Monday, September 15, 2008

KRISTOLOGI SELAYANG PANDANG (8)



A. Apa Arti Kebangkitan?



Para rasul memberitakan, “Kristus sudah bangkit!” Ia tidak ada lagi di dalam kubur. Ia sudah hidup.



Ada orang yang menyangkal bahwa Kristus benar-benar bangkit secara badani, dengan tubuh fisik-Nya. Banyak orang yang berkata bahwa Ia bangkit secara spiritual. Bukankah tidak ada bedanya bila “tubuh Soekarno tetap berada di dalam kubur” sementara “rohnya mondar-mandir ke sana ke mari.” Demikian para pengagum Presiden pertama RI ini mempercayai. Tetapi bukan seperti ini yang diyakini oleh orang Kristen mula-mula. Bukan demikian berita para rasul. “Kebangkitan” berarti kebangkitan tubuh fisik. Jika kebangkitan itu artinya hanya kebangkitan roh dan kuasa Yesus dalam pikiran dan hati orang percaya, maka bukan “kebangkitan” yang akan mereka pakai, tetapi istilah seperti “meski mati, tetapi semangatnya tetap hidup di dalam diri para pengikut-Nya.”



Lebih lagi, apabila yang dimaksudkan “kebangkitan” adalah roh dan kuasa Yesus yang hidup di dalam diri para rasul dan orang-orang Kristen perdana, berita mereka sia-sia oleh karena tubuh Yesus tetap berada di dalam kubur, atau di suatu tempat lain setelah dipindahkan. Pemerintah Roma akan dengan mudah mematahkannya, bahwa berita itu adalah bohong. Dasar keyakinan Kekristenan akan segera runtuh! Jika kita tidak dibangkitkan dari antara orang mati, niscaya kita di sini tidak akan pernah mendengar berita itu.



Kurang dari 20 tahun setelah kematian Yesus, Paulus dari Tarsus mengunjungi Korintus dan mengkhotbahkan Injil di sana. Ia mendasarkan beritanya pada fakta historis, yang sama dengan yang diyakini oleh orang-orang sezamannya. Inti beritanya adalah: Kristus telah mati, Kristus telah dikuburkan, Kristus telah dibangkitkan pada hari yang ketiga. Penguburan Yesus dimasukkan ke dalam berita Injil bukan saja untuk mengindikasikan bahwa kebangkitan merupakan kemenangan atas kematian, tetapi juga kemenangan atas penguburan—dengan perkataan lain, Kristus meninggalkan kubur itu tanpa ada halangan.



Paulus sendiri tidak pernah melihat kubur yang kosong itu. Tetapi ia menjadi Kristen ketika Kristus yang hidup itu menjumpainya secara pribadi di jalan menuju ke Damsyik. Tetapi mereka yang berjumpa dengan Kristus yang bangkit pada hari ketiga itu, juga melihat dengan mata kepala mereka sendiri, kubur yang kosong.



Itulah yang dicatat di dalam Yohanes 20:1-10. Tradisi di Injil keempat ini menunjukkan bahwa data itu diperoleh dari saksi mata. Apalagi dipaparkan bahwa kain kafan Yesus telah tergulung. Inilah yang kemudian dengan serta-merta membuat sang murid yang dikasihi menyadari apa yang telah terjadi, “ia melihatnya dan percaya” (Yoh. 20:8).



B. Berita Paling Dini



Dalam catatan-catatan Kristen paling kuno, kita jumpai bahwa kebangkitan Yesus menjadi keyakinan mendasar dan diteguhkan! Jika kitab PB paling dini adalah Surat Galatia, ditulis sekitar tahun 48 M., maka kita membaca pembukaannya “Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Gal. 1:1). Ada banyak ahli juga yang mengatakan bahwa kitab paling pertama adalah 1 Tesalonika, yang ditulis pada tahun 50 M., maka simaklah kalimat berikut ini, “Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar, dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang” (1Tes. 1:9, 10).



Kedua dokumen itu berasal dari tangan Paulus, tetapi kita tahu bahwa berita kebangkitan bukan berasal dari Paulus. Paulus menerima berita ini sekitar tahun 33 M., ketika Tuhan yang bangkit menampakkan diri kepada-Nya di jalan menuju ke Damsyik, dan memilihnya untuk menjadi pelayan-Nya. Tetapi Paulus tahu bahwa orang-orang lain memproklamirkan berita itu jauh sebelum dia. Dalam pada itu, dari tangan Pauluslah kita temukan kesaksian mengenai penampakan Yesus yang bangkit (1Kor. 15:1-8). Surat ini ditulis pada tahun 55 M. Di dalam bagian ini, Paulus mengingatkan orang-orang Kristen di Korintus apa yang ia telah beritakan lima tahun sebelumnya. Ia sendiri telah menerima berita itu beberapa tahun sebelumnya, jadi sangat dini, dekat dengan masa pertobatannya.



