Thursday, May 3, 2007

Belajar Mempercayai Allah


BELAJAR MEMPERCAYAI ALLAH
Yosua 10

Selamat datang di Sekolah Kehidupan! Sekolah ini bebas uang gedung, SPP ataupun beban SKS. Pengajarnya adalah Allah, yang disebut sebagai TUHAN kovenan, Ia yang mengikatkan perjanjian kepada orang Israel. Kurikulumnya disusun berbasis kompetensi: Allah yang setia dengan perjanjian-Nya, dan umat yang bertanggung jawab kepada perjanjian tersebut. Di sini kita bersama-sama belajar banyak mata pelajaran—baik pelajaran-pelajaran yang gampang dicerna, maupun yang sukar diterima; yang mudah untuk diikuti, tetapi juga sukar untuk dipahami. Namun, di sekolah ini, kita tidak akan pernah lulus, diwisuda dan mendapat diploma (ijazah)!

Siap dengan pelajaran hari ini? Pelajaran kita hari ini adalah mengenai “percaya kepada Allah.” Mengapa Allah layak dipercaya? Sebab Allah setia dengan perjanjian-Nya. Perhatikan, Tanah Perjanjian dan kemenangan demi kemenangan diberikan oleh Allah, tepat seperti yang Ia pesankan kepada para patriakh—leluhur-leluhur Israel—Abraham, Ishak dan Yakub. Kepada Musa, Allah menekankan bahwa penjamin perjanjian itu semata-mata adalah kasih Allah (Ul. 4.37-38), bukan kuat lagi gagah Israel (Ul. 8.17); hanya kebenaran Allah saja yang membuat segala sesuatu berhasil (Ul. 9.6).

Bukalah buku pelajaran hari ini, dan bacalah baik-baik Yosua 10, tapi siapkan juga pasal 6–12. Siapa yang berperang bagi Israel jika bukan Allah? Tetapi Allah akan membela umat-Nya bila memang mereka bertanggung jawab dengan bagian mereka, untuk berlaku patuh kepada perjanjian Tuhan. Sekali-kali di dalam tubuh Israel kedapatan cacat kepada perjanjian itu, Allah tak akan mengurangi standar—pasti ada batu-batu tajam yang menjadi perintang bagi perjalanan umat memasuki Tanah Perjanjian! Peristiwa Ai dan persekutuan dengan orang-orang Gibeon menyatakan kebenaran ini.

Tentang persekutuan dengan orang-orang Gibeon, mereka tidak bertanya kepada Allah (9.14). Namun, tetap pemeliharaan Allah dinyatakan juga: homo confusione, Dei providentia—kekacauan di pihak manusia, namun toh pemeliharaan Allah ada. Allah yang berjanji tiada pernah mengingkarinya. Sekarang umat Allah menghadapi persekongkolan yang dikomandoi oleh Adoni Zedek (10.3). Allah menjamin kemenangan sekali lagi (10.8), sehingga umat menggempur mundur musuh dan membunuh banyak orang dengan pedang (ay. 11). Kota-kota di bagian Selatan Kanaan pun takluk.

Di dalam penyertaan Allah, umat memandang betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Nya, dan betapa ajaib-Nya perbuatan tangan-Nya. Tangan-Nya yang kuat teracung, siapakah yang tahan menghadapi-Nya? Coba buka pula Mazmur 44.2-4, “. . . bukan lengan mereka yang memberikan mereka kemenangan, melainkan tangan kanan-Mu dan lengan-Mu dan cahaya wajah-Mu, sebab Engkau berkenan kepada mereka.” Demikian pula credo (pengakuan iman) dari satu mazmur yang paling “berpusatkan Allah,” yakni Mazmur 78, sang pengarang mengklaim bahwa kemenangan Allah saja yang membebaskan mereka dari Mesir ke tanah perjanjian, dan menghalau bangsa-bangsa (78.54-55).

Tiada beda pengakuan rasul Paulus yang pasti mengenal baik kisah masuknya orang-orang Israel ke Tanah Perjanjian. Sampai kelak Israel yang baru memasuki Tanah Perjanjian Kekal, ternyata lagi-lagi bukan berdasarkan kekuatan manusia. Seluruh ciptaan menantikan masanya “dibebaskan dari perbudakan kebinasaan” dan “masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah” (Rm. 8.21). Bagaimana cara kerja Allah? Allah bekerja di dalam karya Yeshua (atau Yoshua) Sang Mesias, Yesus Kristus (7.25), serta melalui Roh-Nya (8.16-17).

Jadi, apa artinya “belajar mempercayai Allah”? Kita hidup di dalam kuasa kematian dan kebangkitan Kristus, dipersatukan dengan Kristus sang Pembebas; serta hidup di dalam kuasa Roh Kudus-Nya. Itu semua dikerjakan oleh Allah. Namun segala sesuatu yang Allah kerjakan itulah yang memampukan kita untuk setia sampai akhirnya. Pengharapan itu menjadi milik kita hingga akhirnya. Jaminan itu kekal.

Yakinlah, Sekolah Kehidupan itu, bagi kita yang percaya kepada Mesias Yesus, adalah “Sekolah Roh Kudus”! Wisuda kita yakni pada masa kita dipermuliakan untuk menikmati persekutuan dengan Dia selama-lamanya.

TERPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment