Monday, September 15, 2008

KRISTOLOGI SELAYANG PANDANG (3)



PRIBADI KRISTUS: TUHAN DAN MANUSIA[1]



A. Pengakuan Kita Bersama



Formula pengakuan Iman Kalsedon mengatakan bahwa secara hakiki Yesus Kristus adalah Allah, Allah secara natur, dan Pribadi Kedua dari Trinitas. Itulah sejatinya Dia. Tetapi Kristus juga adalah manusia. Kemanusiaan pun adalah natur-Nya; bahwa Dia benar-benar adalah manusia. Ia sepenuh-penuhnya Allah dan sepenuh-penuhnya manusia. Segala sesuatu yang menjadi atribut kesempurnaan Allah, juga adalah atribut kesempurnaan Kristus. Dan, segala yang menjadi atribut manusia, juga sungguh-sungguh dimiliki oleh Kristus.



Bagaimana mungkin kita memahami satu pribadi yang memiliki baik kesejatian Allah dan sementara itu juga kesejatian manusia? Bukankah Allah itu tak berwujud, sedangkan manusia itu berwujud? Allah tak dapat menderita, sedangkan manusia dapat menderita? Memang hal ini sepenuhnya adalah misteri Allah. Kitab Suci mengatakan bahwa Kristus adalah Allah dan manusia. Dengan lebih singkat kita dapat memahaminya seperti ini: bahwa Allah yang tidak memiliki badan, telah mengambil bagi diri-Nya sendiri satu tubuh di dalam pribadi Yesus Kristus. Allah, yang tidak dapat menderita, telah mengambil natur manusia, di mana Ia dapat merasakan penderitaan, yaitu di dalam manusia Kristus.



Ide ini tidak hendak mengatakan bahwa Allah dan manusia tercampur-baur, menjadi suatu realitas ketiga atau bahwa keilahian Sang Putra berubah menjadi manusia, atau sebaliknya. Pengakuan Kalsedon tetap mempertahankan perbedaan antara Allah dan manusia. Kita pun tidak boleh mengatakan bahwa Yesus adalah dua pribadi yang berjalan berkeliling Palestina di dalam satu tubuh, yang satu ilahi, yang satunya lagi manusia. Yesus Kristus bertindak dan berkata-kata sebagai satu Pribadi yang utuh, tanpa pemisahan ataupun perceraian natur-Nya.



Maka, simaklah kalimat ini: dua natur, satu pribadi! Di dalam Kristus, terdapat dua natur (Allah dan manusia), tetapi satu Pribadi.



B. Keilahian Kristus



Kitab Suci mengajarkan bahwa Kristus benar-benar Allah, Pribadi Kedua dari Trinitas yang Kudus. Banyak bukti yang dapat dikemukakan dari dalamnya. Banyak orang berkata bahwa ajaran ini didasarkan hanya kepada sejumlah ayat yang kontroversial. Tetapi sesungguhnya anggapan ini tidaklah benar, sebab ajaran tentang keilahian Kristus ini menyusupi semua bagian Alkitab. Hampir tiap lembar di PB kita dapat temukan ajaran mengenai ini, baik secara tersurat ataupun tersirat.



Bayangkan: Yesus bertumbuh sebagai seorang tukang kayu di Galilea, kemudian, ketika berusia 30 tahun, Ia mulai karirnya sebagai seorang guru agama Yahudi. Para murid-Nya adalah orang-orang Yahudi, dan mereka telah sejak dari kecil diajarkan mengenai Satu Allah dan mereka harus menyembah kepada Allah itu! Mereka tidak boleh merendahkan diri dan menyembah kepada berhala, juga tidak boleh menyembah manusia! Tetapi tak berselang lama setelah Sang Guru tidak lagi bersama-sama mereka, semua orang Yahudi, serta banyak orang lain lagi yang bersama mereka, mengaku bahwa Yesus adalah Allah dan layak untuk disembah sebagai Allah. Mereka mengenal dari dekat siapa Dia sebagai manusia, yang pernah berkata-kata dan berjalan bersama mereka, bahkan makan bersama mereka; tetapi mereka kini menyembah Dia. Sungguh sesuatu yang aneh dan tidak pernah terjadi!



