Friday, June 15, 2007

DOKTRIN DOSA


DOKTRIN DOSA

1. Asal-muasal Dosa.

Alkitab mengajar kita bahwa dosa masuk ke dalam dunia sebagai akibat dari pelanggaran Adam dan Hawa di Taman Firdaus. Dosa yang pertama terjadi oleh sebab cobaan Iblis dalam bentuk seekor ular, yang menabur di dalam hati manusia benih-benih ketidakpercayaan kepada janji Allah. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa si ular, yang muncul sebagai si penggoda dalam kisah kejatuhan manusia, merupakan alat yang dipakai Iblis (Yoh. 8.44; Rm. 16.20; 2Kor. 11.3; Why. 12.9). Dosa pertama terjadi manakala manusia memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Mengapa makan buah saja menyebabkan manusia jatuh ke dalam dosa? Sebab Allah telah memberikan larangan kepada manusia. Jelas sekali bahwa manusia tidak mau menundukkan diri secara total kepada Allah:


  • Dalam pikiran, manusia menjadi tidak percaya dan sombong.

  • Dalam kehendak, manusia berhasrat menjadi seperti Allah.

  • Dalam emosi, manusia mempunyai kepuasaan yang tidak kudus.

Akhirnya, manusia kehilangan martabatnya sebagai makhluk yang dicipta dalam gambar dan rupa Allah, dalam arti khusus (kebenaran, keadilan, kekudusan). Manusia menjadi berdosa dan rusak secara total, dan terbelenggu dalam penjara kematian (Kej. 3.19; Rm. 5.12; 6.23).

2. Sifat Dasar Dosa.

Dosa berarti kejahatan moral, di mana manusia harus bertanggung jawab atasnya, dan dosa menyebabkan manusia menjadi objek penghukuman Allah. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa dosa adalah “pelanggaran hukum Allah” (1Yoh. 3.4). Dosa berarti gagalnya manusia untuk hidup berpadanan dengan hukum Allah. Alkitab selalu menyatakan bahwa dosa selalu berkaitan dengan hukum Allah (Rm. 1.32; 2.12-14; 4.15; 5.13; Yak. 2.9, 10; 1Yoh. 3.4). Kita dapat menjabarkannya sebagai berikut:


  • Pelanggaran, yang membuat manusia dihukum oleh Allah (Rm. 3.19; 5.18; Ef. 2.3).

  • Kerusakan hati, atau kecemaran moral; oleh sebab semua manusia berdosa karena Adam, dan karena itu dilahirkan dalam kodrat kerusakan (Ayb. 14.4; Yer. 17.9; Yes. 6.5; Rm. 8.5-8; Ef. 4.17-19).

Dosa bertakhta dalam hati manusia, dan dari pusat ini menular ke pikiran, kehendak dan perasaan—jadi ke seluruh diri manusia. Dosa ini kemudian diungkapkan dengan tindak tanduk yang nampak lewat bahasa tubuh (Ams. 4.23; Yer. 17.9; Mat. 15.19, 20; Luk. 6.45; Ibr. 3.12). Menurut Kitab Suci, dosa tidak hanya tindakan manusia yang terlihat, tetapi juga pikiran, perasaan dan maksud-maksud yang jahat dari hati manusia (Mat. 5.22; Rm. 7.7; Gal. 5.17, 24).

3. Dosa dalam Hidup Umat Manusia:

a. Hubungan antara dosa Adam dan keturunannya. Hal ini dapat diterangkan dalam tiga cara pandangan yang berbeda:

a.1. Teori realistik. Allah mula-mula menciptakan satu golongan manusia. Dengan berjalannya waktu, golongan manusia ini terbagi-bagi sampai menjadi individu-individu. Adam memiliki seluruh sifat golongan manusia ini. Dengan sendirinya, manusia menjadi berdosa dan tercemar di dalam Adam.

a.2. Teori kepala. Menurut pandangan ini, Adam berdiri dalam dua rangkap hubungan terhadap keturunannya: ia adalah kepala umat manusia dalam keterhubungan darah, dan ia adalah kepala dari ikatan perjanjian Allah. Tatkala ia berdosa selaku kepala umat, maka dosa ini pun menjalar kepada mereka semua, dan sebagai akibatnya semua manusia dilahirkan dalam keadaan tercemar.

a.3. Teori moderat. Pandangan ini mengatakan bahwa dosa Adam tidak secara langsung berakibat kepada kita. Dosa menjalar oleh karena Adam, tetapi secara individu, tiap-tiap orang pun melakukan dosa. Mereka tidak tercemar di dalam keberdosaan Adam, tetapi berdosa oleh sebab mereka sendiri melakukan kecemaran.

