. memimpin acara-acara yang sifatnya lebih umum, entertainment, dan horisontal, mis. pesta pernikahan, ulang tahun, perayaan-perayaan lain. Untuk acara-acara yang ini, M. C. lebih bebas berimprovisasi. Ia lebih bebas, boleh berjalan-jalan, meminta orang untuk maju, berinteraksi dengan audiens (pendengar), tanya jawab, memberi kuis, dsb.

3. Sedangkan liturgos adalah pemimpin liturgi. Atau, pemimpin ibadah umat. Ya bolehlah dikatakan ia menjadi M. C.-nya ibadah umat. Tetapi, oleh karena ia menjadi pemimpin ibadah, jelas ia tidak bisa sebebas M. C. dalam acara-acara umum. Materi bicara harus ditata, tepat pada tempatnya, pada bagian liturgi yang spesifik. Ia tidak dapat berjalan ke sana ke mari sesuka hati, karena ibadah jemaat bukan entertainment. Ibadah dan liturgi jemaat bersifat vertikal, umat berjumpa dengan Allah, merespons karya Allah dan menaikkan syukur. Liturgos berkewajiban menolong jemaat untuk memiliki pengalaman perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan.

4. Anda harus cermat memperhatikan, ketika memimpin suatu acara, Anda sedang menjadi M. C. atau liturgos. Anda sedang memimpin acara umum atau suatu ibadah.

II. KARAKTERISTIK PEMIMPIN ACARA

1. Memiliki Hati yang Berintegritas (Integrity of Heart)

a. Seorang pemimpin acara, khususnya liturgos, adalah seorang pemimpin yang dekat dengan Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, Allah secara khusus memilih satu suku dari 12 suku di Israel untuk menjadi pelayan-pelayan-Nya. Bukan karena mereka lebih baik dari yang lain, tetapi Tuhan sendiri yang menggodok mereka untuk menjadi imam-imam bagi umat Allah yang lain. Bila Anda menjadi pemimpin ibadah, sadarlah bahwa Anda berdiri di antara Allah dan umat-Nya, sebagai imam. Imam adalah seseorang yang ditetapkan Allah untuk menjadi juru bicara umat Allah.

b. Seorang pemimpin acara adalah orang yang kesukaannya adalah firman Tuhan. Bila firman Tuhan menjadi kehidupan seorang pemimpin acara, maka yang keluar dari mulut dan bibirnya adalah kata-kata firman Tuhan yang digeluti dan dihidupinya. Kata-kata yang bukan berasal dari hikmat manusia, tetapi dari firman Allah itulah yang sanggup menguatkan hati jemaat yang lemah, menegakkan kembali pengharapan yang sudah mulai memudar, menghibur mereka yang sedang berdukacita. Karena itu, seorang pemimpin acara yang baik rajin bersaat teduh dengan firman Tuhan.

c. Seorang pemimpin acara adalah orang yang hidup dalam doa. Dia adalah man/woman of prayer. Doa berarti bergantung penuh kepada kuasa Allah. Seorang pemimpin acara yang penuh doa, dia tidak sedang membawa keakuan, kesombongan, kehebatan dan kualitas pribadinya. Otoritas yang ia dapatkan adalah dari Allah semata-mata, dan ia menggantungkan dirinya kepada kekuatan Allah. Sebelum Anda memimpin acara atau ibadah, bila Anda menghendaki acara itu menjadi berkat, pastikan Anda adalah seorang pendoa yang tekun!

d. Seorang pemimpin acara adalah orang yang hidup dalam kekudusan. Reputasi hidupnya di masyarakat dan di antara teman beres. Orang lain melihat keteladanan hidupnya. Orang melihat perubahan-perubahan akal budi dan gaya hidup. Ia tidak menjadi serupa dengan dunia (Rm. 12.2). Ia menjadi patron (contoh) di antara teman-teman yang lain. Orang yang seperti ini, bila memimpin suatu acara, akan memiliki kuasa yang menular kepada yang lain (contagious), dan orang lain akan diantar ke dalam ibadah yang sesungguhnya.

