Pentakosta Baru atau Kharismatik AwalDoktrin gerakan Pentakosta mengenai baptisan di dalam Roh Kudus atau berkat kedua ini mendapat tempat yang besar dalam sebuah organisasi persekutuan pebisnis Full Gospel Business Men’s Fellowship International (FGBMFI). Didirikan oleh Demos Shakarian, seorang jutawan yang memiliki pertanian yang luas di California Selatan. Ia merasa bahwa Allah menggerakkannya untuk memulai suatu gerakan para pebisnis yang dapat bersekutu bersama dari berbagai denominasi untuk berbagi iman di dalam Kristus.
Full Gospel atau “Injil Sepenuh” mencerminkan keyakinan mereka dan arah persekutuan ini. Tidak ada unsur yang dilarang untuk dilakukan di dalam persekutuan ini: berbicara bahasa lidah, kesembuhan, pengusiran setan—apa pun yang dialami oleh seseorang.
Pertemuan pertamanya pada bulan Oktober 1951 di Los Angeles mengundang Oral Roberts, seorang pengkhotbah KKR yang konon memiliki karunia kesembuhan. Dua tahun kemudian, Oktober 1953, FGBMFI sudah mengadakan pertemuan nasional seluruh USA. Usaha yang dilakukan sebagai hasil dari pertemuan ini adalah “menginjili” orang lain yang berada di gereja-gereja tradisional yang belum menerima baptisan Roh Kudus. Untuk seterusnya, persekutuan ini berupaya menjangkau orang-orang golongan non-Pentakosta dengan berita mengenai baptisan roh. Perlu untuk ditegaskan, mereka tidak mengharuskan orang-orang non-Pentakosta masuk ke gereja Pentakosta. Seorang Metodis bisa saja masuk ke persekutuan itu dengan skeptis (tidak percaya) namun keluar dengan berbahasa lidah, tanpa merasa dipaksa untuk meninggalkan gerejanya dan pindah ke gereja lain yang dipenuhi oleh Roh.
Selanjutnya, kita pun perlu menyebutkan peristiwa yang terjadi pada tanggal 3 April 1960. Pdt. Dennis J. Bennet dari gereja St. Mark Episcopal (Anglikan) di Van Nuys, California, mengumumkan kepada jemaatnya bahwa ia telah menerima kepenuhan dan kuasa Roh Kudus yang dibarengi dengan berbicara dalam bahasa-bahasa asing. Peristiwa inilah yang sering dikatakan sebagai awal gerakan Kharismatik.
Dalam tiga kali kebaktian pada Minggu Sengsara, Bennet dengan tenang menerangkan bagaimana ia dan anggota jemaatnya menerima baptisan Roh Kudus dengan bukti berbahasa lidah. Setelah mengalami perlawanan di dua kebaktian, maka pada kebaktian yang ketiga, ia mengumumkan pengunduran dirinya. Beberapa bulan setelah itu, ia menerima undangan sebagai vicar (pembantu pendeta) di Gereja Episcopal St. Lukas di Seattle, Washington, yang di kemudian hari menjadi salah satu gereja kharismatik terkuat di bagian Timur Laut USA. Gereja ini menjadi pusat berita mengenai baptisan Roh Kudus, dan berhasil mengajak ribuan orang, termasuk para rohaniwan dari gereja-gereja arus utama, untuk menerima pengalaman kharismatik. Menjelang tahun 1966, pengalaman Pentakosta juga merasuk ke dalam Gereja Katolik Roma, dan sekitar tahun 1974 lebih dari 30.000 orang Pentakosta Katolik berkumpul di Notre Dame untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-8.
Pada pertama kali berdirinya, mereka tidak suka dengan label “Neo-Pentakosta” dan lebih memilih “Pembaruan Kharismatik.” Mereka menerima pengalaman Pentakosta dan perlunya karunia-karunia rohani, namun menolak penekanan bahwa bahasa lidah adalah ciri utama bila seseorang telah menerima baptisan Roh. Bagi mereka, bahasa lidah adalah salah satu dari karunia rohani yang dicurahkan oleh Roh, tetapi bukan bukti utama. Sebagian orang Kharismatik menolak bahwa bahasa lidah merupakan pengalaman nyata dari baptisan kedua, tetapi menerimanya hanya sebagai salah satu karunia. Persamaan keduanya ialah, bahwa pembaruan rohani yang berkembang di dalam diri orang-orang percaya akan membangkitkan kharismata, karunia-karunia seperti yang ada di dalam Kitab Suci, sebagai kelengkapan pelayanan gereja.
Dapatlah disimpulkan, tujuan utama gerakan Kharismatik adalah keterbukaan kepada daftar panjang karunia seperti termaktub di dalam 1 Korintus 12.8-10 (kata-kata hikmat, kata-kata pengetahuan, iman, kesembuhan, bahasa lidah, dan penafsiran bahasa lidah). Mereka percaya bahwa semua karunia ini adalah bagi gereja pada masa kini. Kebanyakan orang Kharismatik menekankan pentingnya tiap-tiap orang Kristen untuk tinggal di dalam gerejanya masing-masing dan bertindak sebagai ragi rohani bagi orang Kristen lain di gerejanya. Visi mereka yakni semua gereja mengalami kebangunan manakala Roh Allah bergerak dalam cara yang baru, dan bahwa tubuh Kristus akan bersatu dan membenamkan diri dalam kemerdekaan Kristus yang dicurahkan oleh Roh Kudus.
Namun di sisi lain, perlu juga kita cermati sisi pengajaran yang ditawarkan. Gerakan ini telah membuka terlampau banyak pintu bagi pengalaman rohani dan pengaruh yang terus-menerus dari pengalaman tersebut yang diambil dari ide-ide non-biblikal (tidak alkitabiah). Banyak yang malahan menjadi yakin kepada pengalaman-pengalamannya sendiri (bahasa lidah, nubuatan, wahyu baru, dll.). Mereka menganggap bahwa pengalaman tersebut merupakan bukti yang sah untuk mengenal Allah. Pendekatan seperti ini tentu saja sangat merusak, sebab pada akhirnya terdapat kebingungan di dalam tubuh gerakan Kharismatik sendiri, yakni mengenai pengalaman siapa yang benar. Terlalu banyak pengalaman-pengalaman yang kontradiktif satu dengan yang lainnya. Maka, menitikberatkan iman kepada pengalaman sesungguhnya seperti menanam benih-benih berbahaya yang di kemudian hari bertumbuh menjadi lebih ekstrem.