Menurut catatan Paulus, ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di Korintus, ia memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara mereka kecuali Kristus yang tersalib (1Kor. 2:2). Hal ini dikarenakan berita tentang Juruselamat yang tersalib bertolak belakang dengan standar hikmat sekular. Berita itu adalah kebodohan bagi mereka. Bagaimana pun, Paulus menggarisbawahi berita Kristus yang tersalib itu dengan berita Kristus yang bangkit dari antara orang mati. Paulus mengerti, jauh sebelum pertobatannya, bahwa Yesus telah disalibkan. Hal ini cukup membuktikan bahwa Ia bukanlah Mesias Israel. Tetapi, penyataan bahwa Yesus yang tersalib itu telah dibangkitkan dari antara orang mati, itulah yang mengubah kehidupan Paulus dan kemudian menjadi seorang pengikut Kristus. Jadi, tidak mungkin ada berita Injil tanpa keduanya: yang satu tak mungkin bermakna tanpa yang lain.



C. Penampakan Kristus



Paulus menjelaskan bahwa Kristus “telah dibangkitkan pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci,” dan kemudian mengingatkan pembacanya,



bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku . . . (1Kor. 15:5-8)



Kuat dugaan kita, bahwa Paulus menerima berita kebangkitan Kristus dari orang-orang yang memiliki pengalaman perjumpaan itu. Dan pada akhirnya, ia sendiri dijumpai oleh Kristus. Pada sekitar tahun 35 M., ia berjumpa Petrus dan Yakobus di Yerusalem, tiga tahun setelah pertobatannya. Pada waktu itu, seperti disaksikan oleh Paulus sendiri, bahwa ia tinggal selama dua minggu bersama Petrus. Ini merupakan kontak pertamanya dengan para pemimpin gereja di Yerusalem. Pemimpin lain yang ia temui adalah Yakobus, yang merupakan saudara dari Tuhan Yesus sendiri dan menjadi orang penting di gereja Yerusalem hingga hukuman mati yang harus diterimanya pada tahun 62 M. Adalah wajar bila Petrus dan Yakobus menceritakan kebangkitan Kristus kepada Paulus, demikian pula Paulus menceritakan pengalamannya berjumpa Tuhan.



Petrus adalah pemimpin para rasul. Karena itu, tidaklah mengherankan bahwa Tuhan menjumpainya secara pribadi. Kristus juga menampakkan kepada dua orang yang tengah berjalan menuju ke Emaus. Mereka kemudian balik ke Yerusalem dan menceritakan, “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon” (Luk. 24:34). Tentu yang dimaksudkan adalah Simon Petrus.



Penampakan kepada Yakobus agak mengejutkan. Yakobus sebagai salah satu anggota keluarga Yesus, kurang menaruh minat pada pelayanan Yesus ketika masih berada di dunia. Kiprah-kiprah-Nya serta kematian-Nya di kayu salib semakin meneguhkan ketidaksukaan mereka pada cara hidup Yesus. Tetapi sejak awal perkembangan gereja, ternyata para saudara Yesus mempunyai peran yang penting, dan khususnya adalah Yakobus. Apa yang membuat perubahan ini? Kristus “menampakkan diri kepada Yakobus.”



Ketika Paulus berkali-kali mengatakan bahwa Kristus yang bangkit menampakkan diri kepada para murid-Nya, fokus utamanya bukanlah terletak kepada kehendak para murid, tetapi semata-mata kepada inisiatif Kristus. Hal ini mengindikasikan bahwa sejak permulaan berdirinya gereja, Kristus sajalah yang aktif dan berkarya membangun gereja-Nya.



D. Kesimpulan



Para murid mengenali Tuhan Yesus yang menampakkan diri kepada mereka di dalam kebangkitan-Nya adalah Yesus yang sama seperti yang mereka kenal sebelum kematian-Nya, yaitu Yesus sejarah. Tetapi segera mereka menyadari bahwa Kristus telah berada dalam keadaan yang berbeda. Ia menjadi makin dan makin susah untuk didekati, seperti Yesus yang historis itu. Mereka kini mengenal Dia sebagai Tuhan yang berkuasa. Ia menjadi “jauh” dari para murid agar dapat menjadi “dekat” dengan mereka dalam bentuk yang baru, yaitu dalam kemuliaan yang tak terperi. Bukan saja kepada mereka, tetapi juga kepada murid-murid lain yang segera menjadi percaya atas pemberitaan mereka, Tuhan Yesus Kristus yang bangkit itu hendak dekat!



No comments:

Post a Comment