Friday, August 8, 2008

Sehati, Sepikir dan Satu Tujuan



SEHATI, SEPIKIR DAN SATU TUJUAN: MENGHAYATI HIDUP BERSAMA DALAM UMAT ALLAH





Kristus menebus suatu umat untuk menjadi milik Allah. Rasul Paulus menjelaskan kepada kita rahasia keselamatan orang-orang percaya. Allah Bapa berkehendak untuk memilih suatu umat sebelum dunia dijadikan, dan menentukan mereka dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya (Ef. 1:3-5). Putra Tunggal Allah mewujudnyatakan karya pemilihan itu dengan mencurahkan darah-Nya sebagai pengampunan dosa (Ef. 1:7). Roh Kudus menjamin meterai dan agunan (jaminan) hingga umat tebusan Kristus itu memperoleh keselamatan yang sempurna (Ef. 1:13-14).



Dalam Filipi 3:20, dituliskan bahwa “kewargaan kita adalah di dalam surga.” Maksudnya sama dengan yang tertulis di Efesus 1:3, bahwa “Allah telah mengaruniakan segala berkat rohani di dalam surga.” Kita hidup dalam berkat surgawi. Inilah kelimpahan berkat Allah yang dicurahkan kepada umat-Nya! Meski kita hidup kini dan di sini, yaitu di dalam dunia yang penuh penderitaan, namun kita bukan milik dunia, ataupun berasal dari dunia (Yoh. 17:16)!



Perlu kita ingat selalu, bahwa hidup Kristiani itu bukan semata-mata urusan pribadi. Keselamatan bukanlah hak privat. Fokus perhatian para penulis PB adalah keutuhan Gereja Tuhan. Itulah sebabnya, Kristus berdoa untuk umat-Nya yang bukan dari dunia tersebut, untuk “menjadi satu” (Yoh. 17:21), dan rasul banyak sekali menasihati agar gereja bersatu. Kepada jemaat Efesus, ia mengingatkan bahwa Kristus adalah “damai sejahtera kita,” dan Ia telah mempersatukan dua pihak dan telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan.



Berarti, untuk menghayati kepenuhan berkat surgawi dari Allah itu, seorang percaya harus menjadi bagian dari sebuah persekutuan kaum percaya. Ia harus menghayati, bahwa umat kepunyaan Allah tebusan Kristus ini berasal dari berbagai latar belakang, dari tiap-tiap suku, bangsa, kaum dan bahasa (bdk. Why. 5:9). Namun demikian, sama sekali tak ada tempat bagi yang satu golongan merasa dirinya lebih tinggi dari golongan yang lain. Sebaliknya, hendaklah tidak ada satu pun di antara saudara sewarga kerajaan surga yang merasa dikesampingkan, hanya oleh karena status sosial atau latar belakang yang memang tak dapat diubah!



Apa yang diharapkan dari “sehati, sepikir dan satu tujuan” (Flp. 2:2) bukanlah keseragaman. Tujuan yang Allah kehendaki ialah agar Gereja sebagai persekutuan umat Allah berani berjuang untuk saling melindungi (Mzm. 122:3, frase “kota yang bersambung rapat” = “kota yang berbenteng”). Siapa pun yang ada di dalamnya memiliki rasa aman. Gereja juga harus mewujudkan keadilan (ay. 5) dan “kesejahteraan” (ay. 6, 7, 8). Jadi, perbedaan boleh ada dan harus ada, tetapi perbedaan itu untuk pembangunan sebuah persekutuan yang indah dan harmonis.



Bagaimana konkretnya? Teladan yang sangat baik dinyatakan di PL. Tatkala Israel melawan musuh bebuyutannya, yakni bangsa Amalek, Musa sang pemimpin tertinggi membutuhkan kehadiran Harun dan Hur (Kel. 17:8-13). Kita tahu bahwa Harun adalah imam besar. Sedangkan Hur pun adalah seorang pemimpin besar, panglima perang! Tetapi, mereka mau melakukan tugas yang “sepele”: menopang tangan Musa yang mulai penat. Mereka tidak gengsi.



Rasul Paulus pun mengingatkan, agar kita tidak mencari kepentingan sendiri, rendah hati dan memprioritaskan orang lain (Flp. 2:3-4). Teladan teragung yang Paulus mau agar jemaat hidupi adalah Kristus Yesus sendiri, yang berani mengambil jalan terhina, sehingga pada akhirnya Ia dimuliakan oleh Allah Bapa di surga, dan kembali ke kemuliaan yang sama seperti sebelum inkarnasi-Nya.



Dalam kehidupan berjemaat, kerap kita mendengar sentimen-sentimen, bahwa Gereja hanya memperhatikan orang-orang yang kaya saja, sedangkan orang-orang yang miskin—mereka yang tidak dapat menjadi penyokong dana gereja—kemudian tersingkir dan tidak dipedulikan. Pernyataan tersebut kadang tidak dapat disangkal, memang demikian. Maka, marilah cepat-cepat bertobat dan kembali memprioritaskan hal-hal yang dapat kita kerjakan bersama-sama, untuk menikmati “kepenuhan berkat Allah.” Hanya dengan bersatulah, kita dapat menjadi saksi Kristus yang hidup di tengah-tengah dunia, sama seperti doa Tuhan Yesus, ut omnes unum sint!, "supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus aku" (Yoh. 17:21).



TERPUJILAH ALLAH!



No comments:

Post a Comment