Wednesday, October 17, 2007

Mari Mengenal Allah 1: Pendahuluan


PENDAHULUAN


Allah adalah misteri yang tak pernah terselami dengan tuntas, tetapi sekaligus Ia membuka diri. Dalam bahasa teknis, kita mengenal istilah Deus absconditus est Deus revelatus, Allah yang tersembunyi adalah juga Allah yang menyatakan diri.


Hal ini haruslah menjadi pijakan pertama kita ketika hendak belajar kebenaran-kebenaran tentang Allah. Ia adalah “Misteri yang absolut,” dan sampai kapan pun, Ia tidak pernah dapat dikenal sampai tuntas oleh makhluk rasional seperti manusia. Kata Bapa Gereja Augustinus, kalau kita dapat mengenal Allah dengan tuntas, pasti pengenalan itu salah! Sebab, bila kebenaran mengenai Dia dapat digali sampai tuntas, Ia bukan lagi Allah. Bila Ia adalah Allah, sudah pasti ada sisi misterius yang tidak mungkin dapat diketahui oleh manusia. Maka benarlah perkataan kuno ini, finitum est non capax infiniti, “yang terbatas tak mungkin dapat menampung yang tidak terbatas.”


Bersamaan dengan itu, kita pun dapat mengatakan bahwa Allah dapat dikenal. Lho, apakah ini bukan berkontradiksi? Tidak dapat dikenal kok juga dapat dikenal? Kita jawab, Tidak. Memang, kita tidak dapat menyelami Allah sedalam-dalamnya. Tetapi hal itu bukan berarti bahwa Allah menjadi sosok Pribadi Absolut yang jauhnya milyaran tahun cahaya, yang kita tidak dapat kenal. Kita mungkin untuk mengenal Allah, yaitu sejauh yang Ia berkenan nyatakan kepada kita.


Saya akan pakai satu analogi (meskipun tidak sepenuhnya tepat!). Rakyat Indonesia tahu presidennya adalah SBY. Tapi tidak banyak yang tahu sisi kehidupan keluarga presiden kita. Kita pun dulu tidak tahu nomor handphone-nya. Sampai akhirnya dalam suatu pertemuan publik, SBY mengumumkan nomor HP-nya dan bersedia menerima keluhan dari rakyat. Akhirnya, membeludaklah SMS yang masuk ke nomor SBY. Mengetahui nomor SBY, bukan berarti kita tahu seluk-beluk kehidupan sang presiden sepenuhnya.


Ketika Allah menyatakan diri-Nya, Ia melakukannya sebagai Tuhan! Bila kita menyebut Dia Tuhan, maka Ia memiliki kendali, otoritas serta kehadiran yang bebas dan mutlak. Ia tidak mungkin diatur oleh hasrat manusia. Ia tidak dapat diatur oleh keinginan manusia. Ia pun tidak dapat dimasukkan ke dalam tabung-tabung eksperimen manusia pada suatu laboratorium saintifik. Bila demikian, penyataan-Nya kepada kita, atau tindakan-Nya ketika mewahyukan diri kepada kita, adalah tindakan yang bebas dan mutlak. Dengan perkataan lain, cara Allah berbicara kepada kita adalah sebagai Tuhan yang berdaulat penuh.

No comments:

Post a Comment