Saturday, April 12, 2008

KAWAN SEKERJA ALLAH (2)


KENDALA-KENDALA BAGI KAWAN SEKERJA

Meski demikian, tidak ada jaminan bahwa pelayanan selalu mudah. Paulus, seorang rasul yang aktif, dan perintis jemaat di banyak tempat, menghadapi kendala-kendala dalam pelayanan. Kendala-kendala apa itu? Sedikitnya kita menemukan dua.

Pertama, ketidakdewasaan jemaat.

Paulus menyebut jemaat “manusia duniawi” (ay. 1). Kata Yunani yang dipakai menunjukkan pengertian “manusia daging” (sarkinos dan sarkikos) Sebenarnya kata aslinya berbeda dari 2:14. Di 2.14, kita dapat terjemahkan “manusia alamiah” (psychikos) pengertiannya adalah manusia yang tidak memiliki Roh Kudus sama sekali, alias bukan orang percaya, atau bukan orang yang diselamatkan oleh Allah. Sedangkan “manusia daging” adalah orang Kristen yang masih bayi. Rasul Paulus menerangkan di ayat 1 “belum dewasa di dalam Kristus.” Mereka sudah menerima Kristus, sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus, tetapi masih dikendalikan oleh kehendak manusia mereka, dan bukan oleh kehendak Allah. Mereka masih lemah dan hidup dalam tubuh yang berdosa.

Gereja Korintus didirikan pada sekitar bulan Februari/Maret 50 dan tinggal di sana 1,5 tahun sampai September 51. Ia kemudian berangkat ke Efesus untuk memberitakan Injil di sana. Kita dapat membayangkan, kondisi jemaat yang baru 1,5 tahun umurnya. Oh, apakah Paulus tidak punya “kepekaan pastoral”? Mengapa jemaat ditinggal? Saudara ingat, Paulus adalah seorang rasul, yang mendirikan gereja-gereja baru. Dan sebelum ia pergi, biasanya ia telah menetapkan pengganti. Mereka adalah penatua atau penilik jemaat. Coba lihat ketika Paulus membedah kondisi mereka. Mereka adalah orang-orang yang masih hidup dikendalikan oleh diri mereka sendiri, oleh tubuh yang telah dicemarkan oleh dosa.

Jadi, di dalam gereja pun masih banyak orang yang berdosa. Mereka belum sepenuhnya dibebaskan dari nilai-nilai dunia, dan sikap-sikap di luar persekutuan umat Allah. Gereja bukan ajang sulap. Martin Luther, sang pembaru gereja, tetap menyadari kenyataan ini. mengatakan bahwa sekalipun seseorang telah dibenarkan di hadapan Allah, bahwa kuasa dosa tak lagi menguasainya lagi, ia masih tetap seorang pendosa: orang benar sekaligus orang berdosa (simul iustus et peccator).

Sebab itulah, wahai kawan sekerja Allah: apakah Saudara pernah merasa dikecewakan oleh orang lain dalam pelayanan? Itu wajar. Karena Saudara akan selalu berjumpa dengan orang-orang yang tidak dewasa. Mereka tetaplah orang berdosa. Bahkan kami para hamba Tuhan pun, masih orang berdosa dan kadang-kadang tidak dewasa. Di mana pun dan sampai kapan pun, di dalam gereja, kita pasti akan berjumpa dengan orang-orang yang tidak dewasa.

Kedua, iri hati dan perselisihan

Selepas Paulus, jemaat kemudian mendapat gembala baru yaitu Apolos, yang juga baru bertobat. Jika kita perhatikan latar belakang kehidupannya dalam Kisah 18:24, Apolos adalah seorang yang pandai: berasal dari Aleksandria, yaitu sebuah kota pusat kebudayaan dan pendidikan Helenisme. Ia terdidik dan terlatih dalam ilmu retorika. Ia pandai merangkai kata dan menawan pendengarnya. Ia juga pandai dalam Septuaginta, Alkitab PL yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani.

Sangat mungkin, Apolos seorang pengkhotbah yang lebih jago daripada Paulus. Paulus seorang penulis yang andal, tetapi bikin ngantuk pendengar kalau berkhotbah. Satu kasus di Kisah 20.9, ketika Paulus asyik berbicara panjang lebar—penyakit seorang pengkhotbah ialah bila berbicara adrenalinnya naik lalu lupa berhenti—maka terlelaplah Eutikhus yang duduk di ambang jendela, dengan semilir angin sepoi-sepoi, sontak terjatuhlah ia dari tingkat tiga! Sedangkan Apolos adalah seorang yang mahir dan fasih lidah! Ilustrasinya banyak. Menawan gayanya.

Inilah yang kemudian menimbulkan favoritisme. Saya suka yang ini, tidak suka yang itu. Paulus mengatakan, mereka masih hidup dalam “iri hati” dan “perselisihan.” Dua kata ini dipakai pula dalam daftar perbuatan-perbuatan dagung dalam Galatia 5.20. Paling tidak, dua kata ini merupakan bukti bahwa orang-orang di Korintus masih hidup dalam kedagingan. Mereka melancarkan manuver untuk berpihak kepada yang satu dan menyerang yang lain, untuk kepentingan-kepentingan pribadi dan sekelompok kecil orang dalam gereja di Korintus.

Bandingkan dengan 1 Korintus 1.12, ada golongan-golongan di sana. Apakah masalah perbedaan doktrin? Tidak! Masalahnya adalah saya suka yang ini, dan tidak suka dengan yang itu. Nama Yesus dibawa-bawa di sana, sebagai legitimasi golongan yang punya otoritas yang paling tinggi.

Gereja selalu akan menghadapi banyak masalah bila di dalamnya ada clique dan gap yang didasari oleh suka-tidak suka. Atas nama seseorang atau sekelompok orang, kesimpulan yang sementara kemudian bisa diambil, “Jemaat menghendaki demikian!” Hendaklah tidak ada lagi orang yang mengatasnamakan jemaat bila hal itu memang bukan dari suara jemaat. Pekerjaan Tuhan akan terhambat dengan kehadiran orang-orang yang seperti itu di dalam gereja.

Rasul Paulus dengan tegas menegur jemaat agar jangan sampai pekerjaan Tuhan diambil alih oleh Iblis dan kuasa kedagingan hanya karena orang-orang yang mau memecah belah persekutuan umat Allah. Kawan sekerja yang baik akan mampu mencermati bahaya perselisihan dan iri hati, dan tetap menjaga keutuhan jemaat Allah.

No comments:

Post a Comment