Thursday, September 20, 2007

Musik Ibadah yang Allah Perkenan


MUSIK IBADAH YANG ALLAH PERKENAN

1. Dari sekian “peperangan” yang terjadi seputar ibadah, peperangan mengenai musik adalah yang paling seru. Bahkan emosional! Perubahan dalam gaya musik telah memecahbelah, membingungkan, dan membuat marah para penyembah. Haruskah kita menyanyikan himne-himne tua dan mendengarkan pujian paduan suara? Haruskah musik bercorak klasik, tradisional, kedaerahan, rock, kontemporer, atau apa? Haruskah kita memakai organ dan piano, atau gitar dan drum? Apakah musik itu untuk pujian semata-mata, tidak boleh berfungsi lain? Di banyak kebaktian alokasi waktu untuk nyanyian ditambah. Beberapa ibadah dimulai dengan praise and worship yang lama, seolah-olah bernyanyi itulah ibadah dan selebihnya dalam ibadah urusan lain.

2. Bagaimana kita menyikapi hal ini? Perubahan di dalam musik ibadah—baik ke corak yang lebih kuno atau baru—cukup sulit ditentukan, sebab kebanyakan jemaat bukan musisi dan sekadar menyukai apa yang akrab di telinga mereka. Kebanyakan jemaat tidak tertarik dengan teori estetika, tetapi cenderung memilih musik berdasarkan kecenderungan emosi. Oleh karena musik sangat berpengaruh dalam mengekspresikan emosi kita, tidaklah mengagetkan musik pun dapat menjadi “lahan yang penuh ranjau” atau jebakan yang berbahaya baik secara individu maupun dalam berjemaat.

3. Kita seharusnya mengevaluasi musik secara alkitabiah. Kita harus mundur sejenak dari pengalaman individual kita dan sekali lagi bertanya, “Apa yang Allah perkenan?” Kita harus sadar bahwa tidak semua musik dan pujian menyenangkan hati-Nya. Coba Anda pikirkan ibadah dan pujian yang Israel naikkan kepada Allah di padang belantara Sinai. Mereka membuat anak lembu emas, memanggilnya Tuhan, dan berdansa-dansi di sekelilingnya (Kel. 32.4-6). Pujian yang seperti itu adalah pelecehan terhadap Allah dan mengundang murka-Nya! Kita harus dengan hati-hati menelisik apa yang Alkitab katakan mengenai bagaimana kita seharusnya memuji Tuhan dan menata musik bagi kemuliaan Dia.

4. Ketika kita merenungkan musik dan ibadah bagi Allah, kita sesungguhnya memikirkan tiga isu: (a) orientasi dasar nyanyian ibadah; (b) substansi nyanyian ibadah; (c) alunan dan instrumen-instrumen yang boleh kita pakai untuk nyanyian ibadah.

5. Orientasi dasar nyanyian ibadah. Inilah bagian yang terpenting dalam nyanyian. Kata-kata yang kita letakkan di bibir untuk dinyanyikan bagi Allah harus benar dan menyenangkan hati-Nya. Satu masalah yang kita hadapi dewasa ini yaitu bahwa “para rohaniwan dan tim ibadah sering mengabaikan pastoral dalam bidang ibadah, termasuk isi doktrinal dalam musik.” Tapi, bagaimana kita yakin bahwa kata-kata yang kita nyanyikan menyenangkan hati Allah? Allah telah memberi kita bimbingan, di dalam Alkitab ada satu buku yang secara keseluruhan merupakan model nyanyian yang benar. Kitab Mazmur menyediakan contoh lagu-lagu yang Allah sendiri telah inspirasikan (ilhamkan). Sangat dianjurkan bagi tiap-tiap orang yang melayani ibadah untuk merenungkan dan mempelajari Kitab Mazmur baik-baik.

