Saturday, April 26, 2008

AKAL BUDI YANG HIDUP UNTUK MEMULIAKAN ALLAH (3)


Penutup

Kita sekarang tahu, bahwa sejak awal mulanya, Reformed mendukung pembelajaran sebagai tugas Kristiani. Mereka menempatkan nilai penting keterampilan berbahasa, membaca, menulis dan berbicara. Mereka juga menghargai kejelasan, logika dan ketepatan dalam kehidupan mental. Mereka memberi nilai lebih kepada kemampuan untuk menganalisis problem dan untuk menjabarkan jawaban.

Khotbah, dengan demikian, juga merupakan suatu latihan intelektual dan sebuah disiplin rohani yang memiliki dampak bagi kebudayaan dan masyarakat. Kendati begitu, kaum Reformed bukanlah intelektualistik, yang mendewa-dewakan intelektual! Calvin telah memperingatkan dengan keras untuk melawan rasa ingin tahu yang liar dan spekulasi-spekulasi. Tetapi gairah belajar yang dipadukan dengan kesalehan dan spiritualitas memiliki suatu kualitas, guna dan manfaat yang besar.

Kehidupan akal budi sebagai bentuk pelayanan kepada Allah memiliki tempat yang istimewa di dalam kehidupan bergereja. Calvin menyatakan bahwa pengetahuan tentang ajaran (aspek intelektual) serta komitmen pribadi merupakan syarat untuk datang ke meja Perjamuan Tuhan. Ia yakin bahwa seorang Kristen harus tahu apa yang ia yakini dan mengapa ia meyakini hal itu. Calvin berkata, “Lidah tanpa akal budi sangatlah dibenci oleh Allah.” (“The tongue without the mind must be highly displeasing to God.”)

TERPUJILAH ALLAH!

Disadur dan disarikan dari:

Hesselink, I. John. On Being Reformed: Distinctive Characteristics and Common Misunderstandings. Ann Arbor: Servant, 1983. Hal. 31-38.

Leith, John H. Introduction to the Reformed Tradition. Atlanta: John Knox, 1977. Hal. 77-79.

No comments:

Post a Comment