Monday, January 1, 2007

The Blazing Grace!

THE BLAZING GRACE!


“Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel” (Matius 2.6)



Anugerah Bagi Kaum Narsis

Begitu mendengar kata “anugerah,” apa yang segera terbayang di dalam pikiranmu? Saya yakin: pemberian gratis, atau hadiah yang cuma-cuma. Itulah yang dipikirkan banyak orang mengenai iman Kristen. Cobalah bertanya kepada beberapa orang Kristen yang kamu kenal, mengapa mereka menjadi Kristen, kamu akan mendapat jawaban yang kurang lebih seperti ini: “Ya karena dalam agama Kristen, masuk surga itu pasti.” Atau, “Saya takut neraka, dan agama Kristen menjanjikan kepastian untuk masuk ke dalam surga dan bukan neraka,” dsb., dsb.

Jadi, agama Kristen itu kurang lebih hanya sekadar masalah “kado rohani.” Surga adalah hadiah gratis. Yesus Kristus adalah pemberi kado itu. Kehadiran-Nya di dunia—lahir untuk mati—adalah demi menyediakan kado yang kekal itu. Nah, karena itu tidak mengherankan, Natal memang jadinya sama artinya dengan menerima banyak kado dan Kado!

Tahukah kamu, pada akhirnya agama yang seperti itu tak ubahnya merupakan sebuah agama yang narsistis! Motivasi kamu untuk beriman kepada Kristus yakni karena kamu takut. Takut mati! Takut ke neraka! Takut tidak hidup sejahtera dan melimpah! Takut untuk sakit! Takut hidup berat! Tujuan beragama yaitu supaya terhindar dari segala “takut” itu, kamu undang Tuhan Yesus untuk menjadi Juru Penenang, atau seorang pengawal pribadi yang selalu stand by, atau semacam OB—office boy yang siap untuk mengantar minuman bagi pejabat di kantor yang memanggilnya.

Makin yakin saya akan hal ini, ketika melakukan survei kecil-kecilan terhadap lagu-lagu rohani kontemporer. Begitu sedikit yang berbicara mengenai dosa. Kian sulit menemukan lirik lagu seperti ini:

Meski tak layak diriku, tetapi kar’na darah-Mu,
Dan kar’na Kau memanggilku, kudatang Yesus pada-Mu.

Sebaliknya, makin melimpah lagu seperti berikut:

Bila hati terasa berat, tak seorang pun mengerti bebanku
Kutanya Yesus, apa yang harus kubuat?
Dia berfirman, “Mari datanglah!,” Dia selalu pedulikan aku
Kudatang Yesus, Dia pikul s’gala bebanku.

Lho, maaf!, Yesus kan seperti keledai yang mengangkut beban sang tuan! Di mana dalam Alkitab Yesus memikul segala beban kita? Yesus memikul salib-Nya sendiri. Salib itu bicara mengenai penebusan dosa manusia. Salib itu mengenai Kristus yang menggantikan posisi orang berdosa menerima penghukuman dari Allah. Dan, salib itu adalah kehendak Bapa. Yohanes 17.4, “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.”

Coba pikirkan dengan kritis implikasi pemahaman yang tercermin seperti lagu di atas! Kamu yang menjadi siswa tidak belajar dengan disiplin, menghabiskan waktu dengan sia-sia. Akhirnya, di penghujung tahun ajaran kamu tidak naik kelas. Akibat yang kamu tanggung, malu dengan teman-teman. Kamu katakan: Itulah beban yang kupikul sekarang ini. Nggak ada yang peduli. Lalu kamu datang kepada Yesus, satu-satunya yang peduli, dan breegggg, semua beban kamu pindah ke pundaknya Yesus.

