Monday, February 12, 2007

Kristus Perantara Pembenaran Kita


KRISTUS PERANTARA PEMBENARAN KITA

Eksposisi Roma 5.12-19



Pendahuluan

Roma 5.12-19 adalah bagian yang menyingkapkan kebenaran yang sangat dalam mengenai keberadaan manusia. Jelas, bagian ini tidak boleh dihindari oleh orang Kristen yang ingin sungguh-sungguh mengenal keberadaan dirinya sebagai manusia berdosa dan yang telah dibenarkan oleh Kristus. Namun di sisi lain, harus kita akui bahwa bagian ini adalah satu bagian yang sangat sukar untuk dipahami dari sekian tulisan rasul Paulus.

Melalui studi ini, saya berusaha mengetengahkan eksposisi sederhana, dengan satu kerinduan untuk mengajak segenap kaum beriman dapat memahami kedalaman kebenaran iman kita. Saya berutang ide terutama kepada Pdt. John Stott.


Teks

5:12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.
5:13 Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.
5:14 Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.
5:15 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.
5:16 Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran.
5:17 Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.
5:18 Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.
5:19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.

Eksposisi

Dalam bagian pertama Surat Roma, rasul Paulus menarik perhatian kita kepada kebenaran bahwa pendamaian kita, dan keselamatan akhir kita semata-mata oleh karena kematian Anak Allah. Penjabaran ini segera menimbulkan satu pertanyaan: tetapi, bagaimana mungkin pengurbanan satu orang dapat menjadi berkat bagi banyak orang? Hal ini jelas bukan sekadar seperti perkataan mendiang Sir Winston Churchill, “Begitu banyak orang berutang begitu besar kepada begitu sedikit orang”; karena pada dasarnya begitu banyak orang berutang begitu besar kepada satu pribadi saja, Kristus yang tersalib. Bagaimana mungkin?

Rasul Paulus menjawab pertanyaan yang telah diantisipasi itu dengan membuat analogi antara Adam dengan Kristus, “Sang Adam Kedua.” Baik Adam dan Kristus mengetengahkan satu pokok penting bahwa banyak orang dapat dipengaruhi (baik oleh hal yang baik ataupun buruk) oleh perbuatan seseorang.

a. Sejarah manusia sebelum Kristus (ay. 12-14)

Tiga ayat pertama berfokus kepada Adam. “Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Ini ayat yang sangat penting, yang menyimpulkan sejarah manusia sebelum Kristus dalam tiga tahap. Pertama, bahwa dosa menyusup ke dalam dunia melalui satu orang; kedua, bahwa maut masuk ke dalam dunia melalui dosa, sebab maut adalah upah dosa; dan ketiga, bahwa maut menjalar ke semua manusia sebab semua manusia telah berdosa (hal ini diterangkan nanti). Jadi, ketiga tahap ini—dosa, maut, dan maut yang universal—menyatakan bahwa situasi universalitas maut pada masa sekarang ini adalah akibat dari dosa satu orang.

Di ayat 13 dan 14, alur pemikiran ini (dari satu orang berdosa, semua manusia matu) lebih lanjut diterangkan. Maut merayap ke seluruh manusia pada masa sekarang, bukan karena sekadar semua manusia telah berdosa seperti Adam, tetapi sebab semua manusia berdosa di dalam Adam. Jelaslah hal ini, Paulus menerangkan, sebab apa yang terjadi pada masa antara Adam dan Musa, antara kejatuhan manusia dan pemberian hukum Taurat. Dalam periode ini, orang-orang sungguh-sungguh berdosa, tetapi dosa mereka tidak diperhitungkan melawan mereka, sebab “dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat” (ay. 13). Namun demikian, walaupun tidak ada Taurat, orang-orang ini masih mati. Sesungguhnya (ay. 14) “maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam.” Maka Paulus berargumen, logikanya, bahwa alasan mengapa mereka mati bukanlah karena mereka dengan sadar melakukan dosa seperti Adam, dan mati oleh karena pelanggaran-pelanggaran mereka, tetapi sebab mereka dan seluruh manusia (kecuali Kristus saja), termasuk di dalam Adam, sang kepala segenap umat manusia. Kita termasuk di dalamnya. Dalam istilah alkitabiah (bdk. Ibr. 7.10), kita “masih ada dalam tubuh bapa leluhur” kita, yakni Adam, dan karena itu dalam artian tertentu terisap dalam dosanya. Kita tidak dapat menudingkan jari kita kepada Adam, seolah-olah kita tidak bersalah, membenarkan diri kita, sebab sesungguhnya kita ini berbagi kesalahannya. Dan, hal ini oleh sebab kita berdosa di dalam Adam dan kita mati pada masa kini.

b. Analogi antara Adam dan Kristus (ay. 15-19)

Sejauh ini, Paulus berfokus pada Adam. Tetapi di akhir ayat 14, ia menyebut Adam “yang adalah gambaran Dia yang akan datang.” Yaitu, Adam adalah prototipe Yesus Kristus. Sekarang, di ayat 15, ia mulai menyingkapkan analogi antara Adam dengan Kristus. Suatu analogi yang menarik minat kita, sekaligus menggetarkan, di mana di dalamnya terdapat persamaan tetapi juga perbedaan. Persamaannya antara keduanya adalah pola peristiwa: fakta bahwa banyak orang telah dipengaruhi oleh tindakan seseorang saja. Hal ini adalah satu-satunya persamaan antarkeduanya. Dan ada tiga perbedaan: motif, efek dan natur antara satu perbuatan Adam dan satu perbuatan Kristus. Motif perbuatan tersebut, alasan mengapa Adam berdosa berbeda dengan motif di balik kematian Kristus. Efek dari perbuatan itu, akibat dari dosa Adam, jelas berbeda dari efek kematian Kristus. Natur dari perbuatan itu, apa yang dilakukan oleh Adam, berbeda dari natur perbuatan Kristus. Marilah kita melihat ketiga hal ini secara terpisah.

1. Motif. Di permulaan ayat 15, kita membaca bahwa “karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam.” Pelanggaran, atau pemberontakan, adalah satu perbuatan dosa (kata Yunani paraptōma berarti kejatuhan atau pembelokan dari jalan yang seharusnya). Adam tahu jalan itu dengan baik. Allah telah memberitahunya jalan mana yang harus ia jalani, tetapi ia membelok darinya dan pergi menyesatkan diri. Karunia Allah, di sisi lain, dalam bahasa Yunani charisma, yang mengindikasikan bahwa hal tersebut mengindikasikan tindakan anugerah. Jadi dapat kita katakan bahwa perbuatan Adam adalah pemegahan diri—yaitu mengapa ia melakukannya; ia mau berjalan di jalannya sendiri. Tetapi perbuatan Kristus adalah satu tindakan pengurbanan diri, kebaikan yang cuma-cuma dan tak terbilang harganya. Demikianlah motif yang berkebalikan dari kedua perbuatan ini: kehendak diri dalam satu posisi dan pengurbanan diri di sisi lain.

2. Efek. Hal ini kita lihat di ayat 15b-17. Rujukan terhadap akibat-akibat yang bertolak belakang dari pekerjaan Adam dan Kristus telah diantisipasi di akhir ayat 15, yaitu bahwa kita diberi tahu bahwa dosa satu orang membawa banyak orang mendapat hukuman maut, sedangkan anugerah Allah dan satu Manusia Yesus Kristus berlimpah ke atas banyak orang dengan memberikan suatu pemberian cuma-cuma, yang (menurut 6.23) adalah hidup yang kekal. Maka maut dipertentangkan dengan kehidupan, dan di dalam dua ayat selanjutnya (16 dan 17) diperinci akibat-akitab yang bertolak belakang dari perbuatan-perbuatan Adam serta Kristus. “penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.” Dosa Adam membawa penghukuman (katakrima); karya Kristus membawa pembenaran (dikaiōma). Bertahtanya dosa yakni oleh karena dosa Adam. Bertahtanya kehidupan dimungkinkan melalui pekerjaan Kristus. Kontras ini final! Absolut sifatnya: Bahwa antara penghukuman dan pembenaran; antara dosa dan kehidupan.

Dalam pada itu, sekilas patut dicatat, betapa tepatnya rasul mengontraskan kehidupan dan kematian. Bukan hanya bertahtanya kematian digantikan dengan bertahtanya kehidupan, sebab (ayat 17) bukan kehidupan itu yang bertahta, tetapi kita yang dikatakan “hidup dan berkuasa.” Sebelumnya, maut adalah raja kita. Maut bertahta di atas kita dan kita ini tunduk olehnya, para budak di bawah tirani totaliternya. Kita tidak sedang menggantikan kerajaan maut itu untuk kerajaan yang lain, sehingga kita ini tetap saja adalah budak-budak dan orang-orang yang ditaklukkan, meskipun dalam arti yang sama sekali lain. Tidak! Sekali dibebaskan dari maut, kita mulai mengendalikan maut dan semua musuh-musuh Allah. Kita berhenti menjadi taklukkannya dan menjadi penguasa-penguasa, berbagian dengan Kemerajaan Kristus.

3. Natur. Rasul kini mengontraskan kedua tindakan itu apa adanya. Paralel di sini (ay. 18 dan 19) sama dengan apa yang terjadi sebelumnya, tetapi penekanannya sekarang ini tepatnya adalah apa yang Adam kerjakan dan apa yang Kristus kerjakan. Menurut ayat 18, apa yang mengantar ke penghukuman ke atas semua orang adalah pemberontakan satu orang. “Pelanggaran” Adam yaitu kegagalannya untuk menjaga hukum Taurat. Tindakan Kristus “yang membenarkan” adalah pemenuhan hukum Taurat. Ayat 19 melanjutkan hal ini, “sama seperti oleh ketidaktaatan (parakoē) satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan (hupakoē) satu orang semua orang menjadi orang benar.” Inilah bedanya, yakni natur antara kedua tindakan tersebut: Adam tidak patuh kepada kehendak Allah dan sebab itu jatuh dari posisi orang yang benar; Kristus patuh kepada kehendak Allah dan karena itu memenuhi semua kebenaran. Bdk. Matius 3.15 dan Filipi 2.8.

Maka, kita dapat meringkaskan analogi antara Adam dengan Kristus. Dari sisi motif, Adam memegahkan dirinya sendiri, Kristus mengurbankan diri-Nya. Dari sisi efek, tindakan Adam mengakibatkan penghukuman dan maut, tindakan kebenaran Kristus mengakibatkan pembenaran dan kehidupan. Dari sisi natur tindakan-tindakan mereka, Adam melanggar hukum Taurat, Kristus mematuhinya.

Dengan demikian, apakah kita ini berada dalam penghukuman maupun dalam pembenaran, apakah kita ini secara rohani hidup atau mati, di dalam kemanusiaan manakah kita berada? Apakah kita termasuk dalam umat manusia lama yang dipimpin oleh Adam, atau dalam umat manusia baru yang dipimpin oleh Kristus. Dan hal ini, sebaliknya, bergantung hubungan kita kepada Adam dan Kristus. Kita perlu jelas dalam hal ini: semua manusia berada di dalam Adam sebab kita ini berada di dalam Adam secara natural, sejak kita dilahirkan, tetapi tidak semua manusia berada di dalam Kristus, sebab kita dapat berada di dalam Kristus hanya melalui iman. Di dalam Adam sejak dilahirkan kita terhukum dan mati. Tetapi bila kita berada di dalam Kristus oleh iman, kita dibenarkan dan memiliki hidup.

TERPUJILAH ALLAH! (120207)

No comments:

Post a Comment