Thursday, October 25, 2007

Eksposisi Surat Roma 1: Pembukaan


PEMBUKAAN (1.1-17)

Perhatian Paulus untuk menyapa berbagai kelompok di kota Roma nampak jelas di sepanjang pendahuluan ini, yang terdiri atas pengakuan iman (1.3-4), dan tiga rangkap sebutan bagi penerima surat: “dipanggil menjadi milik Kristus,” “yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah,” dan “dijadikan orang-orang percaya” (1.6-7).

Secara khusus, Paulus juga menyebutkan kewajibannya sebagai seorang misionaris sebagaimana diungkapkan di dalam 1.14-15, baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar” di kota Roma. Di sini, Paulus meretas penghalang-penghalang paling signifikan dalam kultur Yunani-Romawi, mengenai status terhormat dan terhina (honour and shame). Dengan demikian, ia mau mengatakan bahwa misinya ditujukan bukan saja ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi (yaitu kebanyakan warga jemaat Kristen di Roma), tetapi juga yang dianggap musuh oleh orang-orang Roma.

Pada zaman itu, orang-orang Spanyol menolak dengan keras pemerintahan Roma dan oleh karena itu mereka dipandang sebagai ancaman yang mematikan bagi peradaban Romawi. Tetapi buat Paulus, Injil Kristus pun menjangkau mereka. Kristus merubuhkan segala penghalang yang dibuat oleh manusia. Oleh karena itu, di kemudian hari rasul Paulus mengatakan bahwa Kristus adalah “damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan” (Ef. 2.14). Universalitas Injil inilah yang membuat rasul Paulus mengatakan, “Aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil” (dalam terjemahan Inggris “I am not ashamed of the gospel”).

Menurut standar kultur pada saat itu, ia seharusnya malu karena memberitakan seorang manusia yang mati disalib sebagai penebus dunia, yang bahkan menebus orang-orang barbar dan orang tidak berpendidikan. Injil adalah “kekuatan Allah,” sebab Injil meruntuhkan segala macam penghalang berdasarkan status terhormat atau terhina dengan menawarkan keselamatan kepada setiap orang yang mempunyai iman, pertama-tama kepada orang-orang Yahudi, tetapi juga kepada orang-orang Yunani.

Paulus mengutip kata-kata Habakuk 2.4, “Orang benar akan hidup oleh iman” yang menjungkirbalikkan klaim-klaim superioritas dari orang-orang yang menerapkan hukum yang ketat atau standar yang tinggi dari kultur Greko-Romawi. Pendahuluan ini menunjukkan bahwa Surat Roma seharusnya ditafsirkan sebagai suatu dokumen misionaris, bukan sebagai traktat teologis yang abstrak.Cobalah perhatikan bahwa pendahuluan ini kelak akan ditutup dan disimpulkan dengan pengharapan tergenapinya misi Injil, yaitu “semua bangsa-bangsa” (15.11) memuji Allah dengan “satu hati dan satu suara” (15.5-6). Peperangan yang mematikan di antara kaum Barbar dan Roma yang mengancam kedamaian dunia dengan demikian telah dikalahkan oleh berita Kristus yang tersalib bagi segala bangsa.

No comments:

Post a Comment