Friday, February 22, 2008

APAKAH ANDA HENDAK MENJADI AGNOSTIK? (2)


Tetapi . . .

Jadi, berkenalan dengan orang-orang yang agnostik dan ateis, saya cukup dapat memahami pergumulan mereka. Namun, teramat sering, dan hal inilah yang saya sayangkan, mereka hanya pragmatis, alias separo menjadi agnostik (atau ateis). Mengapa separo? Karena terlampau dangkal. Selidik punya selidik, bila ditelusuri bagaimana dia tahu bahwa Kristianitas begitu memuakkan, toh tidak ada jawaban yang jelas! Sedikit melakukan autokritik terhadap karakter bangsaku, kecurigaan itu berasal dari kata orang saja! Belum banyak pustaka dan kajian yang dibaca, dinalar, dibandingkan dan disimpulkan. Semua itu adalah kata orang dan (celakanya!) jangan-jangan orang yang jadi sumber itu mendapatkan berita itu pun dari kata orang lain. Ah, budaya menggosip sangat gampang beredar di bangsa kita, bukan? Jadi, berapa banyak kaum agnostik dan ateis yang benar-benar intelektual? Sayang, beribu sayang.

Betapa cukup mengejutkan, seseorang alergi bahkan anti-Kristianitas, tetapi percaya akan adanya Keberadaan yang Jauh di atas sana. Saya bertanya, ngapain tuh Keberadaan? Saya banyak berjumpa dengan kenyataan yang tambah mengejutkan saya: Keberadaan itu pada akhirnya akan membawa orang-orang yang hidup sama seperti Yesus, ke dalam suatu keberadaan spiritual yang kekal. Itulah maksud Yesus datang ke dunia, bukan untuk mendirikan gerakan politik, tetapi berita mengenai Kerajaan yang bukan dari bumi, dan itu adalah suatu tempat di luar wilayah kosmos.

Saya mengindra adanya kontradiksi yang serius. Bila benar Keberadaan itu adalah Sang Pencipta agung, maka tindakan-Nya untuk membawa orang-orang naik ke surga, dalam pengertian lepas dari wilayah dunia ini, adalah suatu tidakan yang akan menganulir kebaikan dan konsistensi-Nya sebagai Keberadaan yang tertinggi, yang serba maha. Ia mencipta dunia ini, tetapi Ia tidak mampu menjaga ciptaan-Nya. Ia lebih memilih escape from reason, dengan membuat suatu dunia lain, yaitu alam rohani. Pertanyaan saya, kalau begitu mengapa pada mulanya Ia "repot-repot" menciptakan langit dan bumi?

Pertanyaan ini bukan hanya bagi kaum agnostik seperti di atas, tetapi juga sekaligus tertuju kepada bentuk-bentuk Kristianitas dispensasionalisme, gnostisisme dan gerakan pentakosta-kharismatik. Absurd sekali kisah-kisah yang disampaikan dari mimbar mengenai pengangkatan ke surga, tujuh masa sejarah menurut Alkitab; tetapi juga pengetahuan (gnosis) rahasia untuk mencapai kebersatuan dengan Allah di alam yang sama sekali berbeda.

Bila benar ada Allah yang demikian, dan kalaupun itu adalah satu-satunya Allah yang dikira sejati, maka Ia bukanlah Allah yang memiliki konsistensi. Dan saya secara pribadi sangat bersuka cita untuk melepaskan agama yang percaya kepada Allah yang demikian!

Tetapi tak kalah berbahaya, bila kaum agnostik yang nyata-nyata bukan bergulat secara mendalam dalam intelektual, mengatakan lebih baik hidup seperti falsafah WWJD. Pertanyaannya, mengapa bukan WWMD atau WWBDWhat Would Mohammed Do? atau What Would Buddha Do? dan seterusnya! Mengapa memilih Yesus untuk diikuti pola dan gaya hidupnya? Bukankah banyak tokoh yang jauh lebih anggun dan santun daripada Yesus? Posisi seperti ini sekali lagi terbukti ambigu, dan tidak ada jawaban yang pasti.

Baik, saya mengakui Kristianitas Konstantinian perlu mengalami dekonstruksi. Meskipun harus diakui ada banyak sumbangsih yang diberikan oleh Kekristenan era ini. Paling tidak, baik Katolisitas maupun Ortodoksi yang tercermin dalam ibadah mereka, tetap memberi tempat kepada “Misteri Allah” yang tak mungkin terselami—dan sebenarnya inilah yang dinanti dan dicari oleh orang-orang agnostik—liturgi yang cantik, bangunan tinggi yang mencerminkan keagungan Allah, ornamen yang mencoba menangkap keindahan bumi dalam sebuah sanctuary. Ah, dalam kritikan, ternyata terselip jawaban secara tak langsung!

Memang, menghayati “agama Yesus” sesungguhnya membuat kita harus menelisik ulang sejarah perjalanan Gereja. Jangan-jangan sudah terjadi diskrepansi (kesenjangan) antara agama Yesus dan agama Kristen. Toh kenyataannya, makin banyak beragam ajaran mengenai Yesus, mengenai Roh Kudus, mengenai keselamatan yang sifatnya esoterik, nyentrik dan tidak berdasar sama sekali. Sangat membingungkan. Apakah yang seperti itu adalah ajaran Yesus yang sejati?

Namun, pengetahuan tentang Yesus sang moralis, sebagaimana yang diyakini oleh kaum agnostik, nampaknya merupakan hal yang tidak mungkin. Apa yang dikatakan Yesus, tidak semata-mata masalah moral, lho! Bacalah Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Nah makin kelihatan, bahwa sebenarnya agnostisime itu asalnya dari kata orang saja. Dibaca baik-baik, maka isi keempat Injil adalah: Yesus datang, ciptaan baru bersemi, dan kita semua mempunyai tugas baru! Dengan demikian, iman Kristen sesungguhnya tak sesempit ajaran mengenai hidup di surga, dan janji adanya pie in the sky when you die!

No comments:

Post a Comment