Wednesday, October 17, 2007

Mari Mengenal Allah 4: Firman Allah adalah Penyingkapan Diri


C. Firman Allah adalah Penyingkapan Diri Allah


Ketika Allah berbicara, Ia tidak hanya menyatakan kekuatan-Nya, tidak hanya mengungkapkan sederetan kata-kata verbal, tetapi Ia menyatakan diri-Nya sendiri. Ia membuka diri untuk dikenal. Maka, firman itu adalah kehadiran Allah di antara kita, yaitu tempat kediaman Allah. Dengan demikian, kita tidak dapat memisahkan antara sabda Allah dengan diri Allah sendiri. Perhatikanlah subpoin berikut, yang kita urutkan dari yang paling jelas sampai ke yang kurang jelas (abstrak).


1. Firman itu menyatakan Allah


Ketika Allah berbicara, Ia menyingkapkan pikiran-Nya, kehendak-Nya, isi hati-Nya. Menurut Ulangan 4.5-8, bangsa-bangsa di sekitar Israel menyelidiki Allah macam apa yang dimiliki Israel ketika mereka mendengar sabda-Nya. Keadilan ketetapan dan peraturan menyatakan keadilan Allah sendiri dan betapa dekatnya Ia dengan Israel (ay. 7).


2. Firman dan Roh bekerja bersama


Kita melihat dalam 1 Tesalonika 1.5 bahwa Firman datang kepada kita dalam kekuatan dan dalam roh. Ketika Firman bekerja di dalam kuasa, Roh tepat hadir pula di sana bersama dengan Firman itu. Hal ini berarti bahwa ketika Firman itu berada di antara kita, Allah juga berada di antara kita.

3. Allah menunjukkan segala tindakan-Nya dengan cara Ia berbicara


Ada beberapa klasifikasi mengenai tindakan-tindakan ilahi di dalam Alkitab. Di dalamnya termaktub rencana agung Allah, penciptaan, penyelenggaraan (termasuk mukjizat), penghakiman serta berkat-berkat-Nya atas ciptaan. Tindakan-tindakan ini berselaras dengan atribut (sifat) ketuhanan Allah. Rencana kekal-Nya menunjukkan atribut otoritas-Nya, penciptaan dan penyelenggaraan menunjukkan atribut kendali-Nya, dan penghakiman serta berkat-Nya menunjukkan kehadiran-Nya. Yang perlu ditekankan di sini adalah: di tiap karya ini, Allah lakukan dengan cara berbicara, dengan firman-Nya. Rencana kekal-Nya terwujud dalam berbicara (Mzm. 33.11; Kis. 2.23; 4.28), sebagaimana penciptaan (Kej. 1.3; Mzm. 33.6; Yoh. 1.3), penyelenggaraan (Mzm. 148.8), penghakiman (Kej. 3.17-19; Mat. 25.41-43; Yoh. 12.47-48) dan anugerah (Mat. 25.34-36; Rm. 1.16). Dapat kita simpulkan, kita kita akan pernah menjumpai Allah tanpa firman.

4. Allah dibedakan dari ilah-ilah lain oleh fakta bahwa Ia berbicara


Firman itu begitu penting sehingga Alkitab menyatakan perbedaan Allah dengan berhala-berhala. Berhala-berhala itu “bisu.” Tetapi Allah, pada hakikat-Nya adalah “firman.” Perhatikan kontras seperti ini dalam 1 Raja-raja 18.24, 26, 29; Mazmur 115.4-8 dan 135.15-18; Habakuk 2.18-20; dan 1 Korintus 12.2. Bilamana perkataan Allah membedakan Allah dari ilah-ilah palsu, dengan demikian perkataan (atau firman) itu pun merupakan sifat hakiki Allah.

