Saturday, May 5, 2007

Sekilas Sejarah Gerakan Kharismatik 6: Gerakan Kekudusan


Gerakan Kekudusan

Jembatan Metodisme yang lahir pada abad ke-18 dan Pentakosta pada abad ke-20 adalah Gerakan Kekudusan yang berkembang di Amerika dan Inggris, namun juga di Jerman bahkan sampai ke Afrika Selatan. Sebagian pemeluknya berasal dari Metodis, tetapi sebagian lagi dari Presbiterian dan Calvinis. Salah satu teolog Reformed-Calvinis yang masuk ke dalam gerakan ini adalah pengkhotbah bernama Jonathan Edwards dan George Whitefield.

Namun di Amerika juga, persekutuan-persekutuan Kekudusan kebanyakan bersifat Metodis. Salah satunya dipimpin oleh seorang pengkhotbah KKR Charles G. Finney (1792-1875). Ia menekankan kemampuan manusia untuk mengadakan kebangunan rohani gereja. Ia membangun sistem doktrin yang disebut sebagai “Gerakan Keselamatan,” yang dicirikan oleh keharusan memiliki pengalaman yang lebih dalam dari seseorang yang telah menerima keselamatan, yaitu “baptisan di dalam Roh Kudus.” Finney menyebutnya sebagai “suatu perasaan seperti gelombang-gelombang listrik yang berjalan melalui Anda bagaikan gelombang-gelombang kasih yang memecah.”

Jadi, lebih dalam dari ajaran Metodisme Wesley, Finney mengajarkan adanya tingkat ketiga dalam pengalaman hidup orang Kristen:

Baptisan dalam Roh Kudus
(berkat kedua)

Pengudusan Ganda

Pertobatan

Pengaruh besar terhadap gerakan Pentakosta juga diperoleh dari R. A. Torrey. Ia mendata adanya tujuh langkah seseorang niscaya sampai menikmati berkat kedua. Beberapa langkah yang penting menuju berkat kedua tersebut adalah:

· Pertobatan kepada Allah

· Keinginan yang kuat agar dianugerahkan berkat kedua

Di sini kita melihat cikal bakal pemikiran bahwa orang percaya seolah-olah berhak untuk menuntut anugerah khusus dari Roh Kudus. Perhatikan kisah pertobatan Torrey, “Tuhan, jika Engkau tidak menganugerahkan berkat kedua itu kepada saya, saya tidak akan pernah mau berkhotbah lagi.” Demikianlah Torrey meminta berkat tersebut, dan ia mengerti pengalaman khusus ini sebagai kuasa Allah yang dahsyat yang mengisi hatinya, dan ia dipenuhi dengan sukacita besar dan kekuatan serta keberanian untuk mengabarkan Injil Allah.

Perlu kita catat, Torrey menolak praktik berbahasa lidah, yang oleh gerakan Pentakosta dan Kharismatik menjadi ciri khas berkat kedua tersebut. Namun Torrey dengan paham Arminianismenya telah memberikan sumbangsih yang besar terhadap pemikiran Pentakosta yang mengajak orang percaya untuk menuntut Allah.

No comments:

Post a Comment