Friday, January 25, 2008

Katolik Roma: Bagaimana Saya Memandang Saudara Tua? (1)


Beda Pendapat

Pada hari Rabu, 23 Januari 2008, saya mendapat telepon dari sahabat baik yang berkarya dalam sebuah institusi pendidikan Kristen ternama di sebuah kota besar. Dalam percakapan yang cukup lama itu, ia menanyakan posisi saya mengenai Katolik Roma. Ia sendiri bermaksud merevisi ulang tulisannya tentang pokok yang satu ini. Mungkin untuk diterbitkan. Saya sangat surprised! Saya langsung ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana posisinya. Beberapa pokok yang saya tangkap darinya adalah:

- Setuju bila kerja sama itu dalam aras pribadi, bukan institusional.
- Setuju bahwa ada pribadi-pribadi dalam tubuh Katolik Roma yang adalah Kristen sejati.
- Menyadari ada banyak orang Katolik Roma yang receptive terhadap doktrin-doktrin Injili, ketimbang orang-orang Injili.
- Secara institusional, Protestan dan Katolik Roma memiliki
unity in Christ tetapi bukan unity of faith [demikian pembetulan yang diajukan oleh kawan saya.]

Lalu, bagaimana pandangan saya? Saya menjawab:

- Saya setuju kerja sama secara institusional.
- (poin kedua setuju)
- Saya justru receptive dengan doktrin-doktrin Katolik.
- Saya memandang Protestan dan Katolik Roma sama-sama merupakan pewaris tradisi kerasulan, jadi saya pun menerima unity in faith which is once preached to the Church [sebab bagaimana mungkin memiliki unity in Christ dengan "iman" yang berbeda? Kristus mana? Bukankah Kristus yang diimani itu tidak terbagi?]

Di gereja tempat saya melayani, saya bersyukur bahwa bila ada saudara-saudari Katolik Roma yang pindah dari luar kota dan mau bergabung di gereja kami, kami tidak membaptis ulang. Kami melakukan atestasi, yakni ritual yang kami lakukan sama kepada saudara Protestan yang berpindah gereja. Kami meminta surat pengantar dari gereja asal, dilampiri surat baptis (dan krisma atau sidi), diumumkan ke jemaat dua minggu berturut-turut dan setelah itu diundang ke depan untuk diperkenalkan kepada jemaat dan didoakan oleh pendeta. Kami mengakui baptisan gereja Katolik Roma pun sah.

Bila sakramen baptis diakui, maka sakramen yang satunya lagi pun diterima. Saya tidak ragu bilamana merayakan Ekaristi atau Perjamuan Kudus bersama-sama saudara Katolik Roma. Saya menikmati misteri yang sedang diungkapkan di dalam perayaan ekaristi itu.

Mungkin cukup mengejutkan bagi sebagian saudara Injili, dulu pernah terjadi pengalaman yang menarik di gereja kami. Ada pertukaran pengkhotbah, pendeta kami diundang untuk memimpin sesi membuat khotbah ekspositori, dan romo-romo Katolik diundang untuk berkhotbah di kebaktian Minggu di gereja.

No comments:

Post a Comment