Sunday, August 3, 2008

BERBAHAGIALAH ORANG-ORANG YANG DIANIAYA



BERBAHAGIALAH ORANG-ORANG YANG DIANIAYA





“Berbahagialan Orang-orang yang Menderita”



Sabda ini tidaklah masuk akal bagi kodrat manusia. Ia lari karena penderitaan. Ia mencari kepuasan untuk tubuh dan jiwa. Pun ia merindukan kenikmatan, sukacita serta kebahagiaan. Dan Kristus bersabda, “Berbahagialah mereka yang menderita!” Disebut-Nya semacam penderitaan yang mengerikan; yang menakutkan manusia, yakni penganiayaan. Diburu dari kampung-halaman, dikejar-kejar di waktu malam, dalam kesunyian, kesakitan serta bahaya! Dan Kristus bersabda, “Berbahagialah mereka!”



Siapa yang dapat memahami sabda itu? Hanyalah dia, yang berpikir dalam cara pandang Kristus. Hanyalah dia, yang hidup menurut cara hidup Kristus. Hanyalah dia, yang telah menyucikan penderitaan itu; pun Ia telah mempersatukan segala penderitaan dengan sengsara-Nya sendiri dan penderitaan sengsara itu telah diperuntukkan-Nya bagi maksud-tujuan yang tertentu. Tujuannya adalah kemuliaan surgawi. Tentang diri-Nya sendiri, Kristus pernah bersabda, “Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan?” Rasul Paulus memberi kesaksian, “Penderitaan di dunia ini tak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” Terhadap kemuliaan itu, maka penderitaan sengsara di waktu sekarang ini sebenarnya tidak ada apa-apanya dan tidak penting. Kita harus tetap mengarahkan mata kita kepada akhir kehidupan kita. Inilah pokok utama yang disabdakan Kristus lewat segala sabda-Nya. Dengarkanlah baik-baik, apa artinya pembalasan kebahagiaan itu!



“Bagi merekalah kerajaan surga; Tanah akan menjadi milik mereka; mereka akan dihibur; mereka akan dipuaskan; mereka akan dikasihi dengan penuh; mereka akan memandang Allah; mereka akan disebut anak-anak Allah.”





“Berbahagialah Kamu apabila Kamu Dihina Orang Karena Aku”



Yesus melihat rasul-rasul-Nya berdiri di sekeliling-Nya. Apa yang disabdakan-Nya tentang kebahagiaan orang-orang yang bersemangat kemiskinan, yang lembut hati, yang berdukacita, yang lapar dan haus—segala-galanya begitu ajaib, serba baru dan demikian luar biasa! Tak sanggup mereka menangkapnya. Mustahil kebenaran-kebenaran ini dapat dimengerti dengan akal budi yang tertuju kepada keduniawian. Maka, mereka memandang kepada Sang Guru dan mereka itu yakin, bahwa Dialah yang tahu dan bahwa Ia pun berkata benar.



Tetapi sekarang? Dianiaya dan . . . bahagia! Yesus tidak menarik kembali kata-kata-Nya ini, sepatah kata pun. Malahan Ia mengulang dan dengan lebih tegas lagi Ia bersabda, “Berbahagialah kamu, apabila kamu diperolok-olok orang, dianiaya dan difitnah perihal berbagai kejahatan karena Aku.” Yesus melihat ke masa depan. Apa yang diramalkan-Nya di sini, akan menjadi kenyataan. Rasul-rasul itu tak dapat menduga, kenyataan mana yang yang dimaksud Yesus itu. Mereka mencoba mengikuti pikiran-Nya. “Diolok-olok, dianiaya, difitnah.” Hal-hal yang mengerikan setiap orang. Namun, “Bersukacitalah!” Dengan pikiran yang tertuju ke surga, dengan pengharapan teguh akan kebahagiaan, yang tersedia untuk waktu yang kekal. Kristus mengenal kebahagiaan yang demikian. Dari surga itulah, Ia datang ke dunia ini. Ia bersiap sedia untuk menderita sengsara, supaya orang-orang mendapat bagian dalam kebahagiaan itu. Kepada para rasul-Nya, Ia bersabda, “Bersukacitalah, apabila karena Aku, penderitaan ini menimpa dirimu.”





“Bersukacitalah, sebab Pahalamu Berlimpah di Surga”



Bukan saja bersukacita, tetapi Exultate! Bersorak-sorai! Bergembiralah! Dunia terpegun. Mereka, yang menyebabkan rasul-rasul itu menderita sengsara, menganggap ini suatu kemustahilan. Rajaman, umpatan, penghinaan mereka terima dengan gembira. Mereka meninggalkan Dewan Sanhedrin dengan rasa gembira, sebab mereka dipandang layak untuk menderita penghinaan karena Nama Yesus! Stefanus melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah. Di hadapan orang-orang yang merajamnya, ia berdoa, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku,” dan “Tuhan, jangan Kautanggungkan dosa ini kepada mereka.”



Musuh-musuh Kristus merasa dan mengerti, “Kami tak kuasa melawan orang-orang ini.” Mereka lebih berkuasa dari para musuh. Tiada satu siksaan pun yang membuat mereka takut akan kengerian dan kedahsyatannya. Mereka pun tahu, bahwa mereka berada di tangan Tuhan. Apabila hidup mereka dicabut dari dunia ini, maka bagi mereka terbentanglah di hadapan mereka suatu kehidupan yang lebih indah lagi dan kekal di akhirat. Penghinaan-penghinaan itu mempertinggi mereka dan siksaan serta penderitaan mempererat persatuannya dengan Kristus, dalam karya-karya penebusan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa. Cinta kasih yang mendorong mereka adalah sama dengan yang menjadi kebahagiaan-Nya yang kekal di dalam surga.



Percikan Permenungan: Berbahagialah orang-orang yang dianiaya karena kebenaran, sebab bagi merekalah kerajaan surga.



Doa: Bercakap-cakaplah dengan Kristus tentang ketakutanmu akan penderitaan. Mohonlah kepada-Nya kepercayaan akan sabda-Nya serta pengharapan akan kekuatan-Nya. Mohonlah kepada-Nya cinta kasih-Nya, yang sanggup menjadikan segala-galanya indah.



No comments:

Post a Comment