Wednesday, February 14, 2007

Baalisme dan Yahwisme Versi Modern 3

IV

Frase lain dari “Neo-Baalisme” adalah “Saya tidak mendapat apa-apa dari ibadah ini.” Tatkala hal ini mengacu kepada ibadah Kristen, maka harus diterima sebagai satu kritik serius sekaligus bentuk pengasihan diri dari partisipasi lebih lanjut dalam ibadah sebab ia merasa ibadah terasa tidak relevan dan tidak menarik.

Asumsi yang menggarisbawawi frase tersebut pastilah takaran menarik atau tidak, bermanfaat atau tidak menurut si individu. Tetapi hal itu adalah bentuk paling sederhana dari Baalisme redivivus [bangkit kembali]: ibadah bertujuan untuk mengenyangkan emosi dan kecondongan-kecondongan mental-rohaniah dari si penyembah. Sebaliknya, kehendak Allah yang menyatakan sesuatu yang melampaui atau yang lain daripada yang sudah jadi bagian dari susunan mental-emosional si penyembah akan ditolak mentah-mentah. Khotbah pada dasarnya lebih dapat merasuk bila beritanya yang sudah diketahui dan yang terus ingin didengar, ketimbang pengajaran-pengajaran yang mendalam. Ibadah yang mengajak sesorang berpikir lebih tinggi mengenai pengajaran dianggap sebagai ibadah yang abstrak atau mengawang-awang.

Jadi dalam ibadah tersebut, satu-satunya prasuposisi mengenai ibadah Kristen yang sejati, yaitu bahwa Allah perjanjian telah mewahyukan diri-Nya dalam firman-Nya sudah pasti dihapuskan. Kenyamanan a la prinsip Freudian menjadi penggantinya, dan ibadah diselewengkan untuk tujuan “memecut Allah hingga mematuhi tuntutan-tuntutan manusia” (Eichrodt). Ibadah dibelokkan hanya sekadar pembungkus protektif bagi pencarian diri manusia. Pencarian diri manusia dalam ibadah biasanya bermain di area psikis ketimbang di ranah seksual, namun demikian ibadah tetap tidak berdampak untuk memperbaiki akibat-akibat yang telah ditimbulkan oleh Baalisme yang menekankan kenyamanan pribadi. Seseorang bisa jadi disenangkan, dihangatkan, dibuat takjub atau dinyamankan dalam ibadah seperti itu; namun ia tidak akan diubah, dan tidak akan diselamatkan. Perasaan-perasaannya dapat tersentuh dan kesenangannya dapat bertambah luas. Tetapi, kehidupan moralnya akan tumpul dan pemahaman akan Allah hanya sebatas khayalan pribadi.


V

Bukti yang telah terkumpul dari orang-orang Ibrani di Kanaan menunjukkan bahwa hal yang penting bukanlah bahwa mereka sepenuhnya dan dengan membabi buta menolak aspek material dari Baalisme. Mereka sungguh telah memasukkan elemen-elemen baru dan mengisinya dengan motivasi-motivasi yang baru. Hal yang terpenting ialah bahwa segala sesuatu yang baru mendapatkan maknanya dari pewahyuan historis dari Allah perjanjian. Pastilah ada area-area yang ditolak—pelacuran sakral, penggunaan gambaran-gambaran, pengurbanan bayi-bayi—tetapi beberapa elemen dalam penyembahan Baal diadaptasi. Dalam pada itu, hal-hal itu segera diubah menjadi yang sama sekali berbeda dan sama sekali baru; hal-hal tersebut menjadi media pewahyuan Allah yang bersabda di Sinai.

Sebab Sabda itu menjadi lebih jelas dan mewujud di dalam Yesus Kristus, maka tidak ada alasan bagi umat Allah untuk terbujuk oleh Baalisme, atau Neo-Baalisme. Dan tidak ada alasan apa pun untuk lalai bahwa firman Allah di dalam Kristuslah yang seharusnya mengontrol dan menguasai ibadah.

Terdapat banyak sekali pembaruan yang terjadi di dalam ibadah Kristen pada masa kini, pembaruan-pembaruan yang berpadu dengan pengalaman dan persepsi baru terhadap otoritas Injil dalam sabda kudus dan sakramen. Dapat diamati, banyak sukacita serta perayaan yang bertumbuh dalam ibadah masa kini yang telah berhasil dibentuk oleh warta penebusan Kristus.

Hal ini menunjukkan bahwa kedekatan gereja kontemporer terhadap sejarah ibadah Israel dan Gereja Tuhan tidak akan membuat seseorang terlalu bercuriga dalam hal-hal pembaruan atau inovasi bentuk-bentuk ibadah. Tetapi, hal ini juga akan membebaskannya dari sekadar membuat perubahan untuk alasan-alasan yang keliru. Dan pemahaman ini akan membentuk satu keyakinan mendasar bahwa setiap aspek kehidupan telah dan dapat dibawa “tertawan dan ditaklukkan kepada Kristus” (2Kor. 10.5) dalam ibadah umum gereja masa kini.

TERPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment