Monday, September 15, 2008

KRISTOLOGI SELAYANG PANDANG (4)



B. Kemanusiaan Kristus



Penebus kita juga adalah manusia yang sejati! Ibrani 2 menegaskan hal ini. Yesus memenuhkan kemuliaan manusia di Mazmur 8. Yesus tidak malu memanggil kita saudara (ay. 11), dan anak-anak (ay. 13). Ia berbagi daging dan darah seperti manusia, sehingga Ia mampu mengalahkan kematian. Sebagai manusia, Ia dapat bersimpati[1] dengan kelemahan-kelemahan kita. Ia dicobai, sama seperti kita, tetapi Ia tidak berdosa (Ibr. 4:15).



Di gereja mula-mula, kemanusiaan Yesus lebih kontroversial daripada keilahian-Nya. Kaum Doketis, mengajarkan bahwa Kristus nampak seperti manusia, memiliki semacam tubuh fisik. Materi itu jahat, dan roh itu suci. Maka, jika Allah mengambil rupa manusia, menjadi daging, maka Ia akan merusak kesucian-Nya. Sebaliknya, Alkitab mengajarkan bahwa Allah menciptakan dunia materi dengan “sungguh amat baik” (Kej. 1:31). Maka, tubuh manusia adalah baik. Tubuh manusia mencerminkan gambar dan rupa Allah. Maka, Kristus tidak hanya mengambil rupa manusia, tetapi Ia pun bangkit di dalam tubuh fisik. Ia pun akan membangkitkan kita dari dalam kubur. Ingatlah: pengharapan tertinggi kita bukanlah kehidupan setelah kematian dalam keadaan tak bertubuh! Pengharapan akhir kita adalah kelak kita akan dipersatukan dengan tubuh kita yang baru, di masa kedatangan langit dan bumi yang baru. Di gereja perdana, rasul Yohanes menjadi panglima umat Allah yang menentang dengan keras paham Doketisme, “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia” (1Yoh. 4:2-3).



Yesus menjadi manusia sejati ketika dikandung oleh Roh Kudus dan dilahirkan oleh Anak Dara Maria (Mat. 1:18; Luk. 1:34-35; bdk. Yes. 7:14). Sebagai manusia, Ia merasakan lapar (Mat. 4:2), haus (Yoh. 19:28), letih (Yoh. 4:6), serta menderita dan mati. Ia juga memiliki pikiran manusia. Ia bertumbuh di dalam hikmat (Luk. 2:52), Ia bahkan tak tahu kapan Ia akan kembali (Mrk. 13:32). Ia terharu (Yoh. 12:27; 13:21). Berduka atau masygul, bahkan menangis (Mat. 26:38; Yoh. 11:35; Ibr. 5:7). Ia heran (Mat. 8:10). Ia dicobai (mat. 4; Ibr. 4:15), meskipun Allah tidak dapat dicobai (Yak. 1:13).



Bagaimanakah mengharmoniskan keduanya? Sebagai manusia Ia bertumbuh di dalam hikmat. Sebagai Allah, Ia adalah kepenuhan hikmat. Kita harus menyisakan ruang misteri ini untuk Tuhan saja. Meskipun Ia merasakan haus dan lapar, menderita dan sengsara, namun Ia mempunyai kuasa untuk memerintahkan malaikat untuk melakukan apa pun yang Ia kehendaki.



Lalu, mungkinkah Yesus dicobai? Bukan sebagai Allah, sebab Allah tak dapat dicobai. Tetapi sebagai manusia, ia merasakan kelemahan tubuh jasmani kita. Ia bergumul dengan pencobaan, tetapi Ia tidak tunduk kepada pencobaan itu. Yesus berkata “Tidak!” kepada Iblis. Ia benar-benar merasakan pencobaan, tetapi Ia tanpa dosa. Dapatkah kita bebas dari pencobaan? Sesungguhnya, kita pernah merasakan betapa besar kuasa pencobaan, sampai saat kita benar-benar berkata “Tidak!” kepadanya. Kita akan tahu, bahwa terbebas dari pencobaan itu bukanlah hal yang mudah! Tetapi Kristus menang atas pencobaan, dan kemenangan-Nya memberikan jaminan kemenangan kepada kita juga. Haleluya!




[1]Dari kata Yunani syn, “bersama” atau “turut,” dan pathos, “perasaan” atau “penderitaan.” Synpathos berarti “turut merasakan” atau “turut menderita.” Dalam bahasa Latin, compassio.



1 comment:

  1. Yeshua sesudah dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes pembaptis/Yochanan haMatvil, dibawa oleh Ruach haKodesh ke padang gurun untuk dicobai oleh Satan. Disana Dia berpuasa selama empat puluh hari dan empat puluh malam sama seperti Moshe dan EliYahu. Satan mencobai Yeshua dengan menawarkan untuk mengubah batu menjadi roti disaat Yeshua merasa lapar, kemudian membawaNya ke bubungan Bait Suci dan memintaNya untuk menjatuhkan diri, dan puncaknya Yeshua dibawa ke atas sebuah gunung yang tinggi dan diperlihatkan kerajaan dunia beserta seluruh kemegahannya, yang akan diberikan kepadaNya jika Yeshua mau sujud menyembah padanya. Tetapi atas segala pencobaan itu Yeshua menang dengan mengutip nas dari Torah.

    ReplyDelete