5. Pribadi-pribadi di dalam Trinitas dibedakan oleh peran mereka dalam tindakan berbicara


Kita seringkali memahami Trinitas seperti halnya sebuah keluarga: Bapa dan Putra, tetapi ketika melakukan hal ini, kita terbentur dengan Roh—akankah Ia digambarkan sebagai “Ibu”? Namun demikian, Alkitab juga berbicara mengenai Trinitas dengan memakai satu metafora linguistik: Allah Bapa adalah Sang Pembicara (Mzm. 110.1; 147.4; Yes. 40.26), Sang Putra adalah Perkataan-Nya (Yoh. 1.1-14; Why. 19.13), dan Roh adalah napas yang membawa perkataan itu sampai tujuannya (Mzm. 33.6; 2Tim. 2.16). Kata yang dipakai untuk “roh” dalam bahasa Yunani maupun Ibrani berarti “napas” atau “angin.” Ketika saya berbicara kepada Anda, napas saya mendorong perkataan dari mulut saya dan dihantarkan oleh gelombang-gelombang dalam udara ke dalam gendang telinga Anda, menstimulasi arus-arus listrik yang membawa berita itu sampai ke otak. Dalam cara kerja yang tidak berbeda, di dalam Allah, Bapa memperkatakan firman, dan Roh membawa firman itu sehingga memenuhi tujuannya (lih. 1Tes. 1.5). Firman itu sangat penting dalam keberadaan Allah sehingga dapat dipakai untuk mendefinisikan Trinitas.

6. Perkataan Allah memiliki atribut ilahi


Firman-Nya adil (Mzm 119.7), dapat dipercaya (Mzm. 119.86), ajaib (Mzm. 119.129); kudus (2Tim. 3.15), kekal (Mzm. 119.89, 160), mahakuasa (Kej. 18.14; Yes. 55.11), dan sempurna (Mzm. 19.7). Hanya Allah yang memiliki atribut-atribut ini dalam segala kesempurnaan. Maka, Firman itu adalah Allah.

7. Firman Allah adalah objek sesembahan


Dalam Mazmur 56.5, Daud berkata, “Kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” Ia mengulang kembali pujian terhadap firman Allah ini dalam ayat 11 (bdk. Mzm. 119.120, 161-162; Yes. 66.5). Luar biasa, sebab hanya Allah saja yang merupakan objek pujian. Menyembah sesuatu yang bukan Allah berarti penyembahan berhala. Karena Daud mengagungkan firman Allah di sini, tak mungkin kita dapat pungkiri bahwa firman itu ilahi.

8. Firman itu adalah Allah


“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Alah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh. 1.1). Kita sering menggunakan perikop ini untuk menunjukkan keilahian Yesus Kristus, dan memang perikop ini tepat untuk menyatakannya. Namun perikop ini pun mengungkapkan perkataan Allah setara dan sama dengan Allah. Frase “pada mulanya” mengingatkan kita kembali kepada Kejadian 1. Dalam perikop tersebut, firman merupakan perkataan Allah yang memiliki daya cipta, yaitu firman yang menjadikan langit dan bumi. Yohanes 1.3 juga menekankan karya penciptaan dari firman, “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada sesuatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” Maka, Firman yang adalah Allah itu (di ayat 1) tidak semata-mata mengacu kepada Yesus Kristus, seperti yang diindikasikan dalam ayat 14, “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita,” tetapi juga perkataan Allah yang mengadakan terang dari antara kegelapan di Kejadian 1.3 (bdk. 2Kor. 1.20; Ibr. 1.1-3; 1Yoh. 1.1-3; Why. 3.14; 19.13).

Dari sekian agama dan filosofi dunia, Alkitab memiliki keunggulan sebab menyatakan bahwa Allah adalah Pribadi Mahaagung yang berbicara. Betapa ajaibnya memiliki Allah yang bersabda! Allah yang berbeda dengan berhala-berhala yang disembah manusia, yang tak lebih dari sekadar “berhala-berhala bisu.” Tetapi Allah kita hadir ke dalam sejarah dan pengalaman hidup manusia, serta menyapa kita sebagai makhluk ciptaan-Nya, pelayan-Nya, sahabat-sahabat-Nya. Sungguh hak istimewa yang teramat besar!


Allah yang berbicara juga, adalah “objek” dari puja-puji kita. Ini bukan paham bibiolatri, menyembah Kitab Suci. Kita tidak menyembah kertas, tinta dan lain-lain. Tetapi berita di dalam Alkitab, apa yang Alkitab katakan, adalah ilahi, dan kita harus menerimanya dengan hati yang penuh pujian dan penyembahan.


Perlu diingat! Jangan mencari Allah di luar dari firman-Nya atau membaca firman Allah tanpa menyadari bahwa Anda berada di dalam hadirat Allah. Berserulah kepada Tuhan dari dalam hati Anda, “Berbicaralah Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengar!” Bila Anda terperosok dalam kebiasaan menerima Alkitab dengan enteng, firman itu akan mengeraskan hati Anda, ketimbang memberkati Anda. Karena firman Allah itu berkuasa, ia tidak akan membuat Anda tetap seperti sebelumnya. Ia akan mengubah Anda untuk menjadi baik, atau pun buruk!

No comments:

Post a Comment