Bahkan murid-murid-Nya sendiri menulis dan jarang mengemukakan argumentasi bahwa Yesus adalah Allah! Mereka tak perlu menyatakan itu, sebab semua komunitas Kristen pada saat itu telah percaya dan sepakat bahwa Yesus adalah Allah. Orang-orang Kristen perdana menghadapi banyak sekali tantangan, tetapi satu hal yang tidak pernah mereka perdebatkan adalah mengenai keallahan Yesus.



Dengan demikian, para penulis PB telah berpresuposisi bahwa Kristus adalah Allah. Kristus dengan terang-terangan berkata dalam setiap pengajaran-Nya, perkataan-perkataan yang kedengarannya egosentris: “firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakim-Nya pada akhir zaman” (Yoh. 12:48); “Akulah kebangkitan dan kehidupan” (Yoh. 11:25); “Akulah Jalan dan kebenaran dan hidup” (Yoh. 14:6; bdk. Mat. 5:11-12, 17; 7:21-29; 11:25-27; 13:41; 16:27-28; 24:31; 25:31-46). Ketika seorang muda yang kaya raya mendekati-Nya, dan menghendaki diselamatkan, Yesus berkata, “Ikutlah Aku” (Mat. 19:21; bdk. 4:19; 8:22; 16:24; Yoh. 10:27; 12:26; dst.). Ia mengatakan bahwa menghormati Dia jauh lebih tinggi nilainya daripada menghormati orang tua, seperti yang diperintahkan di dalam Sepuluh Hukum (Mat. 10:37; Luk. 14:26), meski Ia pun meneguhkan perintah kelima itu (Mrk. 7:11). Ajaran ini kedengaran tidak “rendah hati sama sekali.” Maka, siapakah Dia? Kemungkinannya tiga: Yesus pembohong, Ia sakit jiwa, atau Ia memang benar-benar Allah! Jika kita percaya bahwa Kristus lebih dari sekadar manusia biasa, tetapi Ia adalah Allah, maka apa yang Ia katakan adalah kebenaran.



Perhatikan pula, di sepanjang karir-Nya, Yesus tidak pernah menarik kata-kata-Nya, menyesal, bertobat dari dosa dan kesalahan, meminta pertimbangan ke orang lain, atau memintakan doa untuk kebutuhan hidup-Nya.



Rasul Paulus berkata, bahwa Ia dipanggil untuk menjadi rasul bukan karena kehendak manusia, tetapi semata-mata karena kehendak Allah dan oleh Yesus Kristus (Gal. 1:1, 10, 12). Ia percaya adanya Perantara di antara Allah dan manusia, yaitu manusia Yesus Kristus (1Tim. 2:5), dan pernyataannya ini benar oleh sebab Yesus benar-benar adalah manusia sejati. Tetapi ia menegaskan bahwa ketika ia dipanggil, maka Kristus ditempatkan oleh Paulus di sisi Allah: bukan oleh manusia, tetapi oleh Alalh dan oleh Yesus Kristus. Ia dan para rasul lainnya memberikan mandat kepada kita untuk melakukan segala sesuatu di dalam nama Yesus (Kis. 9:16; Rm. 15:30; 2Kor. 12:10; 3Yoh. 7). Para rasul berbicara tentang hal ini bukan secara khusus hendak menguraikan doktrin Kristologi, tetapi sambil lalu ketika mereka sedang membicarakan satu topik bahasan. Jadi, keilahian Kristus tidak menjadi perdebatan di gereja mula-mula.



Tuhan



Bukti paling kuat mengenai keilahian Kristus adalah ini: Kristus adalah Tuhan. “Tuhan” adalah istilah untuk Allah Perjanjian. Kata itu mengungkapkan bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu, bahwa Ia mengatakan segala sesuatu dengan otoritas yang mutlak, dan bahwa Ia hadir dalam kehidupan kita dan mau berjalan bersama kita.



Gelar “Tuhan” juga dipakai oleh Kristus. Di Roma 10:9 tertulis, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” 1 Korintus 12:3 berkata, “Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus.” Filipi 2:10-11, “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan,’bagi kemuliaan Allah, Bapa!’”