6. Substansi nyanyian ibadah. Apa yang Mazmur ajarkan tentang nyanyian? Pertama, mengingatkan kita betapa kaya dan beragamnya pujian yang dapat dan/atau harus kita persembahkan kepada Allah. Mazmur berisi pujian sukacita dan ucapan syukur. Mazmur disebut Kitab Puji-pujian sebab tidak hanya berisi, tetapi juga berpuncak pada pujian kepada Allah (lihat ps. 146-150). Tetapi Mazmur berisi lebih daripada pujian saja. Beberapa mazmur merefleksikan penciptaan (ps. 2, 22, 24, 110); yang lain merenungkan kesempurnaan Firman Allah yang diwahyukan (ps. 119). Ada pula mazmur ratapan dan pertobatan (ps. 32, 51, 137) juga yang berisi kebingungan dan frustrasi yang dialami umat Allah ketika hidup di dunia yang cemar (ps. 44, 73). Yohanes Calvin benar ketika mengomentari Nyanyian Mazmur, “Tidak ada satu emosi pun yang secara sadar dialami oleh siapa saja yang tidak terpantulkan di sini bak dalam sebuah cermin.”

7. Di beberapa gereja dewasa ini, nampaknya hanya lagu-lagu sukacita dan kegirangan saja yang banyak dinyanyikan. Tapi sukacita bukan satu-satunya emosi yang orang Kristen alami. Ibadah Kristen harus menyediakan waktu di mana kesedihan atau emosi reflektif diungkapkan di samping yang sukacita. Alangkah indahnya bila kita membiasakan Nyanyian Mazmur untuk dapat sampai kepada tujuan tersebut.

8. Kedua, Mazmur juga memberi model mengenai substansi nyanyian. Beberapa Mazmur cukup pendek dan ada kata-kata yang diulang-ulang, tapi kebanyakan merupakan respons yang penuh, kaya dan saksama terhadap Allah dan karya-karya-Nya. Menyanyikan pujian kepada Allah, sang pemazmur mengingatkan kita, bukan sekadar ungkapan emosi, tetapi juga benar-benar urusan pikiran. Nyanyian yang cuma diulang-ulang atau dangkal atau sentimental tidak setia kepada teladan Mazmur. Pikiran dan perasaan yang seiring-sejalan merupakan contoh pujian dalam Mazmur, dan gereja modern harus berusaha untuk memulihkan kesatuan yang telah hilang ini.

9. Sekali kita menangkap kembali pengertian yang tepat mengenai isi teks yang harus kita nyanyikan, maka dua isu yang mengikutinya cukup mudah diselesaikan. Alunan nada seperti apa yang seharusnya kita nyanyikan? Kita dapat saja memakai alunan apa saja yang bisa dinyanyikan bagi jemaat yang mendukung isi lagu tersebut. Alunan juga harus mencerminkan mood dan substansi nyanyian dalam terang sukacita dan penghormatan yang tepat untuk ibadah. Dengan tuntunan ini (sambil menyadari sulitnya bagi jemaat bagi perubahan), maka masalah alunan seharusnya dapat diselesaikan secara halus.

10. Alunan dan instrumen seperti apa? Gaya musik apa yang alkitabiah? Di PL, beragam alat musik dipakai di dalam Bait Allah. Namun dalam ibadah Gereja seribu tahun pertama tak ada alat musik sama sekali. Dewasa ini kebanyakan gereja memakai lebih dari satu instrumen. Tapi di mana instrumen dipakai, alat itu harus menolong nyanyian jemaat, bukan mengacaukannya. Intrumen haruslah menambahkan semangat untuk memperdalam perasaan hormat dan sukacita, bukan menguranginya.

11. Tak satu pun PB memberi indikasi jelas tentang instrumen ibadah. Instrumen bukan pusat ibadah. Alat musik mendukung pujian yang dinaikkan jemaat, sebagaimana dititahkan oleh Tuhan. Jika ini tujuannya, maka musik rock tidak tepat untuk ibadah Kristen, meski organ atau gitar dapat dipakai.

12. Musik adalah elemen yang berpengaruh lagi vital dalam kehidupan ibadah jemaat. Namun karena pentingnya ini, kita perlu berhati-hati! Kita harus yakin bahwa kita sedang menyenangkan hati Allah dan bukan mencari hiburan untuk diri sendiri. Cobaan untuk membelokkan ibadah kepada tontonan yang menghibur demikian besarnya, karena sebagai orang-orang berdosa kita cenderung berpusatkan diri sendiri, “egosentris,” daripada berpusatkan Allah, “theosentris.” Kita condong untuk membuat nyaman diri sendiri ketimbang melayani Allah dengan segera dan tulus.

TERPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment