Saturday, February 9, 2008

Kerygma, Credenda dan Agenda Yesus dari Nazaret (2)


KERYGMA DALAM MANIFESTO NAZARET


Injil Lukas memberitakan kemesiasan Yesus mulai nampak di muka publik ketika Yesus mulai mengajar di sebuah sinagoga di Nazaret. Seorang chazzan menyerahkan lectionary untuk hari itu, dan teks yang dibaca adalah Yesaya 61. Bukan kebetulan bila yang dibaca adalah Kitab Nabi Yesaya bagian ketiga. Cobalah berpikir andaikata Anda berada di sinagoga itu! Anda melihat Yesus mengajar. Anda mendengarkan Yesus membacakan bagian ini. Saya yakin, hati Anda akan dikobarkan dengan semangat membara! Ketika telinga Anda menangkap suara Yesus, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya,” saya sangat yakin bahwa Anda pun secara spontan akan mengatakan, “Ya! Amin! Sekaranglah waktunya!” (Bdk. Luk. 4.22.)

Mengapa demikian? Orang kala itu mengharapkan datangnya pembebasan. Ketika mereka menghitung-hitung, ternyata jatuhnya masa “tujuh puluh kali tujuh masa” seperti yang dikatakan oleh nabi Daniel (Dan. 9.20-27) adalah pada zaman pada waktu Yesus ada. Maka tak heran, sejak pertengahan abad II S.M hingga pertengahan abad II S.M, tanah Palestina adalah wilayah yang paling bergolak. Mereka yakin, setelah masa 490 tahun yang diwarnai dengan ketertekanan dan penindasan bangsa asing terhadap Israel, merekahlah fajar era baru, yang dipimpin oleh Mesias, utusan dari Allah. Dan masa itu jatuh di sekitar zaman Yesus! Zaman itu adalah “Tahun Yobel Agung!”

Dapatkah Anda membayangkan ekspresi orang pada waktu itu ketika Yesus memperkatakan kerygma tentang Pribadi yang Diurapi Allah untuk: (1) menyampaikan kabar baik” kepada orang-orang sengsara, (2) memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan (3) memberitakan tahun rahmat Tuhan. Kabar baik, pembebasan, serta tahun rahmat Tuhan.

Harap Anda tidak cepat-cepat merohanikan ketiga istilah tersebut! Bagi orang Yahudi, “kabar baik” berarti munculnya tunas Daud, sang Mesias yang dijanjikan Allah, yang akan menegakkan pemerintahan Allah di antara kaum pilihan-Nya. Pembebasan (Ibr. deror) menggemakan berita Imamat 25 mengenai Yobel! Pembebasan yang dimaksudkan adalah kepulangan bersama-sama, yang disertai pembebasan dari ketimpangan ekonomis akibat penindasan. Pusaka tanah milik para leluhur yang telah dirampas oleh para penjajah dikembalikan. Keluarga yang tercerai-berai dikumpulkan kembali. Anggota keluarga yang menjadi budak di tanah asing dipulangkan ke tengah-tengah keluarga. Bagi mereka, adalah lebih baik tinggal bersama keluarga daripada tercerai berai. Penyatuan kembali keluarga merupakan tanda anugerah Yahweh. Ini semua adalah rahmat dari Yahweh, cinta kasih Allah perjanjian. Inilah shalom!

Tujuh ratus sebelum Yesus Kristus lahir, nabi Yesaya telah menyerukan tahun pembebasan, tahun rahmat Tuhan, tahun Yobel! Berita ini terus menggema sebagai sebuah kerygma eskatologis. Allah akan kembali ke tengah-tengah umat-Nya. Allah akan menebus kembali dan memulihkan kehidupan umat-Nya, mengumpulkan tulang-tulang Israel yang terserak, menyatukan keluarga yang tercerai-berai, membangkitkan kembali laskar-laskar-Nya dan mengutus Mesias sebagai wakil-Nya.

Dapatkah Anda menangkap visi ini? Dalam PL tidak pernah digemakan eskatologi ke-kiamat-an dunia. Eskatologi adalah kehadiran Allah kembali di tengah umat-Nya, dan Allah akan tinggal bersama-sama dengan umat. Jelas sekali, berita ini revolusioner! Betapa tidak! Bila Allah hadir di tengah-tengah umat-Nya, maka tiada kuasa lain, selain Allah, yang menindas umat, ataupun menempatkan diri sebagai superior. Kerygma PL tidak kurang bernada politis! Politik Kerajaan Allah, yaitu politik yang mewartakan tatanan baru yang dipimpin oleh Allah, suatu tatanan yang dilambari oleh shalom.

No comments:

Post a Comment