Wednesday, September 10, 2008

Dapatkah Keselamatan Hilang? (4)



DUA PANDANGAN[1]



A. Keselamatan Dapat Hilang



Golongan yang memegang pandangan ini adalah Pelagianisme, dan yang lebih moderat adalah Arminianisme (Semi-Pelagianisme). Pelagianisme adalah bidat Kekristenan yang percaya bahwa setiap orang dilahirkan dalam keadaan suci dan murni. Ia dapat memperoleh keselamatan yang ditawarkan oleh Kristus dengan kehendak bebasnya. Dosa Adam dan Hawa sama sekali tidak mempengaruhi kehendak manusia untuk memilih Allah atau menolak Allah. Kehendak bebas adalah wilayah netral yang harus diputuskan oleh manusia itu sendiri.



Arminianisme mengajarkan bahwa Allah memberikan “anugerah pemula” (prevenient grace), yang membuat orang itu dapat menerima Kristus atau menolaknya. Anugerah ini cukup potensial untuk menuntun orang bertekun, akan tetapi semuanya berpulang kepada kita kembali apakah kita mau menerima atau menolak anugerah. Oleh karena menerima Kristus itu merupakan pilihan, maka wajar pula bila ketidakselamatan atau kemurtadan juga merupakan pilihannya sendiri. Yakobus Arminius sendiri tidak secara eksplisit mengajarkan hal ini. Tetapi John Wesley dengan terang-terangan mengatakannya, bahwa seseorang yang telah diselamatkan dapat terhilang dalam penghukuman kekal.



Seorang teolog Metodis, sekaligus jurubicara untuk denominasi ini, bernama Daniel Whedon menulis, “In full consistency with that doctrine of human freedom and responsibility which pervades our theology, we maintain that, inasmuch as we were free in first performing the conditions of salvation, so we are free in the continuance or cessation of their performance.”[2] Jadi, kita akan diuji apakah kita akan tetap setia dan berpegang kepada Kristus dan komitmen mula-mula kita atau tidak. Beberapa orang akan tetap teguh, sementara sebagian lagi akan meninggalkan iman.



Tetapi bilamanakah mereka akan kehilangan keselamatan? Ada tiga kemungkinan:



1. Aku selamat sampai suatu kali aku berdosa



Ketika berdosa, seseorang akan kehilangan keselamatan. Lalu ia bertobat dan menerima Kristus kembali. Orang yang percaya ini bisa jadi ia “diselamatkan” beberapa kali dalam kehidupannya. Adalah anekdot Pdt. Dr. Harry Ironside, ketika berjumpa dengan seorang pemabuk yang dengan bangga mengaku telah diselamatkan sebanyak 99 kali. Akhirnya Dr. Ironside berkata, “Minggu depan, begitu kamu bertobat dan diselamatkan, aku akan menembakmu, sehingga kamu yakin akan surga.”



2. Aku kehilangan keselamatan apabila aku dengan sengaja melakukan dosa



Inilah posisi kebanyakan orang Arminian. Ia kehilangan keselamatan bila: (1) dengan sadar berlaku tidak patuh, (2) menolak untuk bertobat dan tetap hidup dalam dosa, (3) ia melakukan tindakan dosa (sinful actions), bukan semata-mata pikiran dan rancangan-rancangan kejahatan di dalam kepala.



3. Aku kehilangan keselamatan bila murtad dan berbalik dari iman Kristen



Dosa yang lain tidak memisahkan kita dari Kristus, tetapi dosa kemurtadan, yaitu menolak Dia dengan sadar—yaitu menghina darah Kristus—adalah titik di mana keselamatan itu terhilang.



Bagaimana menanggapi ketiga pandangan di atas? Kita sesungguhnya sulit untuk menarik garis batasnya. Apa bedanya dosa yang dikehendaki dengan dosa yang tidak dikehendaki? Hal-hal apa saja yang menjadi patokan bahwa seseorang telah menyangkal Kristus? Apakah seseorang akan tahu dan sadar bahwa ia telah menerjang batas-batasnya?




[1]Kajian mutakhir mengenai perdebatan “ketekunan orang-orang kudus” dapat disimak dalam S. N. Gundry dan J. M. Pinson, 4 Views on Eternal Security (Counterpoints; Grand Rapids: Zondervan, 2002). Buku ini secara berimbang meluaskan perdebatan menjadi empat pandangan, yaitu: golongan Calvinis Klasik oleh M. S. Horton, Calvinis Moderat oleh N. L. Geisler, Arminian Reformed oleh Stephen M. Ashby serta Arminian Wesleyan dari J. S. Harper. Untuk lebih komprehensif, simak kompendium kembar mengenai Arminian vs. Calvinis, dari J. L. Walls dan J. R. Dongell, Why I Am Not a Calvinist (Downers Grove: InterVarsity, 2004), serta R. A. Peterson dan M. D. Williams, Why I Am Not an Arminian (Downers Grove: InterVarsity, 2004).

[2]Daniel D. Whedon, “Doctrines of Methodism,” dalam Wesleyan Theology, ed. Thomas a Longford (Durham: Labyrinth, 1984), dikutip oleh Edwin H. Lutzer, Doctrines that Divide: A Fresh Look at the Historic Doctrines that Separate Christians (Grand Rapids: Kregel, 1998), 226.



No comments:

Post a Comment