Monday, August 18, 2008

DARA YANG BERDOA, DIA YANG DIKUDUSKAN (2)



Penghulu-penghulu Malaikat



Di sebelah atas, kanan dan kiri, terdapat dua orang penghulu malaikat, yang digambarkan dalam sebuah medali. Penghulu malaikat sebelah kiri, di tangan kanannya terdapat sebuah tongkat, lambang kekuasaan, dan yang kanan tangan kirinya terbuka sebagai bentuk adorasi atau pujian. Kedua malaikat itu membawa bulatan lambang bumi yang di tengahnya terdapat salib. Hal ini mengingatkan kita kepada firman Tuhan sendiri bahwa “oleh Dialah [Allah] memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga” (Kol. 1:20). Bulatan bumi itu adalah lambang dunia yang telah ditebus dan diperdamaikan oleh salib Kristus! Sehingga benarlah pujian dalam Kitab Wahyu, “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya” (Why 11:15).



Cermatilah lebih lanjut, bahwa ukuran Sang Dara jauh lebih besar daripada ukuran kedua penghulu malaikat itu. Amati pula bagian atas jubah Sang Dara yang berwarna coklat bersinar keemasan. Jubah itu mengembang sehingga mirip sekali dengan malaikat yang mengembangkan sayapnya. Dalam sejarahnya, ikon ini kerap disebut sebagai ikon “SANG DARA, LEBIH AGUNG DARIPADA MALAIKAT-MALAIKAT.”



Ada kebenaran di balik penggambaran ini. Iman Kristen mengajarkan kepada kita untuk tidak berkanjang kepada dunia angelic, apalagi sampai memuja-muja malaikat sedemikian rupa. Rasul Paulus telah memperingatkan jemaat di Kolose untuk tidak “membiarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang berpura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang kepada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi, tetapi yang tidak berpegang teguh kepada Kepala . . .” (Kol. 2:18-19). Akses orang Kristen terhadap rahasia kemenangan iman bukanlah pada pekerjaan malaikat, tetapi langsung kepada Kristus yang adalah Kepala dan Juruselamat.



Dalam Kitab Suci, para malaikat ingin sekali memahami rahasia keselamatan yang Allah sediakan kepada manusia (1Ptr. 1:12). Mengapakah, ketika manusia berdosa, disediakan keselamatan? Tetapi ketika malaikat berdosa, hanya kebinasaan dan pengusiran dari surga saja yang berlaku bagi mereka? Rahasia iman ini diterangkan oleh Alkitab sendiri dengan tepat: Kristus datang untuk menebus manusia berdosa, dan bukan malaikat-malaikat! Kristus datang menjadi manusia, bukan menjadi malaikat. Ia menjadi sama seperti kita, terikat dan terbatasi oleh ruang dan waktu, namun berbeda dalam hal keberdosaan! Cur Deus homo? tidak pernah terpecahkan oleh malaikat-malaikat, bahkan oleh para penghulu malaikat! Mereka hanya dapat tersungkur dan bersembah sujud kepada Allah!



Lihatlah! Wajah malaikat-malaikat itu menunjukkan kekaguman tiada tara, nampak ingin memahami rahasia inkarnasi Kristus. Mereka mengamat-amati Sang Dara, seolah-olah ingin mengungkapkan kekaguman mereka atas kebaikan Allah melalui kelahiran Sang Putra lewat Dara itu. Mereka ingin menyelidiki apa artinya! Akan tetapi, dalam keterkaguman mereka, mereka hanya dapat memberikan puja-puji dan kekuasaan itu hanya bagi Kristus Tuhan. “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” (Why. 5:13). Dan lagi, “Amin! Puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!” (Why. 7:12).





Medali Kristus



Di dada Sang Dara, terdapat Kristus yang ditempatkan dalam sebuah medali. Medali itu menempel pada jantungnya. Dalam ikonografi, Kristus yang seperti ini disebut sebagai Kristus Imanuel. Apabila sekarang kita melihat ikon Kristus Imanuel (Christus Emmanuel), berada di jantung hati Sang Dara, kita pun diingatkan akan firman Tuhan, “’Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’—yang berarti Tuhan menyertai kita” (Matius 1:23 bdk. Yes. 7:14). Kristus Imanuel adalah buah tubuh Sang Dara, dan Ia berada di dalam rahim Sang Bunda.



