Sunday, April 6, 2008

KEUTUHAN CIPTAAN: KELUARGA, KEINDAHAN DAN PENGHARAPAN (6)


Panggilan Pemuridan

Apa yang harus kita kerjakan? Marilah kita kembali kepada kitab pertama, Kejadian. Manusia, yang diciptakan dalam gambar dan rupa Allah, diberi mandat untuk menjadi penatalayan bumi dan segenap makhluk (Kej. 1:26, 28; 2:15). Penatalayan itu seperti manajer, yang mengatur, mengelola dan mengembangkan bidang yang menjadi bagian dan tanggung jawabnya. Bila demikian, kita masing-masing mempunyai tanggung jawab untuk mengelola dan melestarikan ciptaan-Nya. Dengan demikian, apa yang menyenangkan hati Allah-lah yang menjadi tujuan dan sasaran kita. Kita juga bertanggung jawab kepada ciptaan yang lain. Mengapa demikian? Sebab di hadapan segenap makhluk, kita menjadi wakil Allah.

Kita hidup di dunia supermodern yang berambisi untuk menjadi kaya raya dan berkuasa. Tujuan ekonomis adalah sasaran utama manusia masa kini. Tanpa sadar, ambisi ini mengembangbiakkan egoisme dan kepongahan. Dalam istilah Tolkien, kita tengah berebut untuk mendapatkan “cincin kekuasaan” itu! Ya, ini bukan masalah yang baru. Bukankah kesombongan itu problem kuno, sejak awal dunia ini ada.

Di Kejadian 3, manusia yang tamak, ingin menjadi berkuasa seperti Allah, independen, tidak mau diatur dan kemudian tidak menghendaki Allah ada di dekat mereka lagi. Adam dan Hawa bersembunyi dari hadirat Tuhan (3:8), Adam secara tak langsung mempersalahkan Allah dengan hadirnya Hawa di sampingnya (3:12). Hubungan yang rusak antara Allah dan manusia menyebabkan putusnya hubungan hubungan yang lainnya. Kerusakan alam pun membeberkan bukti dari rusaknya hubungan tadi (bdk. 3:17-19).

Hendaklah kita juga mengingat, bahwa bumi ini mempunyai masa depan. Mesias Yesus berjanji untuk kembali lagi ke atas bumi--bumi yang telah ditebus dan ditransformasi! Kerajaan Allah akan hadir di atas bumi, sama seperti pada masa sekarang Kerajaan itu ada di surga. Kelak surga dan bumi akan bersatu. Yerusalem surgawi akan hadir di tengah-tengah ciptaan (Why. 21:2-4, 22-27). Pada masa kini, segenap bumi menanti-nantikan datangnya penebusan akhir itu dengan diwarnai kekhawatiran, was-was dan hampir putus asa (Rm. 8.20-22). Tugas kita adalah seperti “pengurus rumah yang setia dan bijaksana” (Luk. 12:41-48). Menjadi pengurus sebuah Keluarga Besar yang baik menuntut kesabaran, ketekunan dan tanggung jawab akan segala sumber daya yang kita pakai.

No comments:

Post a Comment