Friday, March 6, 2009

LITURGI, WALAH . . . OPO KUWI? (2)



Manunggaling Kawula lan Sang Kristus



Saya meminjam istilah Kebatinan Jawa, yang artinya “bersatunya umat dan Kristus.” Kemarin, di Ibadah HUT Komisi Remaja Metanoia, Sdr. Jimm Song (nggak ada kaitannya dengan teolog Asia Choan Seng Song, lho!) berkhotbah bahwa Allah hadir selalu dalam perjalanan Komisi Remaja. Kita serempak berkata dalam hati, “Amin!” Bukan hanya dalam sebuah komisi, tetapi juga di dalam gereja dan tiap-tiap individu orang percaya. Ya, Kristus hadir! Bukankah Ia sendiri yang berjanji, “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20)?



Kita menghayati kehadiran Kristus baik di dalam ibadah bersama, maupun setelah ibadah bersama. Kita berkumpul di hari Minggu, hari pertama dalam seminggu itu, sebagaimana yang disaksikan oleh Bapa Gereja Yustinus Martir yang berbicara kepada orang-orang kafir di tahun 155 M., “Kami semua mengadakan pertemuan bersama pada hari Minggu karena hari itu adalah hari pertama, saat Allah mengangkat kegelapan dan menciptakan alam semesta, dan Yesus Kristus Penyelamat kami bangkit dari kematian pada hari yang sama.”[1]



Di samping itu, ibadah Kristen yang benar dan ortodoks[2], menghayati kesatuan umat dengan Kristus tidak terjadi hanya dalam tempo 1,5 jam sampai 2 jam di hari Minggu. Di situ umat merasakan kehadiran Tuhan, tetapi di luar hilanglah Tuhannya. Di ibadah umat mencurahkan emosi, sementara di luar ibadah umat lupa dengan Tuhan. Di ibadah “Haleluya!,” di luar ibadah “Hale-lupa” atau “Hale-loyo.”



Itulah sebabnya, sejak dini (jejak-jejaknya sudah dari abad ke-2 dan ke-3) Gereja Tuhan menetapkan Kalender Gereja atau Tahun Liturgi Gereja. Hendaklah kita selalu ingat, bahwa Kalender Gereja itu ditetapkan berdasarkan kehidupan Yesus Kristus. Strukturnya disusun untuk mengenang Tuhan Yesus. Dibuka dengan Adven I (4 Minggu sebelum Natal), Kalender ini berpuncak pada Paskah. Baik orang Yahudi dan orang Kristen memandang penting Paskah. Bagi orang Yahudi, Paskah adalah peringatan pembebasan dari perbudakan, sedangkan bagi orang Kristen paskah adalah puncak karya keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus.



Masa setelah Pentakosta disebut “Masa Biasa.” Bukan berarti kurang penting jika dibandingkan Masa Paskah dan Natal. Justru di Masa Biasa ini kita diajak untuk menghayati pemeliharaan Allah, dan mengerjakan “PR-PR” kita sebagai murid-murid Kristus, sampai kita menyongsong Hari Minggu Kristus Sang Raja (Christus Rex), seminggu sebelum Adven I. Maka, perhatikan siklus besar Tahun Liturgi Gereja berikut ini: 4 Minggu Adven --> Natal --> Epifania (Kristus Tampil di Muka Umum) --> 5 Minggu Prapaskah --> Pekan Suci (Minggu Prapaskah ke-6) --> Trihari Kudus (Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi) --> Paskah --> Kenaikan --> Pentakosta --> Minggu Trinitas (Menutup Peringatan-peringatan Kristus) --> Minggu-minggu Biasa --> Minggu Kristus Sang Raja.



Patutlah kita memuji Tuhan! Sebab Ia mengatur irama hidup kita dalam setahun berdasarkan irama kehidupan Kristus. Bukankah Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita dipilih dan ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya sulung, Tuhan Yesus Kristus (Rm. 8:29). Rasul Paulus sebelumnya juga bersaksi tentang persatuan orang percaya dengan Kristus, bahwa “kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm. 6:4). Inilah rahasia iman kita. Inilah rahasia kehidupan Kristiani kita! Dan inilah rahasia makna Tahun Liturgi Gereja!



Penutup



Saya mengajak rekan-rekan semua, sebagai generasi penerus perjuangan Gereja Tuhan: marilah kita berdiri di atas dasar yang kokoh dan benar. Kristus adalah satu-satunya dasar yang telah diletakkan (1Kor. 3:11). Dan hidup kita diarahkan untuk semakin bertumbuh serupa dengan Kristus! Allah telah menyediakan kepada kita sarana untuk pertumbuhan itu: doa, firman dan Perjamuan Tuhan. Syukur kepada Allah, di dalam liturgi ibadah kita menemukan ketiganya!



Apakah liturgi ibadah adalah ciptaan manusia? Gereja tidak pernah mengklaim telah menciptakan liturgi. Gereja hanya menemukan liturgi di dalam Alkitab. Jadi, liturgi ibadah harus terus menerus dievaluasi bukan oleh semangat zaman yang berubah-ubah dan arus-arus pascamodernitas serta tuntutan keinginan sejumlah pihak, tetapi hanya oleh firman Tuhan!



Marilah kita mengingat selalu, bahwa firman Tuhan mengingatkan kepada kita bahwa ketika suku-suku Tuhan hendak bersyukur kepada Allah, mereka harus melakukannya “sesuai dengan peraturan bagi Israel.” Apa yang dimaksud dengan “peraturan” tersebut? Itulah liturgi! Apa tujuan liturgi? Menciptakan irama ibadah yang tertib dan sopan dalam ibadah.



Terpujilah Allah!






[1]Orang Kristen Inggris tetap menyerap istilah kafir Sunday untuk hari Minggu dengan memaknai bahwa kebangkitan Kristus sama seperti matahari yang bersinar. Itulah sebabnya pada zaman awal, orang Kristen terbiasa mengadakan pertemuan sebelum fajar menyingsing, untuk menyongsong Sang Surya Kebenaran (Mal. 4:2).



[2]Kata ini menakutkan sebagian orang karena berkesan kaku, rigid, tidak bersahabat, dogmatis, menghakimi. Bukan demikian. Ortodoks berasal dari kata Yunani orthos “lurus” dan hodos “jalan”(ada banyak ahli katakan doxa, “pujian” atau “kemuliaan”). Jadi ortodoks berarti “jalan lurus.” Dikenakan untuk gereja, maka gereja ortodoks adalah yang mempertahankan jalan lurus, yaitu ajaran yang diwarisi dari para pendahulu iman di sepanjang zaman.



No comments:

Post a Comment