Tuesday, September 9, 2008

Email "Mukjizat"

Ytk. kawans,

Saya menikmati setiap email yang menanggapi masalah ini. Banyak refleksi berdasarkan kutipan Alkitab, serta dari firman Tuhan, yang rekans tuliskan. Semua itu pastilah memperkaya khasanah kita. Tidak perlulah kita khawatir untuk itu, kita sedang belajar untuk berteologi. Suka atau tidak, di dalam berteologi kita pasti menafsirkan Alkitab, bagaimana pun metodenya. Kita menafsirkan Alkitab. Kita menafsirkan tradisi (dan kebiasaan komunitas kita). Kita menafsirkan konteks budaya. Kita pun menafsirkan pengalaman. Tinggal titik beratnya di mana, itulah yang membentuk teologi kita.

Belajar untuk menyimak setiap hal yang rekans katakan, saya menarik beberapa kesimpulan:

1. Dasar berpikir (basic belief) dari kawan-kawan sebenarnya sama. Dalam wacana pemikiran Kristen, tanggapan-tanggapan itu masih tergolong pada NON-CESSATIONIST. Artinya, percaya akan karunia mukjizat dan karunia itu tetap berlaku sampai sekarang. Dalam kaitan dengan ini, ada pandangan lain yaitu CESSATIONIST, yaitu percaya akan karunia mukjizat, dan karunia itu diberikan kepada sejumlah nabi dan rasul; karunia bermukjizat itu berlalu (usai) seiring dengan mangkatnya rasul terakhir (Yohanes). Nah, diskusi yang tengah berlangsung dengan seru berada di ranah NON-CESSATIONIST. Nampaknya, wacana ini belum mengapung di antara kita.

2. Ketika ditekankan kepada kita untuk coba kembali ke Alkitab, kita mengacu kepada teks-teks Injil dan tindakan-tindakan Tuhan Yesus dalam menyembuhkan, dan secara biblisistis diterapkan pada masa kini. Namun saya melihat, ada yang missed dalam pembicaraan kita, yaitu: Sebenarnya apa "kata yang dipakai" oleh Alkitab untuk mukjizat, dan di mana dituliskan di bagian-bagian kitab Suci.

3. Berkaitan dengan poin ke dua, saya melihat ada definisi yang bermacam-macam tentang "mukjizat." Mukjizat dapat berarti apa saja menurut siapa saja. Contoh: mukjizat adalah "tindakan Allah yang besar," lalu "tidak harus spektakuler," lain lagi "dapat melalui terapi dan obat-obatan" dan beberapa hal lagi dapat disebutkan. (Ini membuktikan kita sebenarnya masih bicara dalam koridor yang sama: NON-CESSATIONIST pragmatis.)

Lalu bagaimana? Saya coba urun rembug.

Di PL, kata yang dipakai untuk MIRACLE (mukjizat) adalah pala' (Ibrani). Kata ini 71x dituliskan dalam PL. Yang paling dini adalah di Keluaran 3:20, "Tetapi Aku akan mengacungkan tangan-Ku dan memukul Mesir dengan segala PERBUATAN YANG AJAIB, yang Kulakukan di tengah-tengahnya . . . ." Di Ulangan 28:59, bilamana bangsa itu tidak setia kepada perjanjian TUHAN, TUHAN akan menimpakan pukulan-pukulan AJAIB. Juga di Yosua 3:5, ". . . Kuduskanlah dirimu, sebab besok TUHAN akan melakukan PERBUATAN YANG AJAIB di antara kamu."

Kita melihat kata pala' dipakai pada zaman eksodus dan masuknya Israel ke Tanah Kanaan. Kita tahu berdasarkan kesaksian firman sendiri, mukjizat begitu melimpah ketika zaman nabi Elia. Elia adalah nabi yang menyerukan pertobatan kepada Israel yang telah mengingkari perjanjian Allah.

Di PB, ada tiga kata yang dipakai, DYNAMIS "kuasa" (119x), SEMEION "tanda" (77x) dan TERAS "mukjizat" (16x). Menarik sekali, kata teras biasa ditulis bersandingan dengan SEMEION "tanda." Kemampuan untuk mengadakan "tanda dan mukjizat" dapat berasal dari Allah (melalui para rasul), tetapi dapat juga berasal dari si jahat (lih. Mat. 24:24; Mrk. 13:22; 2Tes. 2:9).

"Tanda dan mukjizat" dirancang untuk satu tujuan utama: meneguhkan autentisitas sang pembuat mukjizat (Kis. 2:22). Penulis Ibrani juga menegaskan bahwa Allah meneguhkan kesaksian mengenai keselamatan-Nya melalui tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat, yaitu yang tercatat dalam Injil-injil dan Kisah Para Rasul (lih. ayat di atasnya!).

Berarti, Allah meneguhkan berita keselamatan di dalam Yesus Kristus yang disampaikan oleh para rasul dengan tanda-tanda mukjizat-mukjizat. Hal ini sangat penting karena pada waktu itu, belum ada catatan otentik dan kanonik (Alkitab yang lengkap) untuk meneguhkan berita keselamatan itu.

Demikian, supaya tidak terlalu panjang.


No comments:

Post a Comment