Saturday, April 5, 2008

KEUTUHAN CIPTAAN: KELUARGA, KEINDAHAN, PENGHARAPAN (1)


Preludium

Malam itu saya masih di ruang kerja. Sudah jam 11 malam! Memang biasanya saya bekerja di ruangan ini sampai pergantian hari. Baru saja komputer saya matikan. Saya dapat sedikit menghela napas oleh sebab deadline renungan harian remaja Miimo edisi bulan Mei-Juni 2008 selesai juga malam itu! Ah, masih ada satu lagi deadline! Yaitu menyelesaikan tulisan untuk bGKMI, tentang “keutuhan ciptaan.” Saya berjanji kepada Pak Paul Gunawan untuk menulis topik yang memang menjadi pergumulan saya setelah keluar dari sekolah teologi. Tetapi apa yang harus saya tulis?

Saya gembira sebab ide tulisan ini takkan jauh berbeda dengan renungan harian remaja itu. Renungan harian itu untuk bulan Mei mendatang, terambil dari Kejadian 1-11. (Sebagai pembina komisi remaja, saya berupaya agar adik-adik remaja menikmati pembacaan renungan harian yang runtut, pasal demi pasal.) Buku tafsir Kejadian yang luar biasa karya Gordon Wenham (seri Word Biblical Commentary) dan juga John Walton (NIV Application Commentary) masih di meja! Dari dua buku ini, saya banyak mendapat pencerahan. Tetapi entah mengapa, bukan lagi tafsir Alkitab yang saya pikirkan!

Pikiran saya tiba-tiba melayang pada tiga nama pujangga dunia: St. Fransiskus dari Assisi, C. S. Lewis dan J. R. R. Tolkien. Tiga tokoh ini yang membuat saya terpikat dengan kajian mengenai ekoteologi atau teologi ekosistem. Fransiskus Assisi mengajar saya tentang keutuhan ciptaan. Lewis mengajak saya melihat keindahan ciptaan. Sedangkan Tolkien adalah pengarang yang berhasil memikat hati saya untuk mencintai kembali kitab Kejadian dan Wahyu, buku pertama dan terakhir Alkitab, mengajar saya mengenai tragedi, pengharapan dan kemenangan.

Saya ingin sekali membagi sukacita saya menemukan kebenaran mengenai “keutuhan ciptaan” dari ketiga tokoh ini. Pertama-tama kita akan menggali pemikiran mereka. Selanjutnya kita akan merenungkan zaman di mana kita hidup dan memikirkan agenda-agenda sederhana yang dapat kita upayakan.

No comments:

Post a Comment