b. Dosa asal dan dosa aktual. Kita perlu membedakan antara dosa asal dengan dosa aktual. Semua manusia dilahirkan dalam keadaan serta kondisi berdosa, yang disebut sebagai “dosa asal,” dan inilah yang menjadi akar dari segala macam dosa aktual, yaitu dosa yang dilakukan oleh manusia.

b.1. Dosa asal. Di dalamnya termasuk pelanggaran dan kecemaran. Pelanggaran Adam diteruskan kepada kita. Oleh sebab ia berdosa sebagai kepala umat manusia, kita pun berdosa di dalam dia. Lebih lagi, kita mewarisi kecemaran tersebut. Akibatnya, kita pun condong kepada dosa, dan setuju kepada tindakan-tindakan dosa. Manusia pada dasarnya telah rusak total. Bukan berarti manusia menjadi jahat sejahat-jahatnya, tetapi bahwa dosa telah mencemarkan tiap-tiap bagian hidup manusia, sehingga membuatnya tak mampu berbuat baik.

Manusia tetap dapat melakukan tindakan-tindakan yang terpuji terhadap orang-orang di sekitarnya. Tetapi bagaimana pun, perbuatannya yang terbaik tetap saja cacat sampai ke akarnya, sebab perbuatan tersebut bukan didorong oleh kasih terhadap Allah ataupun ketaatan kepada Allah.

Kaum Pelagian, Arminian serta pemikir-pemikir modern menolak pandangan kerusakan total ini. Tetapi Alkitab jelas mengajarkannya (Yer. 17.9; Yoh.5.42; 6.44; 15.4, 5; Rm. 7.18, 23, 24; 8.7, 8; 1Kor. 2.14; 2Kor. 7.1; Ef. 2.1-3; 4.18; 2Tim. 3.2-4; Tit. 1.15; Ibr. 11.6).

b.2. Dosa aktual. Dosa aktual berarti baik tindakan-tindakan berdosa, tetapi juga termasuk di dalamnya pikiran-pikiran jahat, kehendak dan keputusan-keputusan yang bersumberkan dosa asal. Dosa ini adalah yang dilakukan oleh tiap-tiap manusia, yang berbeda dengan kodrat dan kecenderungan yang diwarisi dari dosa asal. Jika dosa asal itu satu, dosa aktual bisa bermacam-macam. Bisa jadi dosa di dalam diri, seperti kesombongan, kecemburuan, nafsu-nafsu sensual, dan kehendak-kehendak jahat; ataupun dosa-dosa yang terlihat, seperti penipuan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, dan sebagainya.

Di antara tindakan ini terdapat dosa yang tidak terampuni, yaitu dosa menghujat Roh Kudus, yang tidak mungkin diubah dan diperbaiki. Untuk dosa yang satu ini, seseorang tidak perlu berdoa memohonkan pengampunan (Mat. 12.31, 32; Mrk. 3.28-30; Luk. 12.10; Ibr. 6.4-6; 10.26, 27; Yoh. 5.16).

b.3. Dosa Menjalar secara Universal. Baik Alkitab dan pengalaman mengajar kita bahwa dosa bersifat universal. Bahkan kaum Pelagian pun percaya hal ini, meski mereka mengatakan bahwa dosa itu dipengaruhi oleh kondisi-kondisi eksternal: lingkungan yang buruk, teladan-teladan jahat dari orang sekitar dan pendidikan yang salah.

Di dalam Alkitab terdapat berbagai ayat yang secara langsung menyatakan universalitas dosa (1Raj. 8.46; Mzm. 143.2; Ams. 20.9; Pkh. 7.20; Rm. 3.1-12, 19, 23; Gal. 3.22; Yak. 3.2; 1Yoh. 1.8, 10). Lebih lanjut, Alkitab mengajarkan bahwa manusia berdosa berdosa sejak lahir, sehingga dosa bukan merupakan akibat meniru-niru (Ayb. 14.4; Mzm. 51.7; Yoh. 3.6). Bahkan bayi pun disebut berdosa, sebab mereka tunduk kepada kematian, yang merupakan upah dosa (Rm. 5.12-14). Semua manusia secara kodrati berada di bawah penghukuman, dan karena itu memerlukan penebusan di dalam Kristus Yesus. Anak-anak pun tanpa terkecuali (Yoh. 3.3, 5; Ef. 2.3; 1Yoh. 5.12).

TERPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment