Tuesday, February 20, 2007

Mengenal Masa Paska


TAHUKAH ANDA?
MENGENAL MASA PASKA DALAM KALENDER GEREJAWI



Etimologi (Asal Kata). Istilah Pasca, bahasa Portugis, dikembangkan melalui bahasa Latin dan Yunani dari bahasa Ibrani Pesakh, yang berarti “lewat.” Perihal yang lewat yakni malaikat maut, yang dilewati adalah maut sendiri (lambangnya ialah penyeberangan Laut Teberau dan Sungai Yordan). Huruf terakhir dari kata Ibrani Pesakh kemudian dalam bahasa Yunani pindah ke tengah Paskha, sehingga dalam bahasa Indonesia seharusnya ditulis Paska (tanpa huruf H di ujung).

Paska Kristus (lewat kematian) adalah konsekuensi pengertian Paska dari Kitab-kitab Perjanjian Lama (bdk. Luk. 24.44-45). Paska adalah dasar keberadaan Gereja dan seyogianya dirayakan lebih intensif daripada Natal.

§§§§

Prapaska. Masa persiapan sebelum Paska. Ada yang memulainya dengan Septuagesima, yakni pada hari ke-9 sebelum Paska. Labih umum adalah masa 40 hari sebagai masa persiapan, mulai dengan Rabu Abu. Ada juga yang memulai Masa Prapaska dengan hari ke-50 sebelum Paska, sehingga seluruh siklus Paska menjadi 100 hari (sebenarnya 100 – 1 = 99 hari).

Septuagesima. Kata Latin Septuagesima berarti “yang ke-70.” Angka 70 tidak menunjukkan hari ke-70 sebelum Paska, tetapi melambangkan ke-70 bangsa di dunia (Kej. 10) serta 70 tahun masa pembuangan di negeri Babel (2Taw. 36.21; Yer. 25.11, 12).

Sexagesima. Kata Latin sexagesima berarti “yang ke-60.” Ini hanya nama saja, sama seperti “yang ke-70” tadi bukan perhitungan tepat dari hari kesekian sebelum Paska.

Quinquagesima. Kata Latin Quinquagesima berarti “yang ke-50.” Inilah perhitungan tepat 50 hari sebelum Paska, sama seperti Pentakosta (bahasa Yunani) adalah yang ke-50 sesudah Paska.

Esto Mihi. Kata Latin Esto Mihi = “Jadilah bagiku” (Mzm. 31.3b), yakni kata pertama antifon (refren) Mazmur Pembukaan, apabila Hari Minggu ke-7 sebelum Paska (Quinquagesima) memakai tematik tampilan Yesus dalam kemuliaan di atas gunung (sebagaimana berlaku menurut penanggalan Tahun Liturgi sebelum Konsili Trente pada abad ke-16).


****

Warna liturgi bagi ketiga hari Minggu ini adalah HIJAU (meneruskan warna Masa Biasa sesudah Epifania); namun ada juga tradisi yang sudah mulai memakai warna UNGU di sini. Dewasa ini, Septuagesima dan Sexagesima umumnya tidak dipakai lagi (sehingga warna UNGU tidak berlaku lagi di sini. Dalam tradisi Lutheran, Hari Minggu Quinquagesima tetap dipertahankan dengan nama tradisionalnya, Esto Mihi, yakni sebagai titik peralihan, menurut cerita Injil, dari perjalanan Yesus di Galilea kepada perjalanan-Nya ke Yerusalem, yang ditandai oleh kisah tentang Yesus yang tampak dalam kemuliaan di atas gunung bersama-sama dengan Musa dan Elia (suara dari atas, “Inilah Anak yang Kukasihi”). Jika itu berlaku sebagai tematik untuk hari Minggu ke-7 ini sebelum Paska, yakni tepat hari ke-50, maka warnanya adalah warna Paska, yakni PUTIH (sama seperti “Epifania” [6 Januari] dan Kamis Putih sudah bersifat Paska sebelum Paska tiba, mengingat relasinya dengan Baptisan, baik dari Yesus di Sungai Yordan maupun dari Israel di Laut Merah). Dalam Lukas 9.31 dikatakan bahwa Musa dan Elia berbicara dengan Yesus tentang “tujuan kepergian-Nya,” dalam bahasa Yunani eskhodos atau exodus-Nya, yakni “Keluaran-Nya,” Paska yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.

****


Quadragesima. Kata Latin quadragesima berarti “yang ke-40.” Yaitu hari ke-40 sebelum Paska, yang disebut juga Rabu Abu. Jika dihitung menurut jumlah hari antara Rabu Abu dan Paska, maka ternyata jumlah itu bukan 40, melainkan 46. Maka, untuk mendapatkan angka 40 itu, jumlah 46 hari harus dikurangi dengan 6 hari Minggu, karena setiap hari Minggu tetap mengacu kepada Kebangkitan Kristus—dalam hal ini seperti 6 oasis di padang gurun, di mana ada penyegaran untuk melanjutkan perjalanan 40 hari menuju Paska. Simbolik angka 40 terdapat di mana-mana dalam Alkitab (umat Israel di padang gurun, Musa di atas gunung, Elia di jalan ke Horeb, puasa orang Niniwe, Yesus di padang belantara, dll.).

§§§§


Rabu Abu. Awal masa 40 hari. Abu yang secara simbolik ditaruh di atas kepala atau dijadikan tempat tidur menunjukkan perendahan diri, introspeksi, perkabungan, pertobatan, pendekatan diri kepada Tuhan: manusia tidaklah lebih daripada abu di hadapan Allah (Kej. 18.27; 2Sam. 13.19; Est. 4.1, 3; Ayb. 2.8l; 42.6l Yes. 58.5; Yer. 6.26; Yeh. 27.30; Dan. 9.3; Yun. 3.6). Dalam tradisi Protestan, “Masa 40 Hari” dan “Rabu Abu” pada umumnya kurang diindahkan, mungkin karena sikap segan tehadap bentuk dan pelambang, lagi pula untuk menghindari ekses-ekses yang dulu kala terjadi menjelang Masa 40 Hari itu sebagai kesempatan terakhir untuk berhura-hura. Namun, kombinasi Hari Minggu ke-50 sebelum Paska (7 Minggu) dengan Masa 40 Hari (6 Minggu) sangat menolong jemaat untuk lebih memahami dan menghayati arti (Trihari Paska)!

Invocabit. Kata Latin invocabit berarti “Bila ia berseru” (Mzm. 91.15), sesuai dengan antifon Mazmur Pembukaan pada hari Minggu ke-6 sebelum Paska.

Resmiscere. Kata Latin remiscere berarti “Ingatlah!” (Mzm. 25.6), sesuai dengan antifon Mazmur Pembukaan pada hari Minggu ke-5 sebelum Paska.

Oculi. Kata Latin oculi berarti “Mata(-ku)” (Mzm. 25.15), sesuai dengan antifon Mazmur Pembukaan pada hari Minggu ke-4 sebelum Paska.

Laetare. Kata Latin laetare berarti “Bersukacitalah!” (Yes 66.10), sesuai dengan antifon Mazmur 122 sebagai Mazmur Pembukaan pada hari Minggu ke-3 sebelum Paska.

Judica. Kata Latin judica berarti “Berilah Keadilan!” (Mzm. 43.1), sesuai dengan antifon Mazmur Pembukaan pada hari Minggu ke-2 sebelum Paska. Hari Minggu ini juga sering disebut Hari Minggu Passio I. Passio berarti “sengsara.”

Palmarum. Kata Latin palmarum berarti “Hari Palma” (bdk. Yoh. 12.13). Jika tematiknya tidak berhubungan dengan perjalanan Yesus masuk ke Yerusalem, hari Minggu ini juga dapat disebut Hari Minggu Passio II.


****

Warna liturgi bagi masa Prapaska adalah UNGU. Namun lihat keterangan untuk hari Minggu ke-7 (Quinquagesima). Lalu, sama seperti hari Minggu Adven ke-3, hari Minggu Laetare (ke-3 sebelum Paska) memakai warna MERAH MUDA (atau tetap UNGU). Jika penekanan hari Minggu terakhir sebelum Paska adalah Passio (“sengsara”), maka warnanya UNGU; jika penekanan hari Minggu tersebut pada perjalanan Yesus masuk ke Yerusalem sebagai Raja, warnanya MERAH (atau tetap UNGU). Tidak ada keharusan dalam soal warna, namun warna dapat mengaktifkan penghayatan jemaat.

****


§§§§

Tridium. Tiga hari: Senin, Selasa, Rabu, sebelum Kamis Putih. Adalah masa-masa menghayati aktivitas Yesus selama di Yerusalem, yang menegur dosa-dosa umat Allah secara keras dan mengundangkan pertobatan bagi Israel.

Trihari Paska. Ketiga hari dari Paska: Jumat (termasuk malam sebelumnya), Sabtu dan Minggu. Perjalanan melalui maut memasuki hidup, sejalan dengan perjalanan umat Israel melalui Laut Merah (Teberau) dan Sungai Yordan menuju Hidup di Tanah Perjanjian.

Kamis Putih. Seharusnya bukan hari Kamis, melainkan malam hari Jumat Agung. Warna litugi PUTIH, karena pada malam hari itu Yesus merayakan Pesakh dengan murid-murid-Nya.

Jumat Agung. Peringatan riwayat sengsara Yesus (passio) sepanjang hari. Warna: MERAH (atau tetap UNGU; dahulu HITAM).


****


Warna liturgi MERAH menunjukkan martyria, yakni “kesaksian” seorang martir yang dibunuh. Oleh karena itu, warna merah dipakai untuk peringatan kematian Stefanus pada 26 Desember (ia disebut “saksi,” yaitu “martir” dalam Kis. 22.20), juga untuk peringatan “Para Saksi Kudus” pada tanggal 1 November (sebab banyaknya martir bagaikan awan di sekeliling kita, Ibr. 12.1; bdk. Why. 17.6), dan terutama untuk peringatan Sengsara dan Kematian Yesus pada hari Jumat Agung (“Saksi yang Setia,” Why. 1.5; 3.14).

****



Sabtu Sunyi. Hari Ketujuh, Hari Sabat, Hari Perhentian, Hari Istirahat. Tubuh Yesus di dalam kubur. Warna liturgi MERAH.

Malam Paska. Sama seperti Jumat Agung mulai dengan malam sebelumnya (“Kamis Putih”), begitu juga Hari Minggu Paska mulai dengan malamnya (sesuai dengan perhitungan hari dulu kala; lihat juga Kej. 1.5, 8, 13, dst.). Ada Gereja-gereja yang merayakannya semalam suntuk, antara lain dengan membaca bagian-bagian Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru), sehubungan dengan Paska serta pelayanan Baptisan Kudus (menjelang subuh). Warna liturgi, mulai dari saat matahari terbenam PUTIH.

Minggu Paska. Semua hari Minggu sepanjang Tahun Liturgi mengacu kepada Hari Kebangkitan. Hari Minggu berasal dari bahasa Portugis Dominggus, berarti “Tuhan,” yakni Tuhan yang bangkit pada hari Akhad (Akhad, bahasa Arab, sama seperti Ekhad, bahasa Ibrani, yang berarti (Hari) Pertama: Kej. 1.5; Mat. 28.1; Mrk. 16.2; Luk. 24.1; Yoh. 20.1). Maka hari Minggu adalah Hari Tuhan (Why. 1.10). Hari Minggu Paska (termasuk malamnya) hendaknya dirayakan sebagai hari peringatan Gereja yang paling meriah. Warna liturgi PUTIH (sepanjang seluruh Masa Paska 7 x 7 hari, jadi sampai hari Pentakosta (yang warnanya MERAH).