e. Seorang pemimpin acara adalah orang yang memiliki jiwa dan semangat yang berkobar-kobar untuk melayani Allah. Ia memiliki roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan (Rm. 12.11). Ia adalah seseorang yang tidak mudah patah semangat. Pengalaman memimpin acara pertama kali yang gagal, tidak membuat dia jera atau kapok untuk melatih diri. Ia mengerti bahwa pelayanan yang ditujukan bagi nama Tuhan memerlukan persiapan yang matang, dan oleh sebab itu dia akan mengoptimalkan karunia yang Tuhan berikan kepadanya.

2. Memiliki Ketrampilan Diri (Skillfulness of Hands)

a. Seorang pemimpin acara adalah seseorang yang giat berlatih. Tidak ada seorang pun di dunia yang dilahirkan untuk menjadi M. C. atau pemimpin acara. Semua pemimpin acara handal di dunia butuh latihan. Trials and errors, coba-coba dan mengalami kesalahan demi kesalahan. Karunia Allah itu potensial di dalam diri kita, dan masalahnya adalah apakah kita akan menggali potensi itu, melatih serta mengembangkannya sampai kita menjadi seperti yang kita cita-citakan. Pemimpin yang baik, bukanlah pemimpi, tetapi tekun berlatih!

b. Seorang pemimpin acara adalah seseorang yang peka dengan pendengar. Ia harus melakukan analisis terhadap pendengarnya.
· Siapa yang ia sedang pimpin? Jemaat, orang yang tidak percaya, petobat baru?
· Usia berapa? Anak-anak, remaja, dewasa muda, dewasa, atau para senior?
· Dari kalangan apa? Terpelajar, menengah ke atas, ningrat, kaum tidak terpelajar, orang biasa?
· Latar belakang mereka? Dari gereja yang tenang atau gereja yang meriah?

c. Seorang pemimpin acara adalah seseorang yang siap dengan materi yang akan dibawakan. Ia harus mempersiapkan kata-kata yang akan diucapkan, melatihnya dengan cermat, dan mampu membayangkan respons pendengar.
· Berikan komentar yang efisien, singkat dan tepat sasaran. Jangan bertele-tele, apalagi bersaksi. Upayakan tak lebih dari 3 kalimat pendek, kira-kira 30 detik, maksimal 1 menit.
· Latihlah untuk berbicara dengan jelas. Vokal (A, E, I, O, U) yang dapat ditangkap oleh hadirin (ini problem remaja).
· Upayakan untuk berimajinasi, waktu Anda latihan dengan kata-kata itu, para hadirin sudah di depan Anda dan siap Anda pimpin ke dalam acara tersebut. Kira-kira bagaimana respons mereka dengan kata-kata Anda?
· Latihlah diri untuk mencatat dalam secarik kertas apa saja kalimat yang akan Anda ucapakan (boleh diketik). Ya, semua kalimat. Hafalkan! Sehingga ketika berada di depan hadirin, Anda tidak lagi perlu menyontek.
· Upayakan untuk memperkecil kemungkinan salah ucap (slip of tongue), supaya hadirin tidak mendapat kesan bahwa Anda tidak siap dengan penampilan Anda.
· Lima detik jeda sangat menentukan kredibilitas Anda sebagai pemimpin acara. Jangan terlalu banyak jeda yang lama. Kehampaan dalam suatu acara akan menurunkan kualitas acara.