Gelar “Tuhan” bisa saja dikenakan kepada seorang manusia biasa, tetapi kepada Kristus gelar ini istimewa. Septuaginta (PL dalam bahasa Yunani) menerjemahkan kata paling kudus di dalam bahasa Ibrani “YHWH” dengan kata Kurios, “Tuhan”! Di banyak tempat, PL menantikan datangnya seorang Juruselamat, pembebas, yang membawa gelar Tuhan (lih. Mzm. 110: 1; Yer. 23:5-6). PB sering mengenakan nama ini kepada Yesus Kristus (bdk. Yes. 40:3 dan Mat. 3:3; Mzm 8:2 dan Mat. 21:16; Yes. 6:1-10 dan Mat. 13:14-15; Mal. 3:1 dan Luk 1:76).



Anak Allah

Kristus juga disebut sebagai Anak Allah. Istilah ini dapat dikenakan kepada makhluk-makhluk tertentu: malaikat (Ayb. 1:6; 2:1; Mzm. 29:1; 89:7), raja-raja (2Sam. 7:14; Mzm. 89:27-28), para imam (Mal. 1:6), Israel (Ul. 14:1), Adam (Luk. 3:38); semua umat Allah (Kis. 17:28), juga kita semua orang percaya: kita adalah anak-anak Allah di dalam Yesus (5:9; Yoh. 1:12; Rm. 8:14-16; dll.).



Tetapi Yesus unik. Ia adalah Anak Allah bukan seperti yang lain. Ia adalah Sang (the) Anak Allah (Luk. 1:31-32; Yoh. 1:34; 1Yoh. 5:20), sebagai Anak Allah sendiri (Rm. 8:3, 32; bdk. Yoh. 5:18), Anak Tunggal-Nya (Yoh. 3:16). Ia lebih tinggi daripada malaikat-malaikat (Ibr. 1:5). Maka, status kita sebagai Anak bergantung kepada ini: melalui Kristus Sang Putra, kita dapat menjadi anak-anak Allah (lih. Yoh. 1:12).



“Anak” adalah suatu gelar kerajaan. Allah adalah Raja Besar, dan Anak-Nya berbagi kekuasaan dengan Dia. Sehingga, arti kata Anak Allah dekat dengan arti gelar Tuhan. Apabila “Tuhan” menitikberatkan kepada hubungan Kristus dengan umat-Nya sebagai Kepala Perjanjian, maka “Anak Allah” menekankan hubungan-Nya dengan Allah Bapa di surga. Yesus melakukan apa yang Bapa lakukan, berbagi kemahatahuan-Nya, kuasa-Nya, kasih-Nya dan hak-hak-Nya (Yoh. 5:18-23).



Kristus



“Kristus” adalah istilah Yunani yang sama artinya dengan “Mesias” (Ibrani Mashiah), yang artinya “Yang Diurapi.” Di PL, nabi-nabi, imam dan raja adalah orang-orang yang diurapi dengan minyak, suatu simbol karunia Roh Kudus bagi pelayanan mereka.



Orang Yahudi mendambakan Allah mengutus seorang mesias yang seagung Daud, yang akan membebaskan umat-Nya dari kuasa Romawi dan menegakkan Israel yang berjaya. Di PL, Allah berjanji untuk mengutus seorang raja yang lebih besar daripada Daud (Mzm. 45:7; 59:16-18; Mkh. 5:2; Zak. 2:8-11; 9:9-17). PL juga mengajarkan bahwa kedatangan Sang Mesias berarti sama dengan kehadiran Allah sendiri (lih. 110:1-2; Yes. 9:6). Maka, gelar “Kristus” juga mengidentifikasikan Yesus sebagai Allah.



Allah



Kita tidak asing dengan berita ini, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Kej. 1:1). Kita tahu di ayat 14, kata “Firman” menunjuk kepada Kristus.” Yohanes 1:1 mengajarkan bahwa sejak semula, Yesus ada bersama-sama dengan Allah, dan bahwa Ia sendiri adalah Allah.



