Tuesday, April 17, 2007

Perumpamaan Seorang Penabur


PERUMPAMAAN SEORANG PENABUR
MARKUS 4:1–20


Latar Belakang

Setting narasi perumpamaan ini adalah Danau Galilea. Kehadiran banyak orang di hadapan Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang guru yang popular. Oleh karena banyaknya orang, maka Yesus harus naik perahu yang sedang berlabuh dan mengajar.

Alam pedesaan Palestina menjadi latar belakang narasi perumpamaan ini. Pada zaman itu, sang penabur (Yun. ho speiron, NIV farmer) menaburkan benih secara acak. Benih ditabur pada waktu penabur melangkah. Menabur benih mendahului proses membajak. Karena itu, ada benih-benih yang jatuh di tempat-tempat seperti yang Tuhan Yesus katakan: di pinggir jalan (4), berbatu-batu (5), semak duri (6).

Dalam kesastraan, perumpamaan ini memiliki keunikan. Selain menuturkan perumpamaan, Tuhan Yesus juga memberikan penafsiran atas perumpamaan itu (13–20).


Pengajaran

Inti pengajaran Yesus adalah mengenai Rahasia Kerajaan Allah, dan sebenarnya bukan berbicara tentang respons manusia terhadap firman. William Lane menegaskan, “Kerajaan Allah merekah di dalam dunia sebagai biji yang ditabur ke atas tanah. Terdapat perbedaan respons atas Firman Allah, tetapi bukan ini pokok pentingnya.” Kerajaan Allah menunjuk kepada karya Allah dan tidak ada satu kuasa pun yang dapat menghalangi penahbisan Kerajaan Allah di atas dunia ciptaan Allah.

Pertama, mari perhatikan penjelasan Yesus sendiri. Ternyata Yesus membuat pemisahan dari pendengar-Nya, yaitu mereka yang tidak diberi rahasia Kerajaan itu, dan mereka yang mendapat rahasia (10–12). Hal ini dipertegas dengan perkataan, “Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun” (ay. 12). Ada semacam “determinisme” bahwa perumpamaan ini tidak ditujukan bagi semua pendengar.

Kedua, dalam dunia Yudaisme apokaliptik, determinisme berpengaruh besar. Bahkan kuasa dan pekerjaan Iblis juga di bawah kendali Allah. Bukan Allah menghendaki pekerjaan Iblis itu, tetapi tidak satu pun pekerjaan Iblis yang mampu mengungguli Allah. Iblis mampu menghalangi pekerjaan Allah (4:15), tetapi pada akhirnya Allah tetap berjaya menyatakan karya-Nya (4:1–9).

Ketiga, Kerajaan Allah ditahbiskan hanya karena pendengaran firman Allah didengarkan. Pada zaman Yesus, banyak gerakan dalam Yudaisme yang, dalam hemat Yesus, telah jauh dari perintah Allah. Jika orang mengharapkan Kerajaan itu hadir, maka orang harus menanggalkan usaha sendiri dan memilih jalan Allah.


Aplikasi

Pertama, kita harus memahami sungguh-sungguh bahwa Kerajaan Allah adalah milik Allah. Kerajaan Allah tidak dapat diusahakan oleh manusia. Kerajaan itu selamanya tetap milik Allah. Allah berhak penuh atas kehadiran Kerajaan itu. Dalam hal ini, kita seharusnya menginsyafi bahwa Allah sungguh-sungguh, bebas, dan Ia berdaulat penuh dalam karya-Nya.

Kedua, tidak satu pun kuasa yang dapat menghalangi kehadiran Kerajaan Allah. Meskipun banyak penghalang dan banyak rintangan untuk berdirinya Kerajaan itu, pada akhirnya Kerajaan itu muncul dalam segala kejayaan-Nya. Dengan memahami ini, kita akan bertambah yakin di dalam Allah yang memiliki rencana agung. Tidak ada sesuatu atau seseorang pun yang dapat menghalangi karya Allah.

Ketiga, respons kita yang terbaik adalah bersiap sedia tatkala Kerajaan Allah itu diumumkan. Kesiapsediaan itu kita nampakkan manakala kita menanggalkan segala daya dan upaya sendiri dan mempersembahkan hati kita untuk dengar-dengaran pada firman Allah. Berhenti untuk menyelesaikan masalah dari diri sendiri, dan mencondongkan hati kepada Allah yang bersabda.

No comments:

Post a Comment