Saturday, August 9, 2008

BILAKAH KUTAHU HARI KEMATIANKU? (1)



BILAKAH KUTAHU HARI KEMATIANKU?





Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal,

dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.



-- Pengkhotbah 7:1 --





Nama yang Harum



Perjuangan membutuhkan tiga hal: moment, movement dan monument. Ketika ada kesempatan, orang akan melakukan gerakan, dan di akhir gerakannya, orang akan mendirikan tonggak peringatan atas gerakannya. Sungguh, tidak ada seorang pun yang menginginkan buah dari perjuangannya dilupakan oleh generasi berikutnya.



Bila gajah mati meninggalkan gading, dan harimau mati meninggalkan belang, maka manusia mati meninggalkan nama. Manusia memang makhluk istimewa. Kematian bagi manusia, bukan sekadar tubuh yang tak lagi bernyawa. Ketika ia mati, orang tetap mengingat kematiannya. Gajah boleh mati, demikian pun bila raja rimba mati, kendati begitu tak ada satu pun makhluk rimba raya yang akan mengingatnya! Manusia mati, di pusaranya diukir nama dan keluarga besarnya. Sekalipun mati, manusia tak pernah dilupakan. Ia akan tetap terkenang dalam memori orang yang mengasihi dan dikasihinya.



Inilah yang dikatakan dalam iman Kristen bahwa manusia itu sesungguhnya adalah makhluk rohani. Ia memiliki tubuh yang jasmani, tetapi juga roh yang tidak mati. Rohnya tetap hidup, dan hidup untuk selama-lamanya. Kehidupannya tetap berkobar di dalam kenangan orang yang dekat dengannya. Itulah sebabnya, ketika seseorang mati, orang-orang yang ada di sekitarnya menjadi sangat sedih dan berdukacita. Kehadirannya jauh lebih penting dari apa pun juga. Semakin kematian itu tidak wajar (dibunuh atau bunuh diri), perasaan kehilangan itu akan semakin besar. Ada perasaan tidak rela, bila ia mati. Kenangan masa lampau yang dilalui bersama, pahit dan manis kehidupan, menjadi hilang seketika!



Namun kematian itu dapat dibedakan menjadi dua, “kematian yang mulia” dan “kematian yang hina.” Meminjam terminologi Al Qur’an, ada khusnul qotimah, ada su’ul qotimah. Seseorang yang khusnul qotimah adalah orang yang mati mulia. Ia mati dengan nama yang harum. Banyak orang yang akan kehilangan dia. Sedangkan seseorang yang su’ul qotimah adalah orang yang meninggal dengan terhina. Tidak ada atau sedikit saja orang yang meratapi kematiannya. Orang tidak merasa kehilangan dengan kematiannya.



Bagaimana tahu bahwa seseorang itu khusnul qotimah atau su’ul qotimah? Salah satunya dengan melihat seberapa banyak orang yang hadir dalam rangkaian acara perawatan jenasahnya. Bagi orang Kristen, dan khususnya dari kalangan Tionghoa, perawatan jenasah bisa berhari-hari. Ada acara tutup peti, malam-malam penghiburan, pemberangkatan jenasah dan pemakaman/perabuan. Bila dalam rangkaian acara itu, orang-orang banyak yang hadir, orang itu dapat dikategorikan dalam khusnul qotimah.



Saya saksikan itu kemarin! Sang engkong yang saya ceritakan, yang tutup usia dalam usia 73 tahun, yang masih menjabat sebagai Majelis Jemaat, dan terus aktif sebagai pelayan Tuhan di pekerjaan pekabaran Injil, pada waktu tutup petinya, begitu banyak orang yang hadir. Lebih dari 200 orang. Dia bukan orang kaya. Bukan orang yang berpengaruh karena jabatannya. Dia adalah seorang ayah dari 8 anak, dan sampai tutup usia, ia adalah pengelola kantin di SD Masehi, dekat gereja kami.



Saya melihat orang-orang yang datang di rumah duka itu berasal dari berbagai kalangan. Kaya-sederhana, urban-pedesaan, Kristen-non Kristen, tua-muda. Dari cabang-cabang yang pernah dirintisnya juga; salah satu cabang sampai-sampai menyewa truk dan “turun gunung” dengan mengerahkan 25-an orang! Pendeta-pendeta juga berkumpul, yang dari luar kota pun hadir. Para tetangga yang kebanyakan juga non-Kristen tak ketinggalan. Jelas, kakek ini aktif dalam kegiatan desa. Menjelang detik-detik kematiannya, ia sedang mengikuti rapat RT untuk HUT Kemerdekaan RI. Tak kurang dari 250 orang yang mengikuti upacara tutup peti dengan penuh khidmat! Saya tidak dapat membayangkan, berapa banyakkah orang yang hadir pada kebaktian malam penghiburan Minggu, 10 Agustus 2008!



Orang yang satu ini meninggalkan nama yang harum. Ia telah membangun reputasinya yang baik. Dan orang-orang mengakuinya! Bukannya tak punya “musuh” atau orang yang tidak menyukainya. Tetapi terbuktilah, jauh lebih banyak orang yang menghormati dan menghargai setiap jerih juang sepanjang hidupnya!



No comments:

Post a Comment