Saturday, August 9, 2008

BILAKAH KUTAHU HARI KEMATIANKU? (2)



Lebih Baik daripada Minyak yang Mahal



Apalah artinya uang dan harta? Banyak orang menyangka, dengan banyak duit, mereka dapat membeli kebahagiaan. Donald Trump memang dapat menjual rumah mewahnya di pantai California dengan rekor tertinggi sepanjang sejarah, dengan harga $100 juta! Memang semua orang membutuhkan uang, tetapi uang bukanlah segala-galanya.



Merenungkan uang, sadarkah kita bahwa uang kini sudah bergeser fungsinya? Bila dahulu orang menciptakan uang sebagai sarana untuk memudahkan perdagangan, maka sekarang uang itu sendiri diperdagangkan! Kita melihat muncul Bursa Efek di mana-mana. Orang berkecimpung dalam perdagangan valuta asing. Kemudian, orang menjadi cemas dan khawatir dengan kurs mata uang rupiah dibandingkan dengan dollar Amerika Serikat sebagai tolok ukur.



Pada waktu saya mengadakan perkunjungan warga-warga gereja lemah fisik, seorang ibu mengambil HP-nya dan mencari informasi dari yang ia telepon, tentang berapa kurs mata uang saat itu. Saya tidak menangkap maksudnya apa, tetapi paling tidak saya tahu, dia punya dollar, atau bersentuhan dengan bisnis yang menggunakan dollar! Oh, saya tidak menyalahkan dia. Apa yang ingin saya kemukakan ialah, bahwa uang ternyata sudah bergeser fungsinya, bukan? Ada banyak orang terjebak di sini. Dengan makin banyaknya uang yang ia dapat “mainkan,” maka makin naiklah prestisenya. Dan orang tergila-gila dengan gemerlap harta!



Saya melihat kakek yang saya ceritakan di atas berbeda. Ia memilih bukan harta! Tiap hari, bila saya ke kantor gereja kami, saya melihat sang kakek menyempatkan diri untuk mampir dan mensyeringkan pelayanan serta meminta saya untuk turut mengoordinasi, mensistematikkan maksud dan rancangannya. Ia bukan orang yang suka memerintah. Ia bekerja dengan giat untuk pekerjaan Tuhan.



Menjelang siang, tiga hari sekali, sang kakek kadang-kadang menyempatkan diri untuk mampir ke kantor gereja lagi. Saya melihat barang-barang dagangan yang banyak. Ia habis kulak (beli barang dagangan) dari pasar, jajanan-jajanan ringan yang diminati anak-anak SD. Ia mobil ke sana ke mari dengan sepeda motornya. Jarak rumahnya dan gereja lumayan jauh untuk ukuran kota kecil! Ia tinggal di daerah perumahan di Utara kota Kudus, yaitu Perumahan Muria Indah. Ia adalah seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab!



Oleh sebab itu, hidupnya telah menjadi surat terbuka bagi banyak orang! Kadang-kadang dalam pelayanan ia kurang sabar. Tetapi ia bukan orang yang tidak mau belajar atau dikoreksi. Ia sangat menghormati hamba Tuhan, semuda apa pun hamba Tuhan itu. Ia telah menjadi sesepuh dan panutan bagi banyak orang, tetapi ia tidak malu untuk bertanya kepada yang lebih muda.



Sesudah ia bertobat dari hidupnya yang lama (semula ia bukan orang Kristen, bahkan cenderung anti Kekristenan), ia “rindu untuk menjadi pelayan Kristus yang baik.” Doanya sangat sederhana, “Tuhan, karuniai hamba kemampuan untuk melayani.” Itulah doa yang mengiringi perjalanan kekristenan-Nya selama kurang lebih 30 tahun. Betapa girang hatinya, karena ia melihat Tuhan mengabulkan doanya. Tuhan membuka kesempatan demi kesempatan untuk ia melayani.



Pelayanan pertama yang Tuhan bukankan kepadanya ialah pada waktu satu Pos PI di Genjang (pinggir kota Kudus ke arah kota Grobogan) terkena banjir bandang, ia diajak oleh seorang hamba Tuhan untuk melayani persekutuan di sana. Ia terperanjat karena di tengah-tengah kemiskinan dan bencana yang orang Kristen di desa itu alami, mereka masih sanggup memberikan persembahan! “Di tengah kemiskinan dan bencana yang dihadapi, mereka masih tetap setia memberikan persembahan! Pelajaran yang sangat mengesankan!” demikian kata-katanya sendiri dalam lembar kesaksian yang ditulis tangan, mengenang pelayanan pertamanya.



Apa yang dapat dibeli oleh uang? Uang bisa membeli pengkhotbah, tetapi uang tak dapat membeli khotbah yang hidup!



No comments:

Post a Comment