d. Seorang pemimpin acara adalah seseorang yang menguasai medan. Seperti pasukan perang, kita akan lebih siap menghadapi peperangan di medan yang sudah kita kenal. Itu berarti seorang pemimpin acara perlu melakukan penguasaan medan. Sebelum acara dimulai, ia harus melakukan cek dan ricek panggung, dekorasi, sound-system dan tata panggung.
· Ia harus dapat membayangkan, ia akan berdiri di mana, bagaimana ia berdiri, kira-kira semua yang hadir dapat melihat dia atau tidak, apakah ada dekorasi yang justru menghalangi pandangan para hadirin (mis. karangan bunga). Kalau ada, ia harus berinisiatif untuk mengubah tata panggung, atau tempat di mana ia akan berdiri.
· Multimedia yang akan dipakai. OHP atau LCD harus dipastikan berfungsi dengan baik dan tidak mengganggu acara.
· Adakah presentasi lain? Di mana tempatnya yang tepat dalam susunan mata acara?

e. Seorang pemimpin acara adalah seseorang yang menguasai komunikasi non-verbal. Komunikasi antarmanusia sesungguhnya tidak hanya terjadi melalui kata-kata, tetapi juga melalui bahasa gerak tubuh. Justru gerak tubuh ini mendominasi sebagian besar komunikasi dalam sebuah acara. Sebagai pemimpin acara, Anda berdiri di tempat yang terlihat. Semua mata memandang ke Anda, dan mengamat-amati gerak tubuh Anda. Hadirin akan tahu apakah Anda sedang grogi, demam panggung, cemas atau tidak siap. Sebaliknya mereka pun tahu bila Anda telah siap untuk memimpin acara tersebut. Dan mereka mengharapkan Anda siap memimpin!
· Latihlah berdiri tegak, dengan dada terbuka dan kepala langsung menghadap kepada hadirin.
· Sapalah mereka dengan kontak mata. Let your eyes speak!
· Latihlah tangan untuk bergerak secara natural dan mendukung kata-kata Anda. Jangan dibuat-buat atau demonstratif (kata anak muda norak).

III. KALIMAT-KALIMAT YANG HARUS DIHINDARI

1. “Maaf, terjadi kesalahan teknis.”
· Teknik tidak pernah salah, yang salah adalah manusia yang pegang alat teknologi itu.

2. “Kok pada nggak semangat, ya? Belum mandi? Belum makan?”
· Salah siapa suasana jadi nggak semangat? Kok yang disalahkan hadirinnya? Cari solusi-solusi kreatif untuk membuat hadirin bersemangat.

3. “Yang di sini semangat, yang di situ kok tidak, kenapa ya?”
· Apa tahu kalau memang yang sedang tidak bersemangat itu sedang memiliki pergumulan hebat dalam hidup? Jadi, jangan sampai menghakimi, dong!

4. “Hari ini kita mau lupakan semua beban kita, mari kita tanggalkan dan kita bersukacita memuji Tuhan saja. Ayo menarilah, melompatlah, jangan ragu-ragu!”
· Emangnya elu nanggung masalah gue? Saya datang ke sini mau minta tolong sama Tuhan, makanya beban hidup saya bawa.

5. “Haleluya Saudara! Tuhan itu baik, buktinya Tuhan mengumpulkan kita di sini.”
· Lha andaikata waktu mau berangkat ke gereja tadi tabrakan, sehingga nggak bisa kumpul di sini, kan Tuhan jadinya nggak baik, to?

6. “Sambil menunggu Saudara-saudara kita yang lain, mari kita bersama-sama menaikkan pujian.”
· Lho, memuji Tuhan kok buat sambilan nunggu yang lain? Kan berarti orang-orang yang ditunggu itu lebih penting kedudukannya daripada memuji Tuhan.

IV. LATIHAN-LATIHAN

1. Cobalah merancang satu bentuk acara kebaktian remaja:
· Pembukaan sampai doa pembukaan.
· Mempersiapkan pemberitaan firman Tuhan.
· Memberikan persembahan.
· Penutup ibadah.

2. Tiap mata acara di atas terdapat unsur kata-kata, nyanyian dan doa.

3. Masing-masing kelompok melakukan presentasi, dan kelompok lain memberikan evaluasi dan masukan.

SELAMAT BERLATIH!

No comments:

Post a Comment