Tuesday, January 22, 2008

Inkarnasi: Palungan Kristus dalam Hati St. Fransiskus Asisi (2)


RAJA YANG TIDAK POPULER

M. A. Habig selanjutnya menulis, “Yesus si Anak ini telah dilupakan dalam hati banyak orang, tetapi oleh karya anugerah, Ia dihidupkan kembali melalui hamba-Nya, St. Fransiskus.” Fransiskus adalah bapa gereja yang paling giat menggali kekayaan kelahiran Kristus yang sangat sederhana ini. Bahkan kelahiran Kristus adalah pesta perayaan di atas sega pesta perayaan. Sebab, Allah telah menjadi seorang bayi mungil, dan bergantung dalam dekapan tangan seorang perempuan dan dekat di dada sang bunda.

Merenungkan kelahiran Kristus tidaklah membuat Fransiskus melupakan salib, palang Kristus di Kalvari. Di dalam hati dan pikirannya, inkarnasi dan penyaliban begitu dekat impitannya. Kristus di dalam palung adalah Kristus di atas palang! Keduanya menunjukkan kerendahan dan kemiskinan yang tiada tara. Dan ia mau meniru laku Allah itu! Ia tahu bahwa dirinya dipanggil dan diutus oleh Tuhan untuk mengabarkan kerajaan, melayani orang-orang miskin, mengesampingkan uang dan bahkan berani untuk tidak mempunyai helai baju kedua. Bagi Fransiskus, rumah Kristus adalah palungan itu! Kehinaan adalah hidupnya.

Pertanyaan bagi kita, mengapa Fransiskus sangat mencintai Kristus sedemikian rupa, bahkan mau mengikuti laku hidup Kristus seharfiah mungkin? Titik balik kehidupannya merupakan jawaban! Pada tahun 1206, dalam usia 24 tahun, Fransiskus mengalami pertobatan. Ia mulai merasa tak nyaman dengan segala hal yang semula ia nikmati. Ketika berpesta pora, ia kehilangan gairah. Ia menjadi seorang humanitarian. Ia mencoba dekat dengan para pengemis, memelihara orang lepra dan beramal.

Pada tahun-tahun kebimbangan ini, Fransiskus berjalan di daerah pedusunan di luar gerbang Asisi. Ia tiba-tiba melihat bangunan gereja San Damiano yang reot. Ia terdorong untuk masuk ke dalamnya dan berdoa. Di hadapan lukisan crucifix (penyaliban Kristus) bergaya Bizantin, Fransiskus mendengar suara Tuhan berkata, “Pergilah dan perbaikilah rumah-Ku, yang engkau telah rubuhkan.” Fransiskus memang merenovasi gereja itu.

Responsnya kepada Tuhan lebih dalam daripada menyelesaikan bangunan fisik. Ia melayani kaum papa dengan sukarela, bahkan menggabungkan diri dengan para pengkhotbah dina yang berkelana jauh dari satu tempat ke tempat lain untuk melayani Kristus. Ia juga mengadakan perjalanan ke wilayah yang mayoritas diduduki oleh kaum Muslim untuk mewartakan berita Kristus.

No comments:

Post a Comment