Baru-baru ini saya membaca satu buku yang menyentak pikiran saya, judulnya A Generous Orthodoxy (“Ortodoksi yang Berbaik Hati”) karangan Pdt. Brian D. McLaren. Ditulis di sana suatu sindiran,

Jika Yesus yang sejati mengetuk pintu rumah kita sebagai Raja/Tuan/Guru yang Revolusioner, saya pikir kita mengintip di lubang pintu dan menilai-Nya [Yesus yang] palsu, sebab “Kawan Yesus” kita sebagai Juruselamat sudah duduk di sofa dalam rumah, menonton TV bersama kita, mengacungkan jempol dan bergirang, “memenuhi segala kebutuhan kita” dengan baik, syukur tak terhingga. (Hal. 97)

Benar demikian, bukan? Ya, itulah Yesus yang kita kenal, paling tidak Yesus yang kita harapkan. Yesus yang jinak, romantis dan spirituil, kita anggap sebagai Yesus yang sejati, yang benar! Kalau begitu, kita tidak akan pernah siap untuk menerima Yesus sebagai Yesus yang tegas, Yesus yang berdiri “melawan” kita, Yesus yang membongkar borok-borok kita.



Anugerah yang Berbahaya!

Iman Reformed berbeda dengan agama narsis di atas. Etos Reformed dilandasi oleh pemahaman: bagi kemuliaan Allah semata (gloria soli Deo). Bukan karena takut ke neraka, tetapi bertanya, sesungguhnya tujuan utama hidup ini apa sih? Dan jawabannya adalah, “Memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya.” Dan kalau ditanya, apakah satu-satunya penghiburanmu baik pada waktu hidup maupun mati? Kita menjawab:

Bahwa saya, tubuh dan jiwa, baik pada waktu hidup ataupun mati, bukanlah milikku sendiri, tetapi milik Yesus Kristus, Juruselamatku yang setia, yang dengan darah-Nya yang mahal telah menggenapkan segala tuntutan bagi dosa-dosaku, dan membebaskan aku dari segala kuasa Iblis; dan dengan jalan itu Ia memelihara saya sehingga tanpa kehendak Bapaku yang di surga, tak sehelai rambut pun jatuh dari kepalaku; sesungguhnya, segala sesuatu pasti disediakan bagi keselamatanku, dan melalui Roh Kudus, Ia meyakinkan saya akan hidup yang kekal, dan oleh karena itulah Ia membuat saya dengan suka rela dan sedia untuk hidup bagi Dia.

Coba perhatikan dengan teliti. Menurut keyakinan yang alktabiah, sebagaimana tercermin dalam iman Reformed, kita menemukan dengan jelas siapa Kristus, apa yang Ia kerjakan atas dosa-dosa kita, pemeliharaan atas hidup, jaminan keselamatan dan dengan jalan itu kita mempersembahkan sepenuh hidup kepada Allah!

Di antara sekian bapa gereja, Yohanes Calvin (1509-1564) adalah pelopor pemikiran bahwa Yesus Kristus adalah “Nabi, Imam dan Raja,” yang dikenal dengan istilah munus triplex. Dengan memahami bahwa Kristus memangku jabatan Nabi, Imam dan Raja, maka kita akan terhindar dari bahaya “agama narsistis” seperti di atas. Dijamin! Lho, kok bisa?

Pertama, Kristus sebagai Nabi, berarti Kristus siap berkonfrontasi dengan kita. Coba perhatikan nabi-nabi di Perjanjian Lama. Biasanya kata-kata pedas dan memerahkan telinga yang keluar dari mulut mereka. Hal itu sebab mereka adalah jurubicara Allah. Para nabi benar-benar membongkar kedok, mengorek borok dan membuka selubung kebusukan umat Allah. Perhatikan Musa sebagai mediator (perantara) ikatan perjanjian dengan Israel. Nah, Tuhan Yesus digambarkan sebagai Musa yang baru, dan Ia adalah mediator ikatan perjanjian yang baru dengan umat pilihan Allah. Hendaklah kita selalu ingat, bahwa Tuhan Yesus takkan segan-segan untuk menjungkirbalikkan segala kebobrokan kita (Lukas 4.18-21; Matius 24.1-28).

