Thursday, June 19, 2008

BERBAHAGIALAH ORANG YANG SUCI HATI


BERBAHAGIALAH ORANG YANG SUCI HATI


Hati Tertuju kepada Allah dan yang Ilahi

Suci hati, sebagaimana yang Kristus maksudkan, bukan saja berarti hati yang bersih, yang tak pernah kehilangan kemurniannya. Bukan hanya itu, sebab hati yang tak murni pun, bila si empunya hati menyesal, dapat dimurnikan oleh Kristus. Bukan pula artinya sebatas pada: Bebas dari dosa, tetapi lebih-lebih lagi yang dimaksud adalah arah dan tertujunya keinginan itu. Rasul Paulus mengingatkan kita untuk mencari apa yang ada di atas, bukan yang ada di bawah. Cita-cita jiwa yang suci dan murni akan Allah yang suci dan murni lagi kekal, yakni untuk bersatu dengan Dia.

Dengan bertawakal kepada-Nya dan menjadikan segenap kepunyaan kita milik-Nya, jiwa seperti ini seumpama nyala api yang terus berkobar-kobar dan membumbungkan api dan asapnya ke langit. Topan dan hujan dapat mengganggunya dan mengembusnya kian-kemari, akan tetapi selalu didapatinya pula tujuan dan cara untuk ke atas tersebut. Terikat pada tubuh, pada bumi dan makhluk-makhluk lain, maka jiwa murni itu merasa dirinya terkekang, tertarik ke bawah, sedangkan ia ingin sekali hidup semata-mata dalam suasana yang adi kodrati, berdekatan dengan Allah. Usahanya tak akan terhenti, dan selalu terarah kepada apa yang disukai-Nya. Jiwa yang murni akan selalu berusaha mencari Allah dalam segala hal.

Terus menerus dan dengan suka hati seseorang yang murni akan menyerahkan kesenangannya dan kenikmatan kecil-kecil, sekalipun sifat kodratinya adalah hasrat untuk dihormati, menjadi merdeka dan berkuasa. Namun TUHAN! Kesukaan-Nya! Dan untuk itu, seseorang yang suci hati akan mengurbankan segala-galanya.


Mereka akan Memandang Allah

Bukan kelak setelah kehidupan ini! Melainkan sekarang ini juga. Dengarkanlah, bagaimana orang-orang yang suci hatinya ini berbicara tentang Tuhan. Anda akan mengetahui, betapa adi-kodratinya hidup mereka itu. Dengan tak segan-segan sedikit pun diceritakan bagaimana mereka bergaul dengan Tuhan dan apa yang mereka ketahui tentang Dia. Ini tidak diambil dari buku-buku sains atau iptek, melainkan Tuhan sendiri yang mendidik mereka, dengan Kitab Suci, bagaimana dan apa yang Ia kehendaki dari manusia.

Mereka memandang-Nya, bukan dengan mata jasmani, melainkan dengan mata rohani mereka. Mereka mengalami Allah! Mereka juga mengalami pimpinan Tuhan dalam bisikan rahmat Roh Kudus. Dengan rendah hati dan sangat-sangat sederhana mereka mengalami pekerjaan Roh yang menghasilkan buah rohani yang bercitakan sembilan keutamaan itu. Mereka membiarkan diri mereka dipimpin oleh-Nya dan dalam terang ALlah sendiri mereka melihat dan mengetahui hikmat dan pengetahuan yang sejati. Akal budi mereka menyelami rahasia-rahasia iman. Mereka memahami Injil, seperti yang dimaksud oleh Kristus dan dengan tepat sekali dialaminya. Dan kemudian, mereka dibimbing untuk melaksanakan kebenaran-kebenaran iman itu dalam keadaan hidup yang istimewa.

Mungkin ada orang-orang yang hendak berusaha untuk meneladan jiwa-jiwa seperti di atas. Banyak orang ingin meniru mereka. Akan tetapi, mereka itu tak dapat menjadi teladan jikalau kita sanggup seperti mereka, dengan cara menyerahkan diri sepenuh-Nya kepada Tuhan. Agar seperti mereka yang diizinkan memandang Tuhan, maka kita pun harus seperti mereka, dengan bersiap-siap untuk menyangkal diri sendiri, dunia dan makhluk yang ada apalagi materi, supaya kita semata-mata dapat menjadi milik-Nya, semuanya bergantung kepada diri-Nya dan tertuju hanya kepada-Nya.


Hidup dengan Tuhan dan Untuk Tuhan

Mulai dari pagi hingga malam hari, bahkan larut malam, doa-doa jiwa yang murni selalu tertuju kepada pusat kerinduan yang satu dan terutama: Tuhan! Salamnya pada masa pagi ketika bangun adalah, "Tuhan, ya Tuhanku, kepada-Mulah aku bangkit. Jiwaku, badanku merindukan-Mu." Kemudian lekas-lekas ia pergi ke ruang doa, di mana Kristus menantinya untuk berjumpa secara pribadi. Di hadapan-Nya, ia mengakui dirinya sebagai tanah kering, tandus, tak berair sedikit pun. Bagaikan rusa yang merindukan mata air, demikianlah ia pun ingin menyegarkan dirinya ada tubuh Kristus, dan menyerahkan dirinya kepada Bapa.

Berulang-ulang dan lebih erat lagi bersatu dengan Kristus, ia menghadapi pekerjaannya sepanjang hari, yang rutin. Ia menyerahkan dirinya kepada Bapa. Berulang-ulang dan kian erat dengan Kristus, ia menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. Pekerjaan pun dapat diwujudkan dengan mengunjungi orang sakit, orang cacat, anak-anak yatim-piatu, dan mereka yang diserahkan kepadanya.

Jiwa yang murni itu memandang dan mengasihi semua orang dengan mata dan dengan cinta kasih Kristus. Ia mengabdikan dirinya baik dalam kebaktian umum ataupun khusus, dengan penuh kebaikan dan perhatian. Tiada suatu apa pun yang terluput darinya, tiada kesukaran dan yang tak dapat diatasinya. Jika ia bimbang, sejenak ia akan berpusat kepada batin dan Tamu kekasih jiwanya. Ia akan memberi jalan keluar. Dan bila hari telah senja, terbitlah dalam hatinya doa kasih yang sepanjang hari itu, yakni, "Tuhan, ya Tuhanku!" Dan semalam-malaman dengan penuh kedamaian ia beristirahat di dalam Dia.

Percikan Permenungan: "Berbahagialah orang-orang yang suci hatinya, karena mereka akan memandang Allah."

Doa: "Ya Tuhan, Pecinta jiwa-jiwa yang murni, buatlah aku demikian rupa, sehingga Engkau dapat mencintai aku dengan cinta kasih-Mu yang khusus tersebut. Lenyapkanlah dari dalamku segala kelekatan akan kefanaan, dan ajarlah aku hidup dalam suasana adi-kodrati, sedekat-dekatnya dengan Dikau."

No comments:

Post a Comment