Di tempat-tempat lain, juga disaksikan bahwa Kristus disapa “Allah” (Yoh. 1:18; 20:28; Mzm. 45:7; Yes. 7:14; 9:6; Kis. 20:28; Rm. 9:5, 1Tim. 3:15-16, 2Tes. 1:12; Tit. 2:13; 2Ptr. 1:1). Kolose 2:9 lebih tegas lagi, dinyatakan bahwa di dalam Kristus “berdiam seluruh kepenuhan keallahan.”



Di PB, Kristus lebih sering disapa “Tuhan” daripada “Allah.” Kata Allah lebih umum daripada “Tuhan.” Allah dapat berarti ilah-ilah dan berhala-berhala palsu. Tetapi ketika kata ”Tuhan” yang dipakai, kata ini mengacu kepada Yahweh, Allah Perjanjian, yaitu Allah yang hidup dan benar.



Gelar-gelar Lain



Yesus masih memiliki beberapa gelar lagi. Ia disebut sebagai “Anak Manusia,” yang merupakan representasi dari umat Allah yang menang, seturut dengan janji di Daniel 7:13-14. Anak Manusia mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa (Mrk. 2:5-10), Ia menderita dan mati untuk umat-Nya (Mat. 8:20; Mrk. 8:31), dikuburkan (Mat. 12:40), bangkit dari antara orang mati (Mrk. 8:31; 9:9, 31; 10:34), dan akan kembali dalam kemuliaan (Mat. 16:27).



Ia juga disebut sebagai “Firman Allah” (Yoh. 1:1-14; Kol. 1:15-18; Ibr. 1:2-4; Why. 19:13). Yesus adalah “gambar Allah” yang sempurna (2Kor. 4:4; Kol. 1:15-20; Ibr. 1:3). Ia adalah “Juruselamat” (Yes. 43:11; 45:15, 21; 47:4; 49:26; bdk. Luk. 2:11; Yoh. 4:42; Kis. 5:31; 13:23; Ef. 5:23). Ia adalah “Yang Kudus” Allah Israel (Yes. 44:6; Why. 1:8, 17-18; 2:8; 21:6; 22:13). Ia juga disapa dengan gelar-gelar yang dikenakan kepada Allah di PL: Gembala, Batu Karang, Raja, Hakim, Mempelai Laki-laki, Singa, Terang, Anak Domba.

Sekarang kita bertanya, apakah pentingnya mempelajari keilahian Kristus? Oleh sebab jika Kristus sungguh menjadi perantara keselamatan kita, maka Ia haruslah Allah. Jika Juruselamat kita bukan Allah, kita hidup tanpa pengharapan! Kesengsaraan-Nya yang dahsyat tidaklah sia-sia, oleh sebab Ia adalah Allah. Inilah yang membuat keselamatan yang dikerjakan-Nya menjadi milik yang pasti! Hanya Allah yang sanggup menyelamatkan kita (Yes. 43:11), dan hanya Tuhan saja yang sanggup membebaskan kita dari setiap kelemahan dan belenggu. Hanya Tuhan saja yang mampu menjadi Juruselamat kita. Sama seperti kata Yunus, keselamatan itu datangnya dari Tuhan (2:9).




[1]Penulis berutang ide kepada John M. Frame, Salvation Belongs to the Lord: An Introduction to Systematic Theology (Philipsburg: Presbyterian and Reformed, 2006), 129-143; Erwin Lutzer, Doctrine that Divide (Grand Rapids: Kregel, 1998), 23-50.



1 comment:

  1. Yeshua adalah Adonai ( Tuan ) dan Mashiach ( Mesias ) berkeilahian yang mewujud sebagai manusia biasa tatkala Dia menjalani kehidupanNya di bumi, khususnya sewaktu hidup di tengah - tengah bangsa Yahudi di masa penjajahan kekaisaran Romawi. Benar jika kita katakan Yeshua memiliki dua natur yaitu ilahi sekaligus manusia, yang karena Dia memiliki keilahian maka Beliau seperti Bapa di Surga juga memiliki kuasa atas seluruh alam semesta. Dan karena Yeshua juga memiliki natur manusia, Yeshua pun memiliki emosi manusiawi serta merasakan apa yang biasa dirasakan manusia pada umumnya.

    ReplyDelete