Sang Kristus Imanuel itu tengah merentangkan kedua tangan-Nya, dalam posisi memberkati. Bila Anda lihat, gerak tangan Sang Imanuel ini bersinambung dengan tangan Sang Dara yang sedang berdoa. Sang Dara berdoa untuk umat Allah, Sang Imanuel memberikan berkat-berkat-Nya. Dialah yang memberikan jawaban atas doa-doa orang kudus-Nya, dan Dialah yang menjadi sumber berkat serta pohon keselamatan manusia berdosa.



Ada sesuatu yang luar biasa jika kita mengambil waktu untuk berkontemplasi di depan ikon ini. Semakin lama kita akan semakin kita menyadari bahwa fokus ikon ini bukan kepada Sang Dara. Bagaimana kita tahu? Ikon ini membawa kita kepada rahasia Trinitas yang begitu dalam. Perhatikanlah medali Kristus Imanuel dan medali kedua penghulu malaikat. Bila kita tarik, kita akan menemukan sebuah segitiga, yang menghubungkan kedua malaikat dengan kepala Sang Dara, serta kedua malaikat itu dengan medali Sang Imanuel. Tangan Sang Dara serta lipatan jubah sebelah atasnya menjadi bingkai dari segitiga itu.



Jadi jika kita mau satu padukan pehamanan di atas, yaitu bahwa Sang Dara—sekalipun ia lebih besar daripada malaikat-malaikat—tetapi ia hanyalah “bingkai” atau pengantar agar umat dapat datang dan mengenali rahasia terbesar iman mereka yaitu kehidupan di dalam persekutuan dengan Trinitas yang kudus. Ia disebut sebagai “penunjuk jalan”; dan Kristus adalah Jalan itu, dan dengan seseorang mengenal Kristus, seseorang akan dimaktubkan dalam persekutuan Allah Trinitas yang kudus.





Spiritualitas untuk Masa Kini



Setiap hari kita hidup dalam perjumpaan dengan orang lain. Perjumpaan itu dapat membuat kita senang, tetapi juga dapat membuat kita susah. Kita dapat menghargai orang lain, tetapi juga dapat merendahkan orang lain. Akan tetapi setiap kita, dalam sejarah hidup kita, memiliki sosok atau pribadi yang kita katakan sebagai “idola.” Di mata kita, sang idola kadang-kadang membuat kita tak dapat berpikir objektif. Sang idola seolah-olah menjadi sosok yang tanpa cacat dan tanpa cela.



Untuk itu kita perlu berpikir lebih objektif. Untuk menjadi keobjektivan ini, butuh waktu. Kita harus belajar untuk lebih tenang, tidak tergesa-gesa, dan melihat orang lain dengan apa adanya. Ikon Panagia Agung sekilas mengesankan bahwa Sang Dara adalah pusat dari ikon ini. Padahal, bila kita mengambil waktu untuk lebih cermat dan bermenung, kita ternyata dibawa untuk melihat lebih dalam. Bukan Sang Dara, tetapi kehidupan di dalam Allah Trinitas, itulah yang menjadi fokus perhatian utama.



Oleh karena itu, marilah kita belajar untuk mendekatkan jiwa dan tubuh kita kepada Dia yang empunya kehidupan ini. Maka kita pun akan diantar ke dalam suatu rahasia hidup yang berkemenangan di dalam Tuhan, sebuah kehidupan yang jauh lebih indah, yang Ia telah persiapkan melalui pengutusan Kristus dan penebusan-Nya. Haleluya!





TERPUJILAH ALLAH!



1 comment:

  1. dalam Greja Orthodox ada lagu khusus kpd Maria yg memang sgt pas dengan penggambaran Icon di atas
    "Lebih terhormat dari cherubim, dan tak terbanding lebih mulianya dari para seraphim. Dan tanpa cacat cela melahirkan Allah Sang Sabda, sunggulah kau Theotokos engkau ku junjung tinggi."

    ReplyDelete