Wednesday, October 24, 2007

Mari Mengenal Allah 12: Ineransi


INERANSI

Istilah ini secara sederhana berarti “tidak salah.” Dengan kata lain, “benar.” Apa yang Alkitab katakan adalah benar, tidak pernah salah. Karena itu, Anda dapat bersandar kepada Alkitab. Tidak ada kesalahan di dalamnya. Bicara tentang kesalahan, tidaklah sama dengan “tidak akurat.” Kita sering mengungkapkan diri kita dengan tidak persis, tidak akurat, sebagai contoh kita sering menggunakan pembulatan angka. Tetapi melakukan itu bukan berarti kita melakukan kesalahan. Sering kita jumpai bahwa pembulatan angka dapat membantu komunikasi kita lebih dapat dimengerti. Coba bila Anda memberi tahu umur Anda sampai ke menit dan detik, betapa menjenuhkan untuk mengerti detail-detail seperti itu. Sama halnya, Alkitab tidak pernah mengklaim akurat. Alkitab menyatakan bahwa ia benar.

Alkitab benar oleh sebab Alkitab adalah Firman Allah, dan Allah selalu berbicara benar. Kesalahan datang dari kepalsuan, atau penipuan (mengatakan kebohongan), dari ketidaktahuan atau kebodohan (membuat kesalahan-kesalahan). Tetapi Allah tisak pernah berbohong (Tit. 1.2), dan Ia tidak pernah membuat kesalahan (Ibr. 4.13).

Banyak orang pada saat ini, dan kebanyakan dari mereka adalah teolog, berpikir adanya sejumlah kesalahan di dalam Alkitab. Pada dasarnya, mereka memakai dua argumen. Pertama, yaitu kesalahan-kesalahan yang nyata di dalam Alkitab, seperti pernyataan Yesus bahwa biji sesawi adalah yang terkecil di antara biji-bijian. Sesungguhnya, keberatan demikian tidak perlu merisaukan. Ketika Yesus mengatakannya di Markus 4.31, Ia berbicara bukan dalam cara berpikir seorang ahli botani, tetapi mengenai biji-bijian yang biasanya ditaburkan ke tanah oleh para petani pada zaman-Nya. Jikalau Tuhan hendak berdiskusi sampai sedetail itu, orang-orang sezaman-Nya tidak akan paham.

Masalah yang dikemukakan oleh para kritikus Alkitab sesungguhnya bersumber dari kesalahan mereka memahami iman Kristen. Ketika Allah berbicara kepada Abraham, dan mengatakan kepadanya bahwa keturunannya akan banyak sekali dan mereka akan memiliki Tanah Kanaan, Abraham mempunyai banyak keberatan untuk percaya kepada firman Allah tersebut. Ia tidak punya tanah sendiri di Kanaan. Ia dan istrinya terlalu tua untuk mempunyai anak. Tetapi, rasul Paulus mengatakan di Roma 4.20-21, “Tetapi terhadap janji Allah, ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” Abraham percaya kepada firman Allah meskipun terdapat banyak sekali problem (yang nampak mustahil). Dan, rasul Paulus mengatakan, inilah natur iman Kristen.

Bagaimana kita dapat percaya bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa kita melalui Kristus? Perhatikan, betapa banyaknya masalah untuk mempercayai hal tersebut! Tetapi, apabila kita sampai menunggu sampai semua masalah terselesaikan, kita tidak akan percaya kepada Kristus sama sekali.

Kedua, argumen melawan ineransi Alkitab adalah bahwa tujuan Alkitab bukan untuk memberikan ajaran yang tidak bersalah, selain rencana agung penyelamatan. Tetapi, di mana Alkitab memisahkan antara masalah keselamatan dan masalah-masalah yang lain? Alkitab menuturkan Kristus. Isi Alkitab berbicara mengenai keselamatan. Di dalamnya termaktub sejarah dan geografi. Maka penebusan dalam Alkitab, berlawanan dengan paham Buddhis, Hindu, Marxis dan sekularis, berpatokan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kurun waktu dan tempat yang tertentu. Lebih lanjut, penebusan di dalam Alkitab berkaitan erat dengan seluruh kehidupan, termasuk makan dan minum (1Kor. 10.31). Tidak ada yang tidak relevan dengan Firman Allah.

No comments:

Post a Comment