Sunday, April 29, 2007

Allah Tritunggal Terpuji Selamanya 6: Sisipan


SISIPAN


Bagaimana berdialog dengan orang yang tidak percaya mengenai Trinitas? Simak dialog berikut ini.


Pdt. David W. Shenk yang pernah menjadi misionaris di negara-negara Islam menuturkan percakapannya dengan seorang mahasiswa muslim Kenya. Sebagai seorang muslim, Ahmad memegang tauhid—beriman kepada satu Allah. Setelah mengucapkan salam a la Kenya, “Hodi!,” Ahmad segera berseru keras-keras, “Kok berani-beraninya Anda mengajarkan tiga allah.”


“Mari masuk,” undang Pak Shenk. “Mari minum teh dan coba, saya mau dengar apa yang menggelisahkan Anda.”


“Tidak! Saya tidak akan duduk atau minum teh dengan Anda hari ini. Tipuan Anda kepada di komunitas ini harus dihentikan. Allah itu satu, bukan tiga.”


“Saya percaya kepada satu Allah,” balas Pak Shenk.


“Trinitas! Itu politeisme. Itu melawan tauhid. Allah itu satu! Mempercayai Allah punya allah di sampingnya itu syirik. Itu dosa terbesar yang dilakukan manusia. Itu dosa yang tidak dapat diampuni.”


“Oh, Trinitas . . . Trinitas berarti bahwa Anda dan saya harus saling mengasihi dan saling menghormati.”


“Apa yang Anda katakan?” Ahmad bertanya, cukup kaget.


“Trinitas berarti bahwa Anda dan saya harus saling mengasihi. Kata ‘Trinitas’ tidak ada di Alkitab. Kata itu baru muncul dalam kamus Kristen sekitar dua ratus tahun setelah Yesus, ketika seorang teolog Afrika Utara, Tertullianus, menyarankan bahwa “Trinitas” bisa jadi merupakan cara yang baik untuk menjelaskan pengalaman Kristen akan Allah. Jadi, jika kita menemukan cara yang lebih baik menerangkan Allah, boleh-boleh saja.”


Kemudian, menimba hikmat dari Augustinus, teolog Afrika Utara pada abad ke-5, Pak Shenk melanjutkan pembicaraan, “Ketika kami para Kristen memperkatakan “Trinitas,” kami berusaha mengungkapkan kasih Allah dengan bahasa manusia yang tidak pernah cukup. Trinitas berarti bahwa di dalam diri Allah terdapat komuni (persekutuan), keterhubungan kasih, dan persatuan. Trinitas berarti Allah itu kasih; ia menjangkau di luar diri-Nya untuk menjumpai kita dalam pelayanan dan undangan kasih.”


“Allah telah menyatakan diri-Nya dan kasih-Nya kepada kami dalam kehidupan dan pelayanan Yesus sang Mesias. Allah mengundang kami untuk mulai berpartisipasi dengan kualitas yang sama dalam kasih yang memberi-diri dan persekutuan yang kami jumpai di dalam Yesus. Melalui Roh Kudus Allah, kami dikuatkan untuk mulai mengasihi satu sama lain seperti cara Yesus mengasihi.”


“Ringkasnya, Trinitas berarti bahwa di dalam Allah, terdapat persekutuan kasih. Allah mengundang kita untuk saling mengasihi seperti Ia mengasihi.”


Ahmad menyimak dengan perhatian penuh. Ia terperanjat. Setelah jeda reflektif beberapa saat, ia berkomentar, “Itu sangat bagus, saling mengasihi seperti Allah mengasihi.”[1]


[1]D. W. Shenk, Journeys of the Muslim Nation and the Christian Church: Exploring the Mission of Two Communities (Scottdale: Herald, 2003), 162–163.

No comments:

Post a Comment