§§§§


Quasimodo Geniti. Kata Latin quasimodo geniti berarti “sama seperti bayi-bayi yang baru lahir” (1Ptr. 2.2), yang jatuh pada hari Minggu pertama sesudah Minggu Paska, disebut juga Hari Minggu Paska II. Ayat tersebut dipakai sebagai antifon pada Mazmur Pembukaan sehubungan dengan orang-orang yang baru dibaptis pada Malam Paska.

Misericordias Domini. Kata Latin ini artinya “kasih setia Tuhan” (Mzm. 98.2), dalam kombinasi dengan Mazmur 33.5, yakni kata pertama antifon Mazmur Pembukaan. Hari Minggu ini juga sering disebut Pastor Bonus, “Gembala yang Baik,” yang sama seperti Quasimodo geniti dihubungkan dengan mereka yang baru dibaptiskan/diteguhkan sidi. Nama-nama ini diberi kepada hari Minggu kedua sesudah Minggu Paska, atau disebut juga Hari Minggu Paska III.

Jubilate. Kata Latin jubilate berarti “Bersorak-sorailah!” (Mzm. 66.1), dari antifon Mazmur Pembukaan untuk hari Minggu Paska IV. Isi Mazmur 66 mengacu kepada Paska.

Cantate. Kata Latin cantate berarti “Nyanyikanlah!” (Mzm. 98.1), dari antifon Mazmur Pembukaan untuk hari Minggu Paska V. Isi Mazmur 98 mengacu kepada Paska.

Rogate. Kata Latin rogate berarti “Mintalah!” Nama hari Minggu Paska VI ini tidak diambil dari Mazmur Pembukaan, tetapi sehubungan dengan Doa untuk tumbuh-tumbuhan pertanian, yang nanti akan dihubungkan dengan panen rohani pada waktu Pentakosta. Selain itu, Minggu ini juga relevan bagi kita yang tinggal di Indonesia, sebab negeri kita ini adalah negeri agraris.

Exaudi. Kata Latin exaudi berarti “Dengarlah!” (Mzm. 27.7), dari antifon Mazmur Pembukaan untuk hari Minggu Paska VII. Ayat 10 dari Mazmur ini, “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku,” dapat dihubungkan dengan sabda Yesus dalam Yoh. 14.18, “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim-piatu,” yaitu Roh yang diberikan sesudah kebangkitan dan kenaikan-Nya.

§§§§


Pentakosta. Kata Yunani pentakosta berarti “hari yang ke-50,” yakni hari ke-50 sesudah Paska. Hari ke-50 itu adalah mahkota atas Paska, sesuai dengan Ulangan 16.9-12. Yakni suatu pesta besar, pesta panen dan pesta kemerdekaan. Bukan kebetulan bila Yerusalem penuh dengan orang pada hari ke-50 sesudah Yesus bangkit, dan baru pada hari itu kebangkitab-Nya dipahami oleh para rasul sehingga mereka mendapat kekuatan dan keberanian untuk bersaksi (Kis. 2.14, 22-24; 32-33, 36). Panen Paska adalah orang-orang yang menjadi percaya oleh kuasa Roh Kudus (Kis. 2.37-42). Warna liturgi: MERAH, warna lambang api, warna keberanian untuk memberi kesaksian (martyria).

Trinitas. Kata Latin trinitas atau Hari Minggu Trinitas baru ditetapkan pada abad ke-14. Warna liturgi PUTIH. Ada yang menganjurkan menghapus nama hari Minggu ini dan langsung sesudah Pentakosta memsuki Masa Biasa dengan warna HIJAU, karena Trinitas ini mengesankan semacam penutupan siklus perayaan gerejawi. Lagipula tidak diperlukan lagi hari Minggu khusus untuk Trinitas: setiap hari Minggu dirayakan atas nama Allah Trinitas: Bapa, Anak dan Roh Kudus.


*Disadur dari Almanak Kristen Indonesia 2007. Jakarta: Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, 2007; hal. 90-95.

No comments:

Post a Comment