Friday, January 25, 2008

Katolik Roma: Bagaimana Saya Memandang Saudara Tua? (2)


Keluar Jalurkah?

Nampaknya kawan saya agak kaget. Bagaimana dengan doktrin-doktrin yang secara fundamental berbeda? Pembenaran hanya oleh iman, Mariologi, ritual-ritual yang asing di mata kaum Injili, pemahaman mengenai missa dan masih banyak hal yang lainnya. Nampaknya mereka keluar dari Alkitab, dan menambahkan dengan tradisi-tradisi manusia.

Menarik untuk disimak, di majalah Christianity Today pernah diungkap tentang fenomena hijrahnya sejumlah teolog orang penting dalam Evangelikalisme ke pangkuan Gereja Katolik Roma. Kita dapat menyebut nama-nama seperti Scott Hahn (profesor teologi dan biblis di Universitas Fransiskan Steubenville) dan Thomas Howard (profesor bahasa Inggris), yang buku mereka telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dengan terbitnya buku-buku itu, nampak ada semacam apologetika dari saudara kita ini terhadap kenyataan kemunduran di tubuh Injili. Bagi saya fenomena ini menarik, dan lebih menarik lagi untuk diamati bahwa Scott Hahn tetap menjadi sahabat profesor yang Calvinis di Regent College, Hans Boersma. Apakah saya berniat untuk turut hijrah juga ke pangkuan Gereja Katolik Roma? Nampaknya tidak.

Saya menyayangkan bila sahabat-sahabat saya kaum Injili terlampau dikarikaturi oleh para pemikir sekunder, dan tidak kembali ke sumber primer mereka. Beberapa kajian mengenai Katolik Roma masih bergantung kepada tulisan Lorraine Boettner ketimbang G. C. Berkouwer. Padahal Boettner menulis sebelum Konsili Vatikan II. Bukan hanya itu, para sahabat juga tidak berkonsultasi dengan teolog-teolog kelas utama dari Katolik Roma, macam Rahner, von Balthasar, Ratzinger, atau paling tidak ensiklik-ensiklik kepausan, dan lebih percaya pada kajian R. C. Sproul yang jelas paling kontra dengan bentuk-bentuk dialog Protestan-Katolik.

Bagaimana dengan ranah doktrin-doktrin “fundamental” yang membedakan kita? Lha wong Project Pop saja bertanya-nya, “Apa yang dapat menyatukan kita?” (dan jawabannya adalah “Dangdut is the music of my country!”), kita kaum Injili malah menguak “Apa yang membedakan kita?!” Ada sesuatu yang serius! Yang dapat mempersatukan, hendaklah tidak mencerai-beraikan kita.

Jangankan terhadap tradisi sebesar Katolik Roma, orang Injili pun kerap kali mencari-cari perbedaan dengan sesama tradisi Injili. Sebab itu, tak cukup satu sekolah teologi Injili, dalam tradisi yang sama saja dapat didirikan dua atau tiga sekolah yang berlainan, dengan presiden yang sama! John Stackhouse dari Regent College, Vancouver, Canada, pernah menyalakan lampu kuning, “Intra-evangelical war is anti-evangelical [at all].” Jika demikian, bolehkah kita perluas kata-kata Stackhouse di atas, “Intra-Christian tradition war is anti Christian at all!”?

Berbicara mengenai doktrin yang “fundamental,” masalahnya adalah, menurut siapa? Bila Katolik Roma, mereka mempunyai keputusan ex cathedra, sedang Protestan tidak. Ini yang membuat kita kerap kebingungan menentukan posisi, bukan? Apa yang kita kira fundamental, perlu ditelusuri lebih lanjut apakah fundamental pula untuk pihak lain. Kiranya saya jangan sampai disalahpahami! Saya seorang Injili, dan memegang doktrin pembenaran hanya melalui iman. Saya percaya Kristus adalah satu-satunya Penebus dan Juruselamat dan Jalan Pendamaian kepada Bapa, dan tidak ada mediatrix (pengantara) lain. Pada masa yang ditentukan oleh penatua untuk mengadakan Perjamuan Kudus, saya pun mengambil roti dan cawan perjamuan di gereja Protestan.

No comments:

Post a Comment