Monday, January 1, 2007

Tuhan Perjanjian

TUHAN PERJANJIAN

Bahan: Keluaran 3.12-15; 6.1-8; Ulangan 6.4; Yesaya 41.4; 43.10-13; 44.6



Apa sih yang kamu pikirkan ketika kamu menyebut Allah sebagai Tuhan? Kata “Tuhan” pertama-tama dipakai untuk menerjemahkan kata YHWH di Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama), yang biasanya juga diucapkan “Yehuwah” atau “Yehova.” Di Perjanjian Baru, kepada Yesus diberikan gelar kurios, satu kata Yunani yang dipakai untuk menerjemahkan YHWH di PL. Berarti, Tuhan Yesus memainkan peran sebagaimana YHWH di PL, sang kepala perjanjian. Setiap kali kita berjumpa dengan kata “Tuhan” bagi Yesus, hendaklah kita ingat bahwa Dia adalah benar-benar Allah kekal, Allah yang Mahatinggi (Yoh. 8.31-59; Rm. 10.9; 1 Kor. 12.3; Flp. 2.11).

Mari kita selidiki tiga aspek dalam ketuhanan Allah di dalam Alkitab:

(1) Kendali. Tuhan adalah satu-satunya pihak yang mengendalikan seisi dunia. Ketika Allah menebus Israel dari Mesir, Ia melakukannya dengan tangan yang kuat lagi perkasa. Ia mengendalikan semua yang ada di dalam ini untuk menjatuhkan kutuk ke atas Mesir dan untuk mengalahkan kekuatan totaliter terbesar pada zaman itu. Lih. Keluaran 3.8, 14, 20; 20.2; 33.19; 34.6; Yes. 48.12dst.

Ingatlah selalu, ketuhanan Allah di dalam Alkitab tidak hanya berhubungan dengan keselamatan dan pemilihan anugerah sebelum dunia dijadikan. Jalannya seisi alam dan sejarah itu di bawah kontrol Allah. Efesus 1.11; Roma 11.36 menyatakan kebenaran ini dengan saksama, dan banyak sekali peristiwa di dalam Alkitab yang terjadi di bawah pengaturan Allah. Bahkan jatuhnya burung pipit dan jumlah rambut yang ada di kepala kita!

(2) Otoritas. Otoritas adalah suatu posisi untuk dipatuhi dan ditaati. Tuhanlah yang memiliki hak tersebut. Ketika Ia berbicara, kata-katanya harus dituruti. Ikatan perjanjian selalu memakai kata-kata. Tuhan perjanjian berbicara kepada umat perjanjian-Nya mengenai nama-Nya yang kudus, berkat-berkat-Nya kepada mereka, tuntutan-tuntutan-Nya terhadap tindakan mereka, janji-janji serta penghukuman-Nya. Kata-kata itu dituliskan dalam sebuah dokumen; dan mengabaikan kata-kata Allah dalam dokumen tersebut berarti memberontak terhadap perjanjian yang telah diikatkan kepada Allah.

Otoritas Allah bersifat absolut atau mutlak dalam tiga pengertian: (i) Ia tidak dapat diragu-ragukan (Rm. 4.14-20; Ibr. 11; Ayb. 40.1dst.; Rm. 9.20). (ii) Perjanjian-Nya melampaui segala kepatuhan manusia terhadap apa pun (Kel. 20.3; Ul. 6.4dst.; Mat. 8.19-22; 10.34-38; Flp. 3.8). (iii) Otoritas perjanjian-Nya meliputi segala area kehidupan manusia (Rm. 14.23; 1Kor. 10.31; 2 Kor. 10.5; Kol. 3.17, 23).

(3) Kehadiran. Tuhan adalah satu-satunya yang mengangkat sekelompok umat untuk menjadi milik-Nya. Ia menjadi Allah mereka, dan mereka menjadi umat-Nya. Ia berjanji akan beserta mereka (Kel. 3.12). Kehadiran Tuhan inilah yang merupakan tema yang teramat menakjubkan, yang memenuhi seluruh Kitab Suci: Lih. Kej. 26.3; 28.15; 31.3; 46.4; Kel. 3.12; 33.14; Ul. 31.6, 8, 23; Hak. 6.16; Yer. 31.33; Yes. 7.14; Mat. 28.20; Yoh. 17.25; 1Kor. 3.16dst.; Why. 21.22).

Jadi, YHWH sungguh-sungguh dekat dengan umat-Nya. Tidak seperti ilah-ilah bangsa lain. Ia benar-benar dekat kepada Israel dengan adanya Kemah Suci dan Bait Suci. Kemudian Ia mendekatkan diri-Nya kepada kita di dalam Yesus Kristus, dan di dalam Roh Kudus. Dalam kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya, Ia tak pernah jauh dari siapa pun (Kis. 17.27-28).

Kehadiran Allah berarti berkat bagi umat-Nya, tetapi dapat pula berarti kutuk dan penghukuman, yaitu ketika umat memberontak kepada perjanjian-Nya.


Renungkan:

1. Apa yang kamu pelajari tentang Allah sebagai Kepala Perjanjian?

2. Iman Kristen tidak hanya bicara tentang jaminan masuk surga. Apa pentingnya pemahaman Allah sebagai Tuhan perjanjian bagi hidupmu?

No comments:

Post a Comment