Kedua, Kristus sebagai Imam, berarti Kristus bagi kita. Tuhan Yesus digambarkan sebagai Imam PB yang mempersembahkan kurban, bukan lagi kurban sementara berupa hewan yang disembelih, tetapi Dia sendiri yang menyerahkan diri-Nya disembelih sebagai Kurban penebus dosa yang sempurna. Sebab dengan apakah dosa manusia dapat dihapuskan? Tidak mungkin dengan hewan kurban. Tak mungkin dengan nyawa makhluk berkaki empat. Semua itu adalah gambaran dari kurban Kristus di atas Kalvari. Kurban itu dicurahkan di atas kayu salib, namun diterima di hadapan hadirat Allah di surga sebagai pelunasan dosa yang seutuhnya. Dan, Allah kini menyatakan kepada kita, “Sudah dibayar, tunai!” Bukan hanya itu. Karya Kristus sebagai Imam berlanjut ketika Ia naik ke surga, menjadi Jurusyafaat bagi kaum yang telah ditebus oleh darah-Nya (Ibrani 5.5-10).

Ketiga, Kristus sebagai Raja, berarti Kristus di atas kita. Yesus memang Sahabat kita, tetapi bukan seperti pacar kita! Dia adalah Raja di atas segala raja dan Tuan atas segala tuan. Ia naik ke surga dan memerintah di kanan Allah Bapa. Kalau begitu, alam raya ini diperintah bukan secara demokratis, pemerintahan oleh rakyat, tetapi bagaikan sebuah Kerajaan yang mahaluas di bawah kekuasaan Allah. Allah Bapa telah menetapkan Kristus sebagai Raja-Nya. Kita-kita ini adalah warga yang diperintah oleh Sang Raja. Sudah sepatutnya kita menundukkan diri kepada Sang Raja, menyembah Sang Raja, serta membaktikan diri kita untuk melayani Sang Raja (Lukas 1.35, 68, 69; Filipi 2.9-11; Kolose 3.1, 2).

Uraian di atas bukan saya maksudkan untuk menjadi tambahan pengetahuan doktriner. Tetapi lebih dari itu, saya ingin menegaskan arah perjalanan hidup sebagai orang-orang Kristen sejati, anak-anak muda yang reformed, dalam pemahaman yang benar menurut Alkitab. Saya menjamin, hal ini tidak populer di kalangan anak muda zaman sekarang.

Itulah sebabnya, anugerah sejati itu berbahaya! Berbahaya bagi rasa aman yang palsu. Berbahaya bagi ketenanganmu yang tidak mau hidup bagi Allah. Berbahaya bagi bungkusan-bungkusan rapi yang membuat engkau nyaman dari pembongkaran-pembongkaran kebusukan. Semua yang akan dilakukan oleh anugerah sejati ini jelas tidak dikehendaki oleh zaman kita. Orang jauh lebih siap mendengarkan khotbah yang mereka sudah mengerti—apa yang mereka ingin dengarkan, yakni selera-selera mereka—daripada diajar pokok-pokok kebenaran yang menuntut mereka bercermin akan kehidupan ini dengan standar-standar tersebut. Kalau dianalogikan, tiap-tiap orang ingin tinggal di dalam rumah yang dibangunnya, dan tidak menghendaki rumah itu ditiup oleh angin puting beliung. Meski rumah itu terbuat dari bahan yang cepat rapuh.

Saya berharap, sebagai sahabat dan rekan sepelayanan, terhadap semua anggota Komisi Remaja Metanoia, bahkan setiap anak muda yang saya kenal maupun tidak saya kenal: Betapa pun kita tidak menyukai anugerah yang berbahaya itu, tetaplah berpegang kepadanya. Peluklah erat-erat. Camkan dan usahakanlah dirimu untuk terus mengingat bahwa Kristus adalah Nabi yang melawan kesalahanmu, Imam yang mempersembahkan diri-Nya bagi dosamu, Raja yang layak disembah dan dilayani.

Hanya anugerah yang berbahaya itu saja satu-satunya anugerah yang sanggup mengobarkan jiwa pelayananmu. The dangerous grace is the blazing grace! Anugerah yang berbahaya itu sekaligus anugerah yang mengobarkan. Anugerah yang narsistis justru membuat kamu selalu minta dilayani oleh Allah. Sebaliknya, anugerah yang dijauhi oleh banyak orang itu—Kristus sebagai Nabi, Imam dan Raja—adalah anugerah sejati yang membuat kamu tetap di dalam pengharapan, kokoh di dalam iman.

TERPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment